Konflik Palestina Vs Israel
Pertemuannya dengan Pemimpin Hamas Ismail Haniyeh Memicu Spekulasi, PM Malaysia Beri Penjelasan
Anwar Ibrahim mengakui bahwa pertemuannya dengan pemimpin tertinggi Hamas mungkin menimbulkan kecemasan di kalangan teman-teman Malaysia.
TRIBUNNEWS.COM - Pertemuan Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim dengan Kepala Biro Politik Hamas Ismail Haniyeh di Qatar memicu berbagai spekulasi, termasuk pemberian bantuan senjata untuk Hamas.
Pertemuan tertutup antara Anwar dan Haniyeh berlangsung selama lebih dari satu jam, Senin (13/5/2024).
Anwar mengakui pertemuan tersebut membuat rekan-rekannya gelisah, termasuk sekutu barat.
Namun, Anwar menjelaskan bahwa Malaysia adalah negara merdeka yang mendukung upaya perdamaian di Jalur Gaza.
Ia menggunakan hubungan baiknya dengan Hamas untuk tujuan tersebut, New Straits Times melaporkan.
Menggunakan Qatar sebagai contoh, Anwar mengatakan negara di semenanjung Arab itu telah menggunakan hubungan baiknya dengan Hamas dalam negosiasi yang berujung pada pembebasan 109 tawanan.
“Kami juga mengambil pendekatan yang sama (untuk meningkatkan hubungan baik kami),” katanya kepada media Malaysia di akhir kunjungan resminya selama tiga hari ke Qatar, Selasa.

Anwar mengatakan, dalam pertemuan dengan Ismail Haniyeh, Malaysia meminta Hamas mempertimbangkan pandangan berbagai pihak untuk mengupayakan penyelesaian konflik Gaza secara cepat dan damai.
Anwar mengatakan dia bisa melihat bahwa pemimpin Hamas mengambil sikap terbuka untuk mencari penyelesaian tetapi rezim Zionis Israel harus menghentikan kekejamannya di Gaza dan serangan di Tepi Barat.
“Qatar mengambil sikap yang sama dan (Perdana Menteri Qatar) Sheikh Mohammed bin Abdulrahman Al Thani mengatakan kepada saya bahwa dalam negosiasinya dengan kedua belah pihak, Hamas telah menunjukkan kesediaan untuk memenuhi beberapa syarat tetapi sayangnya Israel menolak menerima syarat tersebut,” katanya.
Anwar mengatakan Hamas, seperti PLO, Fatah dan Otoritas Palestina, mempunyai hak untuk mempertahankan wilayahnya dari kekuatan asing, dan Malaysia mengambil pendekatan untuk mendukung upaya perdamaian.
Baca juga: PM Malaysia Anwar Ibrahim Temui Langsung Pemimpin Hamas Ismail Haniyeh, Ini Hal yang Dibahas
“Pendekatan kami adalah menjalin kontak dengan badan politik Hamas dan tidak terlibat dalam kegiatan militer apa pun."
"Jadi, inilah yang ingin kami klarifikasi dan saya yakin teman-teman kami (dari Barat) akan mengerti,” tambahnya.
Dalam pertemuan bilateralnya dengan Presiden Polandia, Andrzej Duda, di sela-sela Forum Ekonomi Qatar, Anwar menjelaskan mengapa ia perlu bertemu dengan pemimpin Hamas.
“Kami menjelaskan (ke Polandia) tidak ada alasan mengapa kami tidak bisa berdiskusi (dengan Hamas)."
“Malaysia adalah negara merdeka; kami mengambil keputusan bijak dengan membantu mencari resolusi, bukan menghasut."
"Sebelum pertemuan, saya menanyakan pandangan Amir Qatar dan Perdana Menteri Qatar karena mereka lebih mengetahui situasi dan dekat dengan Hamas, dalam mencari metode perdamaian yang adil," katanya.
Itu merupakan pertemuan pertama Anwar dengan Haniyeh dalam kapasitasnya sebagai Perdana Menteri Malaysia.
Anwar pernah bertemu dengan Haniyeh dua kali sebelumnya, pada tahun 2020 ketika Haniyeh mengunjungi Malaysia dan pada tahun 2019.
Update Perang Israel Hamas
- Setidaknya 35.173 orang telah tewas dan 79.061 luka-luka dalam serangan Israel di Gaza sejak 7 Oktober, dilansir Aljazeera.
- Jumlah korban tewas di Israel akibat serangan Hamas pada 7 Oktober mencapai 1.139 orang, dengan puluhan orang masih ditawan.
- Baku tembak sengit terjadi di Jabalia di Gaza utara dan Rafah di selatan Gaza.
Hamas dan tentara Israel sama-sama mengklaim adanya korban jiwa yang signifikan dari pihak musuh.
- Setidaknya 82 warga Palestina telah terbunuh dalam 24 jam terakhir, angka kematian tertinggi dalam satu hari dalam beberapa minggu terakhir, akibat serangan udara Israel yang tiada henti.
- Lebih dari 450.000 warga Palestina kini telah meninggalkan kota Rafah dan 100.000 lainnya mengungsi dari wilayah utara ketika militer Israel melancarkan serangan baru.
- Para menteri sayap kanan Israel menyerukan pendudukan kembali Gaza dan migrasi sukarela ketika Israel memperingati 76 tahun berdirinya negara tersebut.
Orang Palestina menyebut hari kemerdekaan Israel itu sebagai “Nakba”, yang berarti "bencana" dalam bahasa Arab.
Saat itu, 750.000 orang diusir secara paksa dari rumah mereka atau melarikan diri dari milisi Yahudi yang mengamuk.
Warga Palestina memperingati Nakba pada 15 Mei, satu hari setelah "hari kemerdekaan" Israel.
(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.