Minggu, 5 Oktober 2025

Rothschild: Dinasti bankir legendaris Eropa yang berperan membentuk negara Israel di tanah Palestina

Keluarga Rothschild di Inggris Raya dianggap sebagai perwakilan komunitas Yahudi di negara itu. Keluarga ini juga memainkan peran…

BBC Indonesia
Rothschild: Dinasti bankir legendaris Eropa yang berperan membentuk negara Israel di tanah Palestina 

Dalam beberapa tahun, Mayer menjadi bankir dan administrator Landgraviate (semacam kadipaten) Hesse-Cassel di bawah Wilhelm I, yang kemudian menjadi Wilhelm IX.

Dari jabatannya ini, Mayer menjadi tahu bagaimana meningkatkan kekayaan Wilhelm I dan dirinya sendiri.

Keduanya diuntungkan oleh Perang Napoleon. Wilhelm I menjual jasa para tentaranya kepada Inggris dan Prusia. Adapun Mayer meminjamkan dana kepada pemerintah-pemerintah untuk membiayai perang.

“[Keluarga Rothschild] adalah salah satu pendana utama selama Perang Napoleon. Mereka membiayai pasukan Inggris, koalisi melawan Napoleon, mereka memberi pinjaman, menjual emas, dan meraih untung dari situ,” tutur jurnalis Amerika Serikat, Mike Rothschild, kepada BBC News Mundo.

Mike Rothschild, sekalipun punya nama belakang yang sama dengan dinasti itu, sama sekali tidak punya hubungan darah dengan mereka.

“Perang membutuhkan banyak hal dan biayanya sangat mahal. Mereka [keluarga Rothschild] bisa mendapatkan uang dalam jumlah besar dalam waktu yang sangat cepat," sambung Mike Rothschild, yang juga menulis buku tentang mitos-mitos berumur 200 tahun tentang dinasti ini.

Dalam karya lain yang diterbitkan tahun 1887, The Rothschilds: Penguasa Keuangan Bangsa-Bangsa (The Rothschilds: The Financial Rulers of Nations), John Reeves menulis bagaimana selama Perang Semenanjung di Spanyol dan Portugal (1808–1814) membuat Duke of Wellington mengalami kesulitan dalam menjamin kelancaran arus kas karena tidak ada bankir yang mau mengemban tanggung jawab untuk transfer dana.

Keluarga Rothschild menawarkan diri untuk melakukannya dengan komisi yang menggiurkan. Selama sekitar delapan tahun, mereka menjalankan bisnis yang sangat menguntungkan ini.

Berangkat dari pengalaman ini, pemerintah Inggris meminta Rothschild untuk mengelola pengiriman dana ke berbagai pangeran sekutu di benua Eropa.

Membangun dinasti

Salah satu mitos tentang keluarga Rothschild adalah bagaimana mereka berkoordinasi secara sistematis untuk mendirikan cabang-cabang perusahaan keluarga di beberapa ibu kota utama Eropa kala itu.

Memang, Amschel menetap di Frankfurt sementara keempat putra keluarga lainnya mendirikan cabang perusahaan di London (Nathan), Paris (Jakob, yang kemudian dikenal sebagai James), Wina (Salomon), dan Naples (Karl).

Namun, cabang-cabang ini tidak didirikan secara bersamaan. Ada jangka waktu lebih dari 15 tahun antara pembukaan kantor London pada tahun 1804 dan pendirian cabang di Wina dan Naples, yang dibuka pada tahun 1820-an. Cabang di Wina dan Naples juga dibangun bertahun-tahun setelah meninggalnya Amschel pada tahun 1812.

Nathan Rothschild-lah yang menjadi bintang utama dari salah satu kebohongan terbesar yang menyelimuti keluarga ini.

Pada tahun 1846, sebuah pamflet yang ditulis seseorang dengan nama alias ‘Setan’ beredar di seluruh Eropa. Pamflet itu menyebut Nathan memanfaatkan informasi rahasia mengenai perang melawan Napoleon untuk menghasilkan jutaan dolar di pasar saham.

Halaman
1234
Sumber: BBC Indonesia
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved