Selasa, 7 Oktober 2025

Konflik Palestina Vs Israel

Kisah Zeina Abdo, Remaja Palestina Jadi Tahanan Israel: Diancam Disetrum sampai Mati

Ini kisah Zeina Abdo, remaja Palestina yang ditahan Israel selama dua tahun. Dia mengaku kerap disiksa hingga diancam disetrum sampai mati.

AFP/AHMAD GHARABLI
Raghad Fan (kanan) seorang tahanan Palestina yang ditahan di penjara Israel disambut oleh keluarganya saat dia dibebaskan berdasarkan kesepakatan gencatan senjata antara Israel dan Hamas dengan imbalan sandera yang ditahan di Gaza, di Baytunia di Tepi Barat yang diduduki pada 24 November 2023. Setelah 48 hari baku tembak dan pemboman yang merenggut ribuan nyawa, sandera pertama yang dibebaskan berdasarkan kesepakatan gencatan senjata antara Israel dan Hamas diserahkan pada 24 November, kata kedua belah pihak, hampir tujuh minggu setelah mereka ditangkap. Ini kisah Zeina Abdo, remaja Palestina yang ditahan Israel selama dua tahun. Dia mengaku kerap disiksa hingga diancam disetrum sampai mati.(Photo by AHMAD GHARABLI / AFP) 

TRIBUNNEWS.COM - Perempuan asal Palestina bernama Zeina Abdo menceritakan kekejaman Israel saat dijadikan tahanan dan dikurung di sel penjara dalam dua tahun terakhir.

Sebagai informasi, remaja berumur 18 tahun itu merupakan salah satu sandera yang dibebaskan oleh Israel di mana merupakan bagian dari kesepakatan gencatan senjata Israel dan Hamas di Gaza.

Dalam pengakuannya kepada Aljazeera, Abdo mengatakan dalam dua tahun terakhir menjadi masa terburuk dalam hidupnya.

Hal tersebut lantaran selama dipenjara, dia kerap mendapat penyiksaan hampir tiap hari.

Abdo pun menceritakan salah satu cara militer Israel menyiksa para tahanan termasuk dirinya adalah dengan menyemprotkan gas air mata.

"Mereka (militer Israel) mengepung kami dan menyemprotkan gas air mata kepada kami. Mereka pukuli dan habisi perempuan, anak perempuan."

"Maksud saya, kami itu anak perempuan. Kami juga hanya anak-anak. Bagaimana kalian (militer Israel) menyiksa kami?" ujar Abdo dikutip pada Kamis (30/11/2023).

Baca juga: Krisis Kepercayaan di Antara Militer Israel, Sebagian Tolak Kembali Tempur Usai Dua Perwira Dipecat

Tak hanya disiksa secara fisik, Abdo mengungkapkan petugas sipir juga kerap menyerangnya secara verbal dan non verbal.

Hal tersebut, sambungnya, juga dialami oleh anak-anak Palestina yang lain.

Selain itu, Abdo mengatakan dia dan tahanan anak-anak Palestina lainnya juga kerap tidak diberi makan dan minum.

Bahkan, Abdo sendiri mengaku sempat tidak tidur selama beberapa hari di penjara akibat tidak diberi alas.

"Mereka (aparat Israel) memukuli kmai, bersumpah serapah terhadap kami, dan menyiksa kami. Saya menghabiskan enam hari di penjara tanpa tidur, tidak ada makanan, dan tanpa air minum bersama empat personel militer menyiksa saya," ujar Abdo.

Ancaman lain pun turut diterima Abdo yaitu diancam oleh sipir penjara dengan menyetrumnya hingga mati.

"Mereka mengancam akan membunuh saya dengan menyetrum saya sampai mati. Mereka menargetkan kepala saya," ceritanya.

Sekedar informasi, Abdo menjadi tahanan Israel sejak 2021 saat masih berumur 16 tahun.

Dirinya didakwa oleh Pengadilan Israel lantaran dinilai melakukan penghasutan melalui media sosial dengan mengunggah foto bendera Palestina.

"Saya mengunggah foto-foto bendera Palestina sama seperti warga Palestina pada umumnya. Ini adalah tanah air kami dan di hari akhir pun ini tetap menjadi tanah kami."

"Mereka mengunggah bendera Israel dan menganggapnya itu adalah hal normal," kata Abdo menjelaskan dakwaannya.

Bahkan, katanya, unggahan fotonya tersebut dianggap oleh hakim sebagai perencanaan untuk melakukan perlawanan terhadap Israel.

"Mereka menganggap unggahan saya melanggar hukum atau saya disebut merencanakan (perlawanan) atau melakukan sesuatu. Mereka memunculkan tuduhan yang tidak pernah didengar sebelumnya," katanya.

Baca juga: Israel Ancam Lanjutkan Perang jika Permintaan Tidak Dipenuhi, Hamas Minta Pejuangnya untuk Bersiap

Abdo mengaku masa remajanya telah dirampas oleh Israel lantaran hanya dihabiskan di penjara dan upaya penjajahan.

Di sisi lain, Israel disebut telah menahan lebih dari 12 ribu anak-anak Palestina selama 20 tahun terakhir.

Selama ditahan, mereka kerap disiksa secara fisik dan kerap menerima serangan psikologis.

Sementara per tahun, Israel disinyalir menahan 500-700 anak-anak Palestina.

Update Pembebasan Sandera: Hamas Bebaskan 16 Orang Israel Ditukar 30 Tahanan Palestina

Aktivis yang baru dibebaskan, Ahed Tamimi (kanan) berjalan bersama ibunya dalam upacara penyambutan setelah pembebasan tahanan Palestina dari penjara-penjara Israel dengan imbalan sandera Israel yang ditahan di Gaza oleh Hamas sejak serangan 7 Oktober, di Ramallah di Tepi Barat yang diduduki.
Aktivis yang baru dibebaskan, Ahed Tamimi (kanan) berjalan bersama ibunya dalam upacara penyambutan setelah pembebasan tahanan Palestina dari penjara-penjara Israel dengan imbalan sandera Israel yang ditahan di Gaza oleh Hamas sejak serangan 7 Oktober, di Ramallah di Tepi Barat yang diduduki. (JAAFAR ASHTIYEH / AFP)

Terbaru, pembebasan sandera kembali dilakukan oleh Hamas dan Israel pada Rabu (29/11/2023) waktu setempat.

Dikutip dari Al Arabiya pada Kamis, Hamas membebaskan 16 sandera termasuk 10 warga Israel.

Sementara dari pihak Israel, membebaskan 30 tahanan Palestina yang dibebaskan oleh Tel Aviv.

Kantor Perdana Menteri (PM) Israel mengungkapkan dalam keterangannya, 16 sandera Hamas tersebut telah tiba di wilayahnya.

Adapun rinciannya adalah lima sandera wanita, tiga sandera anak-anak, dan dua sandera laki-laki yang berusia 18 tahun telah dibebaskan Hamas.

Baca juga: Teka-teki Israel, Netanyahu 6 Kali Tolak Bunuh Pemimpin Hamas Yahya Sinwar

Sementara 10 warga Israel tersebut merupakan orang dengan kewarganegaraan ganda yaitu satu orang berkewarganegaraan Israel-Belanda, satu Israel-Amerika, dan tiga orang warga Israel-Jerman.

Sedangkan enam sandera lainnya merupakan warga negara asing yang terdiri atas dua warga Rusia dan empat warga Thailand.

Di sisi Israel, 30 tahanan Palestina juga dibebaskan.

Salah satunya adalah aktivis dan tokoh penting Palestina berusia 22 tahun, Ahed Tamimi.

Para sandera dan tahanan yang dibebaskan pada hari keenam gencatan senjata itu disambut dengan perayaan oleh keluarga dan teman-teman mereka.

"Qatar tetap berharap bahwa kemajuan yang dicapai dalam beberapa hari terakhir dapat dipertahankan, dan perpanjangan lebih lanjut dari perjanjian jeda kemanusiaan dapat dicapai," kata ju bicara Kementerian Luar Negeri Qatar, Majed al-Ansari.

(Tribunnews.com/Yohanes Liestyo Poerwoto)

Artikel lain terkait Konflik Palestina vs Israel

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved