Minggu, 5 Oktober 2025
Deutsche Welle

Musik Techno Berlin Masuk Warisan Budaya Takbenda UNESCO

UNESCO baru saja menambahkan enam entri baru ke dalam daftar Warisan Budaya Takbenda di Jerman, termasuk musik techno Berlin.

Deutsche Welle
Musik Techno Berlin Masuk Warisan Budaya Takbenda UNESCO 

Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO) mengumumkan pada hari Rabu (13/03) bahwa pihaknya telah menambahkan enam entri baru di Jerman ke dalam daftar Warisan Budaya Takbenda, termasuk di antaranya adalah musik techno Berlin.

Berlin telah lama populer di dunia dengan skena musik technonya yang semarak.

Namun, klub-klub di Berlin masih berjuang setelah pandemi COVID-19.

Lutz Leichsenring, anggota dewan eksekutif "Clubcommission" di Berlin, yakni komunitas klub dan promotor budaya, mengatakan kepada DW bahwa penetapan tersebut merupakan "tonggak sejarah baru bagi para produser musik techno Berlin, artis, operator klub hingga penyelenggara acara."

Clubcommission juga mendukung adanya pelestarian dan pengembangan budaya klub di Berlin.

"Penetapan ini akan membantu kami memastikan bahwa budaya klub dapat diakui sebagai sektor berharga yang layak mendapat perlindungan dan dukungan," kata Lutz.

Apa yang dimaksud dengan warisan budaya takbenda?

Gagasan untuk memasukkan skena musik techno Berlin ke dalam daftar warisan budaya takbenda UNESCO itu sebenarnya telah muncul sejak 10 tahun yang lalu. Berawal dari gagasan ahli matematika dan musikologi Hans Cousto.

Kemudian, salah satu pendiri Loveperade, Dr. Motte, dan tim organisasi nirlaba Rave The Planet pun mewujudkannya, dengan mengajukan permohonan ke UNESCO pada November tahun 2022 silam.

Menurut UNESCO, warisan budaya takbenda itu merujuk pada bentuk-bentuk ekspresi budaya, yang secara langsung terkait dengan kreativitas dan tradisi masyarakat, yang diwariskan dari generasi ke generasi dan terus berkembang.

Hal tersebut mencakup suatu praktik, ritual, pengetahuan, keterampilan, dan seni pertunjukan seperti musik, tarian, dan teater, yang bertujuan untuk dilestarikan dan dijaga agar tetap hidup.

"Kraftwerk dan DJ serta produser Afrika-Amerika seperti Underground Resistance dari Detroit, turut memberikan kontribusi yang signifikan terhadap penciptaan dan penyebaran budaya techno," ungkap Leichsenring.

Lima entri lainnya di Jerman

Bersama dengan Komisi UNESCO Jerman, Menteri Konferensi Kebudayaan dan Komisioner Federal Jerman untuk Kebudayaan dan Media, Claudia Roth, mengumumkan enam entri baru tersebut di Berlin dan bekas ibu kota Jerman, Bonn.

Daftar warisan budaya takbenda UNESCO itu kini memiliki setidaknya 150 entri di Jerman. Tak hanya skena musik techno di Berlin, tradisi nyanyian "Finsterwalde” juga ikut masuk ke dalam daftar yang ditambahkan.

Selain itu, "Kirchseeon Perchtenlauf", parade musim dingin di Bayern, di mana pesertanya mengenakan kostum monster berbulu juga ikut ditambahkan.

Lalu, ada juga "Schwälmer Weißstickerei," gaya menjahit permadani dari negara bagian Hessen, sari apel Viez, serta pendakian gunung di Sachsen, juga menjaid bagian dari enam entri yang masuk ke dalam daftar itu.

"Baik subkultur maupun keahlian tradisional, semua ini merupakan bagian dari kekayaan budaya negara kami," ungkap Roth.

Wakil Presiden Komisi UNESCO Jerman Christoph Wulf menambahkan, "Warisan kehidupan yang kita miliki ini menciptakan komunitas dan menyatukan masyarakat dari hari ke hari."

(kp/pkp)

Sumber: Deutsche Welle

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of

asia sustainability impact consortium

Follow our mission at www.esgpositiveimpactconsortium.asia

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved