Senin, 29 September 2025
Deutsche Welle

Ketika Mudik Jadi Momen Flexing dan Tampilkan Ilusi Hidup Sukses

Kekuasaan, ketenaran, dan kekayaan. Semua ilusi sukses ini dikejar dan untuk sementara dipamerkan ke sanak keluarga saat mudik ke…

Deutsche Welle
Ketika Mudik Jadi Momen Flexing dan Tampilkan Ilusi Hidup Sukses 

"Dari empat K ini, tentu yang paling mudah untuk kelihatan (orang lain) tentu saja yang kayaan terakhir, kekayaan," ujarnya. Anggapan inilah yang kemudian menyebabkan banyak orang ingin dihormati karena 'kekayaan.'

"Nah, orang kaya itu ya direfleksikan tentu dengan mobil apa yang dia pakai, baju, tas, handphone, jam tangan, perhiasan yang dia pakai. Karena kalau Anda bisa menunjukkan kekayaan dari 4K itu yang tadi, maka Anda akan dihormati penghormatan di tengah-tengah masyarakat komunal yang sangat hierarkis ini."

Jakartanian dreams

Hidup di Kota Jakarta juga dinilai sebagai salah satu alasan mengapa memamerkan kekayaan dan kesuksesan alias flexing menjadi ‘kebutuhan.'

"Perlu dipahami bahwa Jakarta itu menjadi matahari ekonomi bagi seluruh masyarakat di Indonesia. Seakan-akan belum menjadi manusia Indonesia yang sempurna kalau Anda belum ada di Jakarta. Nah, ketika kemudian Anda melakukan proses urbanisasi, maka akan muncul harapan bahwa Anda ketika ke kampung halaman, Anda akan tampil sebagai sosok yang sukses," ujar Devie.

Semua metafora yang muncul tentang Jakarta melalui berbagai media telah membangun imajinasi bahwa Jakarta adalah segalanya dan lambang kemewahan.

"Itu kemudian membentuk fantasi bahwa semua orang yang ada di Jakarta pasti sukses. Sehingga hal pertama yang akan mereka lakukan adalah memenuhi harapan itu lewat apa yang ditampilkan."

"Lalu yang kedua, masyarakat timur dalam hal ini, bukan hanya Indonesia tapi juga masyarakat timur lainnya di Cina, di wilayah-wilayah timur. Secara umum Asia, dan sebagainya, itu punya kecenderungan secara kolektif. Masyarakat menekankan kesuksesan itu dari kepemilikan material. Ini yang kemudian ditandai secara statistik, bisa dicek bagaimana penjualan barang-barang mewah itu sangat tinggi di kawasan Asia dibandingkan di negara-negara barat."

Devie menganggap bahwa fenomena pamer kesuksesan saat mudik dibungkus dengan utang-piutang dan lainnya saat ini semakin parah.

"Selama memang, kultur hierarkis itu masih terus ada, kebutuhan untuk orang tahu siapa saya lewat casing-nya ini akan terus terjadi."

"Tapi yang menjadi tantangan adalah ketika Anda mengonsumsi produk-produk tersebut, entah itu untuk tujuan demonstrasi atau dinikmati sendiri, tapi berbasis utang yang Anda tidak mampu menyelesaikannya. Itu masalah." (ae)

Sumber: Deutsche Welle
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan