Selasa, 30 September 2025

Helikopter Presiden Iran Jatuh

Asal-usul Bell 212, Helikopter Presiden Iran yang Jatuh, Suku Cadang Bisa Jadi Faktor Kecelakaan

Bagaimana sejarah Helikopter Bell 212 yang ditumpangi Presiden Iran, Ebrahim Raisi? Diketahui, helikopter Raisi jatuh di Tavil, Azerbaijan Timur.

AFP/X @HolyPalestine
Bagaimana sejarah Helikopter Bell 212 yang ditumpangi Presiden Iran, Ebrahim Raisi? Diketahui, helikopter Raisi jatuh di Tavil, Azerbaijan Timur, Minggu (19/5/2024). 

TRIBUNNEWS.com - Presiden Iran, Ebrahim Raisi, diyakini menggunakan Helikopter Bell 212, saat dalam perjalanan kembali ke negaranya dari Azerbaijan, sebelum akhirnya terjatuh di desa Tavil, Provinsi Azerbaijan Timur, Minggu (19/5/2024).

Seperti apa asal-usul Helikopter Bell 212?

Dikutip dari The Guardian, Bell 212 adalah versi sipil dari UH-1N "Twin Huey" era Perang Vietnam.

Bell 212 digunakan secara luas, baik pemerintah dan operator swasta, di berbagai negara seluruh dunia.

Bell 212 dibuat oleh Bell Helicopter (sekarang Bell Trecton, sebuah divisi dari Textron Inc), di mana perusahaan itu mengembangkan pesawat untuk militer Kanada pada akhir 1960-an, sebagai peningkatan dari UH-1 Iroquois yang asli.

Desain baru pesawat itu menggunakan dua mesin turboshaft, sehingga memberikan daya dukung lebih besar.

Helikopter Bell 212 pertama kali diperkenalkan pada 1971, dan secara cepat diadopsi oleh Amerika Serikat (AS) dan Kanada, menurut dokumen pelatihan militer AS.

Sebagai helikopter utilitas, Bell 212 dibuat untuk bisa beradaptasi dengan segala macam situasi, termasuk membawa penumpang, mengarahkan peralatan pemadaman kebakaran udara, mengangkut kargo, dan memasang senjata.

Bell 212 yang ditumpangi Raisi dan Menteri Luar Negeri Iran, Hossein Amirabdolahhian, serta tujuh orang lainnya, dikonfigurasi untuk mengangkut orang-orang penting, termasuk pejabat pemerintahan.

Bell 212 digunakan di banyak negara, baik militer maupun organisasi non-militer.

Contoh organisasi non-militer yang menggunakan Bell 212 adalah Penjaga Pantai Jepang; lembaga penegak hukum dan pemadam kebakaran di AS; serta polisi nasional Thailand.

Baca juga: Helikopter Presiden Iran yang Jatuh Terbakar Habis, Tidak Ada Korban Selamat

Tidak jelas berapa banyak Bell 212 yang digunakan pemerintahan Iran, tetapi angkatan udara dan angkatan lautnya memiliki total 10 helikopter, menurut direktori Angkatan Udara Dunia 2024 FlightGlobal.

Selain jatuhnya helikopter Raisi, kecelakaan fatal Bell 212 juga pernah terjadi pada September 2023.

Saat itu, sebuah pesawat milik swasta jatuh di lepas pantai Uni Emirat Arab, menurut Flight Safety Foundation, sebuah organisasi nirlaba yang berfokus pada keselamatan penerbangan.

Sebelumnya, kecelakaan juga pernah terjadi di Iran pada 2018, menewaskan empat orang, menurut database organisasi tersebut.

Masalah Suku Cadang Diduga Turut Jadi Faktor Jatuhnya Helikopter Raisi

Helikopter Bell 212 milik Presiden Iran, Ebrahim Raisi, lepas landas sebelum akhirnya jatuh di Tavil, Azerbaijan Timur, Minggu (19/4/2024).
Helikopter Bell 212 milik Presiden Iran, Ebrahim Raisi, lepas landas sebelum akhirnya jatuh di Tavil, Azerbaijan Timur, Minggu (19/4/2024). (ISNA/Saeid Sadeghi)

Analis militer CNN, Cedric Leighton, mengungkapkan kesulitan mendapatkan suku cadang Bell 212 diyakini menjadi faktor penyebab kecelakaan yang menimpa Raisi dan delapan orang lainnya.

"Helikopter ini pertama kali diperkenalkan pada periode pemerintahan Shah di tahun 1976 dalam bentuk komersial.

"Sebelumnya, juga sudah ada di militer AS. Jadi Bell 212 sudah ada sejak akhir 1960-an," jelas pensiunan kolonel Angkatan Udara AS ini.

"Jadi (mendapatkan) suku cadang (untuk servis pembaharuan) pasti akan menjadi masalah bagi Iran," imbuhnya.

Lebih lanjut, Leighton menuturkan, kesulitan memperoleh suku cadang itu bisa menjadi salah satu penyebab helikopter Raisi mengalami kecelakaan.

Baca juga: INFOGRAFIS: FAKTA-FAKTA soal Insiden Jatuhnya Helikopter Presiden Iran

Pasalnya, rutinitas mengganti suku cadang bisa mempengaruhi kondisi helikopter itu sendiri.

"Dalam kasus khusus ini, saya pikir banyak penyebabnya. (Karena) suku cadang, karena sanksi, ditambah cuaca yang sangat buruk selama beberapa hari terakhir di wilayah barat laut Iran."

"Semua itu, menurut saya, berkontribusi pada serangkaian insiden dan serangkaian keputusan yang dibuat oleh pilot dan, bahkan mungkin presiden sendiri, ketika harus menerbangkan pesawat ini. Dan sayangnya bagi mereka, akibatnya adalah kecelakaan ini," tutupnya.

(Tribunnews.com/Pravitri Retno W)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved