Sabtu, 4 Oktober 2025

Konflik Palestina Vs Israel

Israel Ubah Pusat Bantuan Kemanusiaan Jadi Perangkap Maut, Tembak Mati Warga Gaza yang Cari Bantuan

Israel mengubah Kota Gaza menjadi ‘perangkap maut’ ketika tentara menembak mati puluhan pencari bantuan kemanusiaan.

Penulis: Muhammad Barir
AP/Mahmoud Essa
Warga Palestina yang terluka akibat serangan Israel saat menunggu bantuan kemanusiaan di pantai Kota Gaza dirawat di Rumah Sakit Shifa pada Kamis, 29 Februari 2024. (AP Photo/Mahmoud Essa) 

Fasilitas PBB harus dilindungi setiap saat sebagaimana diamanatkan oleh hukum internasional, tegas Touma.

“Terlalu sering dalam perang ini fasilitas dan personel kami menjadi sasaran,” tambahnya. Setidaknya 165 staf UNRWA telah tewas di Gaza sejak 7 Oktober dan lebih dari 150 fasilitas terkena serangan, menurut badan tersebut, yang menyerukan penyelidikan independen terhadap serangan Israel yang berulang kali terjadi.

Touma mengatakan UNRWA membagikan koordinat fasilitas dan kegiatannya setiap hari dengan semua pihak yang bertikai, termasuk Israel, dan lokasi gudang Rafah telah dimasukkan dalam daftar yang dibagikan sehari sebelum diserang.

Kelaparan Gaza Jadi Senjata Israel

Kelompok hak asasi manusia mengatakan bahwa Israel menggunakan kelaparan sebagai senjata perang melawan warga Palestina.

Agnes Callamard, sekretaris jenderal Amnesty International, mengecam komunitas global karena menganggap krisis di Gaza bersifat kemanusiaan dan bukan krisis yang direkayasa oleh Israel.

“Sementara komunitas internasional sibuk berpura-pura bahwa Gaza adalah krisis kemanusiaan, Israel terus melanggar hukum internasional karena impunitas total,” katanya dalam postingan di X, merujuk pada serangan Israel terhadap pusat pangan PBB di Rafah.

“Penerjunan bantuan kemanusiaan melalui udara dan pelabuhan bantuan ke Gaza tidak akan mengatasi pelanggaran-pelanggaran ini. Dan mereka tidak akan mengatasi kelaparan yang direkayasa,” tambahnya.

UNRWA mengatakan pihak berwenang Israel tidak mengizinkannya mengirimkan pasokan ke wilayah utara Jalur Gaza sejak 23 Januari.

Israel, yang mengontrol penyeberangan Gaza, hanya membuka satu titik masuk ke wilayah tersebut sejak awal perang dan memberlakukan “prosedur pemeriksaan tanpa akhir” bagi truk yang lewat, kata badan-badan PBB.

Sejak 9 Februari, jumlah rata-rata truk yang masuk ke Gaza setiap hari adalah sekitar 55, dibandingkan dengan 500 truk yang masuk sebelum konflik dimulai, menurut Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA).

PBB mengatakan setidaknya setengah juta, atau satu dari empat orang di Gaza, akan segera menghadapi kelaparan karena mereka menyoroti masalah pengiriman bantuan kemanusiaan yang sangat dibutuhkan ke Gaza di tengah pembatasan yang dilakukan Israel.

Sebuah laporan baru oleh kelompok kemanusiaan Refugees International mengatakan bahwa Israel telah menciptakan “kondisi seperti kelaparan” di Jalur Gaza.

Penelitian yang dilakukan kelompok ini di Mesir, Yordania dan Israel mengungkapkan bahwa pemerintah Israel “secara konsisten dan tanpa dasar menghalangi operasi bantuan di Gaza, memblokir operasi bantuan yang sah dan menolak penerapan langkah-langkah yang benar-benar akan meningkatkan aliran bantuan kemanusiaan ke Gaza”.

Kementerian Kesehatan di Gaza melaporkan pada hari Kamis bahwa setidaknya 31.341 warga Palestina telah tewas dan 73.134 luka-luka akibat serangan Israel sejak 7 Oktober.

Dalam 24 jam terakhir, serangan Israel telah menewaskan 69 warga Palestina di Gaza, kata kementerian itu.

(Sumber: The Cradle)

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved