Bagaimana Islamic State Gunakan Kecerdasan Buatan untuk Propaganda
Kelompok teror Islamic State dan al-Qaeda gencar mengimbau simpatisannya untuk menggunakan peranti lunak digital teranyar untuk menyebar…
Dalam makalah tahun 2019 di jurnal "Perspectives on Terrorism,” para peneliti mengkaji hubungan antara seberapa banyak propaganda yang dirilis kelompok ISIS dan serangan teror yang terjadi. "Tidak ada korelasi yang kuat dan dapat diprediksi,” simpul mereka.
"Hal ini mirip dengan diskusi yang kami lakukan tentang senjata siber dan bom siber sekitar 10 tahun lalu,” kata Lilly Pijnenburg Muller, peneliti dan pakar keamanan siber di Departemen Studi Perang di King's College London.
Jangankan AI, saat ini rumor dan video lama pun bisa menimbulkan dampak yang menggoyang stabilitas dan menyebabkan banyak disinformasi di media sosial, katanya kepada DW. "Negara-negara punya bom konvensional yang bisa dijatuhkan, jika itu niat mereka.”
"Saya tidak tahu apakah, pada tahap ini, penggunaan AI oleh organisasi teroris dan pendukungnya lebih berbahaya daripada propaganda nyata dan gamblang yang melibatkan pembunuhan brutal terhadap warga sipil dan serangan terhadap pasukan keamanan,” kata Ayad dari ISD.
"Saat ini, ancaman yang lebih besar adalah dari kelompok-kelompok yang melakukan serangan, menginspirasi aktor tunggal atau berhasil merekrut anggota baru yang ingin merespons lanskap geopolitik, yaitu perang Israel di Gaza sebagai respons terhadap 7 Oktober,” lanjutnya. "Mereka menggunakan kematian warga sipil dan tindakan Israel sebagai alat retorika untuk merekrut dan membangun kampanye.”
rzn/as
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.