Sabtu, 4 Oktober 2025
Deutsche Welle

Tantangan Stabilkan Pasokan Beras di Tengah Perubahan Iklim

Di tengah perubahan iklim, kering dan banjir seolah bergantian mengancam tanaman padi dan pasokan beras. Riset varietas unggul memang…

Deutsche Welle
Tantangan Stabilkan Pasokan Beras di Tengah Perubahan Iklim 

Meski berangsur-angsur harga beras mulai turun di beberapa wilayah, pertanyaan tentang mengapa beras mahal masih terus muncul.

Presiden Joko Widodo memberikan penjelasan kepada masyarakat terkait penyebab kenaikan beras di sejumlah pasar dalam negeri karena adanya perubahan iklim hingga sebagian negara lain juga mengalami hal serupa.

"Kenapa harga beras naik? Karena ada perubahan musim, ada El Nino, dan itu dialami bukan hanya negara kita, tetapi juga negara lain mengalami hal yang sama," ungkap Presiden Jokowi kepada perwakilan Keluarga Penerima Manfaat (KPM) di Gudang Bulog Batangase, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan, dikutip dari Antara.

Kering dan banjir bergantian mengancam stok beras

Paramita Endah W, salah seorang petani di Ngawi, Jawa Timur, mengungkapkan bahwa El Nino menjadi salah satu penyebab gagal panen di tempatnya.

"Kemarin-kemarin memang kering sekali, panas. Jadi butuh air lebih banyak dan lebih sering pengairannya," katanya kepada DW Indonesia.

"Nah di sini itu, irigasinya tidak ada, bukan irigasi total tapi sumur. Kalau tidak punya sumur, ya airnya harus beli."

Selain dampak langsung, berbagai fenomena iklim dan pemanasan global yang terjadi saat ini, diakui Mitha - sapaan akrabnya - tak cuma berpengaruh pada peningkatan cuaca. Efeknya juga akan berpengaruh pada meningkatnya ‘perawatan' padi untuk mencegah gagal panen.

"Ya kan setiap hari butuh air, terutama pas lagi tanam sama pas lagi mulai garap sawah. Kalau pas lagi cuacanya kering banget butuh air lebih. Beli air terus. Soalnya beli air itu per jam dan harus gantian dengan petani lainnya. Sawah tanpa punya sumur itu susah."

Menurutnya, saat ini, air sumur dipompa dengan menggunakan pompa celup sibel.

Untuk mendapatkan air, petani di areanya harus membayar 8 ribu rupiah per jam. Untuk mengairi sawah biasanya butuh waktu sekitar 5 jam. Di musim kering, air yang dibutuhkan akan lebih banyak.

Setelah dilanda kekeringan sebagai akibat El Nino di tahun 2023, Mitha juga mengatakan, kini banjir mengancam sawahnya dan petani-petani lain di Jawa Timur.

"Kebanjiran di sini. Banyak (padi) yang rubuh kena banjir karena kena arusnya itu kan. Tidak gagal semua sih, cuma yang kena banjir dan rubuh, pasti gagal panen."

Saat ini Mitha mengaku kalau dia menanam padi dengan varietas Cibatu yang disebut tahan rebah. Mitha juga mengaku kalau dia sering menanam padi varietas lainnya yang disebut-sebut tahan kering.

Benarkah El Nino jadi penyebab gagal panen?

Dosen Pemuliaan Tanaman Fakultas Pertanian UNSOED dan peneliti padi Ir. Suprayogi MSc, PhD juga mengungkapkan bahwa El Nino jadi salah satu penyebab gagal panen sehingga harganya pun jadi mahal.

"Banyak lahan yang tidak bisa ditanami padi. Sehingga jelas produksinya dalam tahun itu turun. Setelah musim kemarau panjang selesai, kemudian diikuti musim hujan. Banyak terjadi banjir di sana sini, otomatis airnya kelewatan banyak. Sehingga sama juga itu tidak bisa ditanami lagi," ujarnya kepada DW Indonesia.

Halaman
123
Sumber: Deutsche Welle

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of

asia sustainability impact consortium

Follow our mission at www.esgpositiveimpactconsortium.asia

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved