Kerusuhan pecah di Kaledonia Baru, Australia dan Selandia Baru kirim pesawat evakuasi - Mengapa sebagian penduduknya keturunan Jawa?
Kaledonia Baru dilanda kerusuhan karena konflik politik yang menewaskan sejumlah orang dan ratusan terluka. Namun, yang belum banyak…
“Dari segi sejarah, di tahun 1896 ada kedatangan orang-orang dari Jawa ke Kaledonia Baru, pekerja kontrak untuk dipekerjakan di sektor perkebunan di sini,” ujar Bambang.
“Jadi sejarahnya mirip dengan orang-orang Jawa yang ada di Suriname,” katanya.
Pengamat Budaya dan Bahasa Jawa di Kaledonia Baru dari Universitas Gadjah Mada (UGM), Subiyantoro, menjelaskan migrasi orang Jawa ke wilayah itu ditandai dengan pengiriman sebanyak 170 orang oleh pemerintah kolonial Belanda atas kesepakatan yang dibuat dengan pemerintah Prancis pada 16 Februari 1896.
“Pemerintah kolonial Batavia mengirimkan orang-orang Indonesia ke Kaledonia Baru untuk diperkerjakan sebagai kuli kontrak karena penduduk asli Kaledonia Baru sulit diajak kerja sama,” ujar Subiyantoro.
Sesudahnya, gelombang pengiriman terjadi dalam kurun waktu 55 tahun sejak 1896 hingga 1949, sekitar 19.510 orang kuli dari Jawa dikirim dengan 87 kapal. Sebagian dari para pekerja itu memilih untuk menetap dan menikah dengan warga lokal.
“Di sana terjadi fenomena yang namanya hibridisasi, jadi percampuran antara Jawa dan warga Kaledonia Baru. Jawa sebagai identitas yang dia bawa dari negeri asalnya-nya dan identitas tuan rumah, yakni Kanak Prancis,” ujar Subiyantoro, seraya menambahkan percampuran budaya ini telah terjadi selama delapan hingga sembilan generasi.
Keturunan Jawa di Kaledonia Baru, kata Subiyantoro, menuturkan bahasa Jawa versi mereka yang disebut bahasa Jawa Kaledonia Baru, yang telah bercampur dengan bahasa Prancis.
Banyak pula kata-kata serapan dari bahasa Prancis yang digunakan diaspora Indonesia saat berbahasa Jawa.
“Ketika mengatakan kalimat 'ini adalah ikan yang dilindungi', bahasa Jawa-nya adalah “iki iwak sing dilindungi”. [Namun] dalam BJKB kalimat tersebut berubah dan berbunyi menjadi 'iki posong sing diproteze',” jelasnya.
Bahasa Jawa yang digunakan di Kaledonia Baru adalah bahasa Jawa ngoko – biasa digunakan untuk berbicara dengan teman sebaya, orang yang lebih muda, dan orang yang sudah akrab.
Subiyantoro mengatakan keturunan Jawa di Kaledonia Baru hanya menggunakan bahasa Jawa ngoko, meski lawan bicara mungkin baru dikenal atau lebih tua.
Ia mengatakan hal ini dilakukan keturunan etnis Jawa di sana untuk menyederhanakan bahasa kedua mereka agar lebih mudah untuk belajar bahasa Prancis.
Adapun saat ini terdapat 320 warga negara Indonesia (WNI) yang tinggal di Kaledonia Baru. Sejauh ini belum ada rencana mengevakuasi mereka.
“Kami di KJRI Nouméa terus memantau perkembangan, termasuk selalu menjalin kontak dengan WNI yang ada di sini dan pekerjaan migran,” ujar Konsul Jenderal Republik Indonesia (KJRI) Nouméa, Bambang Gunawan.
WNI di Kaledonia Baru: ‘Untuk beli roti saja harus antre sepanjang 100 meter’
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.