Selasa, 7 Oktober 2025

Konflik Palestina Vs Israel

Kronologi Hamas-Israel Gagal Perbarui Gencatan Senjata setelah Debat soal Sandera di Gaza

Hamas dan Israel gagal memperbarui gencatan senjata dengan alasan perdebatan untuk pembebasan sandera dan tahanan.

Editor: Daryono
KHALED DESOUKI / AFP
Azzam al-Ahmad (kanan) dari Fatah dan Saleh al-Aruri (kiri) dari Hamas berbicara dengan wartawan setelah menandatangani perjanjian rekonsiliasi di Kairo pada 12 Oktober 2017, ketika kedua gerakan Palestina yang bersaing itu mengakhiri perpecahan mereka yang telah berlangsung selama satu dekade menyusul negosiasi yang diawasi oleh Mesir.-- Hamas dan Israel gagal menyepakati gencatan senjata sementara. 

TRIBUNNEWS.COM - Gerakan perlawanan Islam (Hamas) dan Israel gagal memperbarui kesepakatan gencatan senjata sementara untuk membebaskan sandera dan tahanan.

Setelah gencatan senjata sementara yang terus diperbarui selama 7 hari pada Jumat (24/11/2023) hingga Jumat (1/12/2023), kedua pihak gagal memperbarui kesepakatan itu.

Pada Jumat (1/12/2023), Israel mengatakan Hamas menolak membebaskan sandera perempuan yang tersisa dan menggantinya dengan membahas pembebasan sandera pria lanjut usia.

Israel menjelaskan kepada mediator Qatar bahwa mereka tahu Hamas masih menahan beberapa perempuan dan Israel bersikeras untuk membebaskan mereka.

"Jika para wanita tersebut tidak dibebaskan, pertempuran akan berlanjut," kata Kepala Mossad, David Barnea, kepada Hamas melalui Qatar, Kamis (30/11/2023) sebelum Mossad ditarik ke Israel pada Sabtu (2/12/2023), dikutip dari Axios.

Baca juga: Israel Serang Sebuah Rumah di Gaza Selatan, Tewaskan 7 Orang

Hamas: Perempuan yang ditahan adalah tentara

Hamas mengatakan, perempuan yang masih ditahan oleh mereka adalah tentara Israel, sehingga tidak termasuk pada perjanjian gencatan senjata, yang hanya mengizinkan pembebasan warga sipil Israel.

Untuk membebaskan tentara Israel itu, Hamas memberi syarat agar seluruh tahanan Palestina dibebaskan, namun Israel menolak dan tidak ingin memberi imbalan atas tuntutannya.

Wakil ketua Hamas, Saleh al-Arouri, menuntut Israel menghentikan agresinya dan semua sandera akan dibebaskan.

"Saat ini tidak ada negosiasi yang dilakukan (dengan pihak Israel) dan pendirian akhir Hamas adalah tidak akan ada pertukaran sampai agresi benar-benar dihentikan," kata Saleh al-Arouri, Sabtu (2/12/2023).

"Orang-orang lain yang kami tahan adalah tentara atau mantan anggota militer dan tidak akan ada negosiasi mengenai mereka sampai agresi dihentikan," katanya.

Sekretaris jenderal Hizbullah Hassan Nasrallah (kanan) bertemu dengan sekretaris jenderal gerakan Jihad Islam Palestina Ziad Nakhale (kiri ke-2) dan wakil kepala urusan politik gerakan Hamas Saleh al-Arouri (kiri) di lokasi yang dirahasiakan di Lebanon.
Sekretaris jenderal Hizbullah Hassan Nasrallah (kanan) bertemu dengan sekretaris jenderal gerakan Jihad Islam Palestina Ziad Nakhale (kiri ke-2) dan wakil kepala urusan politik gerakan Hamas Saleh al-Arouri (kiri) di lokasi yang dirahasiakan di Lebanon. (HEZBOLLAH'S MEDIA OFFICE / AFP)

Baca juga: Negosiasi Gagal, Israel Tarik Pelobi dari Qatar, Serangan ke Gaza Berlanjut

Saleh al-Arouri mengatakan sejak awal hingga saat ini, Hamas siap melepaskan warga negara asing tanpa imbalan apa pun dari negara mereka serta perempuan dan anak-anak Israel sesuai kesepakatan dengan IDF.

"Pemerintah Israel menolak untuk menyelesaikan kesepakatan untuk menukar mantan prajurit (Israel) (yang ditahan oleh Hamas) dengan syarat yang berbeda. Mereka memilih melanjutkan serangan (di Gaza)," lanjutnya.

Menanggapi agresi Israel yang berlanjut di Gaza, Saleh al-Arouri mengatakan sandera tidak dapat dibebaskan dengan cara kekerasan.

"Satu-satunya cara yang mungkin bagi Israel adalah dengan mengupayakan pembebasan sandera Israel sesuai syarat dari perlawanan Palestina (Hamas)," katanya.

Halaman
12
Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved