Rabu, 1 Oktober 2025
Deutsche Welle

Haji 2024: Arab Saudi Bersiap Hadapi Panas Ekstrem

Kenaikan suhu di Arab Saudi diperkirakan akan menjadi tantangan berat bagi jutaan jemaah haji 2024. Otoritas Saudi telah mengambil…

Deutsche Welle
Haji 2024: Arab Saudi Bersiap Hadapi Panas Ekstrem 

“Diperkirakan akan terjadi lebih banyak badai pasir dan angin, naiknya permukaan air laut, dan berkurangnya air di wilayah yang sudah sangat kering,” tambahnya.

Sebagai bagian dari perombakan ekonomi dan sosial yang dijuluki Visi 2030, transformasi energi untuk beralih dari penjualan minyak dan gas dan berfokus pada perluasan energi terbarukan memang telah banyak dilakukan oleh Arab Saudi. Namun, hal itu tidak memadai dan sebagian bahkan bertentangan, kata para peneliti memperingatkan.

Di satu sisi, Arab Saudi jelas berkomitmen untuk beralih ke energi ramah lingkungan. Tapi di sisi lain, negara ini juga masih terus menjadi salah satu eksportir minyak terkemuka di dunia.

“Penggunaan teknologi ramah iklim seperti hidrogen menyebabkan masalah lebih lanjut karena banyak taman-taman panel surya besar yang dibangun harus dibersihkan secara teratur dengan air bersih,” kata Zumbrägel.

Contoh lainnya adalah proyek Taman Raja Salman di Riyadh, yang dipromosikan sebagai taman rekreasi terbesar di dunia dengan kawasan hijau nan mewah.

“Proyek-proyek ramah lingkungan yang besar seperti itu memperburuk masalah air,” jelas Zumbrägel seraya menambahkan: “kontradiksi-kontradiksi ini menunjukkan, perubahan iklim ditanggapi serius, namun penyesuaian hanya dilakukan pada sektor-sektor tertentu, sementara aspek-aspek lain hanya mendapat sedikit perhatian.”

Diperlukan kolaborasi regional

Zumbrägel berargumen, kebijakan yang berfokus pada kerja sama dan penelitian internasional akan lebih cocok untuk melindungi masyarakat serta jemaah haji dari perubahan iklim yang sedang berlangsung.

Sementara, Andrew Gilmour, mantan asisten sekretaris jenderal PBB untuk hak asasi manusia, yang juga merupakan penulis “The Burning Question: Climate and Conflict – Why Does It Matter?”, serta direktur eksekutif German Berghof Foundation, mengaku akan mengambil langkah lebih jauh.

Ia menganggap bahwa kolaborasi lintas batas merupakan kunci mitigasi perubahan iklim di Timur Tengah. Suhu di wilayah tersebut terus memanas dua kali lebih cepat dibandingkan wilayah lain di dunia, demikian menurut Yale Climate Connections, sebuah organisasi nirlaba multimedia yang berfokus pada perubahan iklim.

“Arab Saudi sangat beruntung memiliki kekayaan yang besar sehinggga mampu mendiversifikasi perekonomian,” kata Gilmour kepada DW.

“Tetapi kita berharap, produsen minyak yang kaya seperti Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Qatar atau Bahrain juga mau membantu negara-negara penghasil minyak lainnya seperti Irak dan Libya yang jauh lebih miskin dan tidak memiliki sarana untuk berinvestasi di entitas lain,” tambahnya. (gtp/)

Sumber: Deutsche Welle
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved