Konflik Palestina Vs Israel
Biden Pesimis Pembebasan Sandera Israel-Hamas Tercapai dalam Waktu Dekat: Kami Terus Mendorong
Presiden AS, Joe Biden merasa pesimis akan tercapainya pembebasan sandera di kedua belah pihak antara Israel dengan Hamas.
TRIBUNNEWS.COM - Sejak serangan 7 Oktober, Hamas telah menyandera sekitar 240 orang.
Di sisi lain, Israel juga telah melakukan penyanderaan di banyak tempat, terutama di wilayah Tepi Barat.
Meskipun pembebasan sandera telah dilakukan oleh kedua belah pihak saat gencatan senjata pertama, namun Presiden Amerika Serikat, Joe Biden pesimis hal tersebut bakal terjadi lagi di kesepakatan berikutnya.
Joe Biden pada hari Rabu (20/12/2023) mengatakan tidak memperkirakan kesepakatan pembebasan sandera Israel-Hamas yang kedua akan segera tercapai.
Namun, Biden terus mendorong kesepakatan pembebasan sandera harus terjadi di gencatan senjata berikutnya.
"Kami terus mendorong," kata Biden, dikutip dari Reuters.
Baca juga: Bisnis Properti Israel Hancur Lebur Sejak Perang dengan Hamas di Gaza, Transaksi Merosot Tajam
Sementara itu, Pemimpin Hamas Ismail Haniyeh melakukan perjalanan ke Mesir, di mana hal itu merupakan intervensi pribadi yang jarang terjadi dalam diplomasi.
Kejadian ini adalah sesuatu yang Haniyeh lakukan di masa lalu ketika kemajuan terlihat mungkin terjadi.
Haniyeh terakhir kali melakukan perjalanan ke Mesir pada awal November sebelum pengumuman satu-satunya gencatan senjata dalam perang Gaza sejauh ini, jeda selama seminggu yang menyebabkan pembebasan sekitar 110 sandera Hamas.
Israel belum berkomentar secara terbuka mengenai pembicaraan di Mesir.
Namun mereka mengesampingkan gencatan senjata permanen dan mengatakan mereka hanya akan menyetujui jeda kemanusiaan terbatas sampai Hamas dikalahkan.
Baca juga: Ribuan Anak Jadi Korban Pembunuhan Tentara Israel, UNICEF Jadikan Gaza Tempat Paling Bahaya di Dunia
Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu mengulangi pada Rabu bahwa perang hanya akan berakhir jika Hamas dibasmi, semua sandera dibebaskan, dan Gaza tidak lagi menjadi ancaman bagi Israel.
"Siapapun yang mengira kami akan berhenti, berarti mereka tidak memahami kenyataan. Semua Hamas, dari awal hingga akhir, adalah orang mati yang berjalan," kata Netanyahu.
AS, sekutu terdekat Israel, telah meningkatkan seruan dalam sepekan terakhir agar mereka mengurangi perang habis-habisan menjadi kampanye terfokus melawan para pemimpin Hamas dan mengakhiri apa yang disebut Biden sebagai "pemboman tanpa pandang bulu" yang menyebabkan banyak korban sipil.
Sebagai akibat serius dari perang tersebut, pasukan Houthi di Yaman telah menembakkan rudal dan drone ke kapal-kapal komersial di Laut Merah untuk menggarisbawahi dukungan dari proksi milisi Arab Iran untuk Palestina melawan Israel, dan AS pada minggu ini membentuk kekuatan multinasional untuk menangkal serangan-serangan itu.
Pada Rabu, pemimpin Houthi memperingatkan mereka akan menyerang kapal perang AS jika pasukan mereka menjadi sasaran Washington.
Baca juga: Ada di Daftar Tahanan Israel, Siapa Marwan Barghouti yang Ingin Dibebaskan Hamas?
AS Tak Mau Mendikte Israel

Menteri Pertahanan AS, Lloyd Austin mengatakan pihaknya tidak akan mendikte Israel ketika mereka mengobarkan perang di Gaza.
"Mengenai jadwal, ini adalah operasi Israel, dan saya di sini bukan untuk menentukan jadwal atau ketentuan," kata Austin, dikutip dari Doha News.
"Dukungan kami terhadap hak Israel untuk mempertahankan diri sangat kuat," lanjutnya.
Meski begitu, Austin mengatakan perlindungan warga sipil Palestina adalah sebagai tugas moral dan sebuah keharusan.
Baca juga: Warga Gaza Makin Dihimpit, Militer Israel Minta Evakuasi Massal dari Khan Younis ke Rafah
Peringatan Evakuasi Massal Dikeluarkan

Militer Israel telah mengeluarkan perintah evakuasi massal di Kota Khan Younis bagian tengah dan selatan pada Rabu (20/12/2023).
Menurut Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan PBB (OCHA) melalui laman resminya, pemberitahuan tersebut disampaikan Israel secara online.
Perlu diketahui, wilayah tersebut dihuni hampir 111.542 orang sebelum terjadinya peperangan antara Israel dengan Hamas.
Baca juga: Tidak Gentar Terhadap Koalisi AS, Houthi Incar Kapal-kapal yang Terkait Israel di Laut Merah
Daerah ini juga mencakup 32 tempat penampungan yang menampung sekitar 141.451 pengungsi internal (IDP), yang sebagian besar dari mereka sebelumnya merupakan pengungsi dari wilayah utara.
Instruksi yang dikeluarkan militer Israel ini menyatakan bahwa warga di Khan Younis bagian tengah dan selatan diminta untuk segera pindah ke tempat penampungan yang lebih jauh ke selatan.
Khususnya di lingkungan Ash Shaboura, Tel as Sultan dan Az Zahur di Kegubernuran Rafah yang sudah penuh sesak.
OCHA menyebut ruang lingkup pengungsian akibat perintah evakuasi dari pihak militer Israel tidak jelas.
(Tribunnews.com/Whiesa)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.