Selasa, 30 September 2025
Deutsche Welle

Kenapa Perekonomian Jerman Ingin Perangi Rasisme?

Arus migrasi tenaga kerja asing yang dibutuhkan perekonomian Jerman masih terhadang isu rasisme dan diskriminasi di tempat kerja.…

Deutsche Welle
Kenapa Perekonomian Jerman Ingin Perangi Rasisme? 

Satu perkara menciptakan momen kesatuan yang langka antara pemerintah, dunia korporasi dan serikat buruh.

Dalam sebuah acara di negara bagian Baden-Württemberg, ketiga pihak sepakat bekerja sama memerangi ekstremisme dan mengumumkan terbentuknya sebuah aliansi baru.

"Misi kami adalah memerangi ekstremisme kanan, musuh konstitusi yang tidak menghargai martabat manusia," kata Presiden Jerman Frank-Walter Steinmeier dalam pidatonya.

Sudah sejak Januari lalu, Steinmeier menyerukan dibentuknya Aliansi untuk Demokrasi Melawan Ekstremisme di Jerman.

Asosiasi penyedia lapangan kerja, Südwestmetall, dan serikat buruh logam Metall di Baden-Württemberg mengikuti ajakan tersebut dan ikut menandatangani deklarasi aliansi berjudul "Ekonomi untuk Demokrasi."

Pun raksasa otomotif Mercedes-Benz atau Porsche ikut membubuhkan dukungannya.

Dibutuhkan 400.000 tenaga kerja asing per tahun

Bagi para pelaku industri, aliansi dengan serikat buruh dan pemerintah bersifat eksistensial. Pasalnya, Jerman sangat bergantung pada pasokan tenaga kerja dari luar negeri.

Jumlahnya, menurut studi Institut Riset Pasar Tenaga Kerja, IABf, setiap tahun diperkirakan mencapai 400.000 tenaga kerja asing.

Ketika pertumbuhan ekonomi menyusutkan arus migrasi dari negara-negara Eropa Timur, Jerman mulai menggantungkan harapan kepada pendatang dari luar Eropa.

Namun perkaranya, isu rasisme dan diskriminasi terhadap warga berkulit gelap, terlebih perempuan, masih menjadi ganjalan besar. Tidak sedikit jumlah pekerja migran yang lalu memutuskan keluar dari Jerman.

Tanpa migrasi, industri otomotif sulit beroperasi

"Dari sudut pandang kami, penting saat ini bagi kita untuk menghidupkan perdebatan di ruang kerja dan mengaitkannya dengan poin-poin kita, misalnya "pemufakatan" dalam pembuatan keputusan, kata Barbara Resch dari serikat buruh, IG Metall.

"Pemufakatan menjamin rasa aman dan saya yakin, ideologi ekstrem kanan menghinggap karena orang takut masa depan," ujarnya lagi.

Resch mengusulkan demokratisasi ruang kerja, di mana diskusi berlangsung lintas hirarki dan pendidikan pegawai diprioritaskan.

"Baden-Württemberg tidak lagi bisa memproduksi mobil, membangun mesin dan tidak lagi dilintasi bus, jika kita tidak memiliki keragamaan suku bangsa di tempat kerja dan di dalam administrasi," imbuhnya, merujuk pada negara bagian yang mencatatkan sepertiga omset tahunan industri otomotif Jerman itu.

Larangan bahasa asing di ruang istirahat

Bagaimana rasisme muncul di tempat kerja, bisa dilihat pada sebuah kasus yang didokumentasikan Badan Antidiskriminasi Federal Jerman.

Halaman
12
Sumber: Deutsche Welle
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved