Senin, 6 Oktober 2025

Konflik Palestina Vs Israel

Qatar: Pihak yang Paling Sulit Diajak Negosiasi adalah Israel

Israel adalah pihak yang paling sulit diajak bernegosiasi, selama penanganan konflik dengan Hamas Palestina. Hal itu menurut pernyataan Qatar.

Zain JAAFAR / AFP
Anggota polisi perbatasan Israel mengambil posisi selama penggerebekan di kamp Balata untuk pengungsi Palestina, sebelah timur Nablus di Tepi Barat yang diduduki pada 23 November 2023 ketika kekerasan meningkat di wilayah pendudukan Palestina di tengah perang Israel melawan Hamas di Gaza. 

TRIBUNNEWS.COM - Qatar menyebut negara Israel adalah pihak yang paling sulit diajak bernegosiasi, selama penanganan konflik dengan Hamas Palestina.

Hal itu dikatakan Majed al-Ansari, juru bicara Kementerian Luar Negeri Qatar.

Seperti diketahui Qatar saat ini berperan sebagai menjadi mediator konflik antara Israel dan Palestina.

Dalam negosiasi, Majed al-Ansari mengatakan masing-masing negara memiliki tuntutan.

“Proses negosiasi sulit dari semua aspek,” katanya pada konferensi pers di Doha, mengutip Al Jazeera.

Baca juga: Kapal Induk Prancis Dixmude Mulai Berlabuh di Mesir, Siap Tampung Anak-anak dari Gaza

Majed al-Ansari juga menambahkan bahwa pihak Qatar sudah berusaha melakukan yang terbaik.

“Masing-masing pihak punya tuntutan dan keberatannya masing-masing. Kami melakukan yang terbaik untuk menyelesaikan masalah ini."

"Namun pihak yang paling tangguh adalah Israel," ujarnya.

Sementara diberitakan sebelumnya, adanya perjanjian jeda kemanusiaan dan penyanderaan ini ditengahi oleh Mesir, Qatar dan Amerika Serikat (AS).

Dalam prosesnya, di masa gencatan senjata, sandera di masing-masing negara dibebaskan secara bertahap.

Majed Al Ansari menekankan bahwa upaya sedang dilakukan dengan Israel dan Hamas, serta Mesir dan AS, untuk memastikan jeda yang cepat dan memberikan dukungan yang diperlukan untuk menjamin komitmen kedua belah pihak terhadap kesepakatan tersebut, mengutip Anadolu Agency.

Tiga Tawanan Muda Perancis Dibebaskan Hamas

Pejuang Hamas menemani sandera Israel yang baru dibebaskan (berbaju merah muda) ke kendaraan Palang Merah, di Jalur Gaza pada 27 November 2023.
Pejuang Hamas menemani sandera Israel yang baru dibebaskan (berbaju merah muda) ke kendaraan Palang Merah, di Jalur Gaza pada 27 November 2023. (HAMAS MEDIA OFFICE / AFP)

Sementara itu pihak Hamas telah membebaskan tawanannya secara bertahap, termasuk 3 remaja asal Prancis.

Menteri Luar Negeri Perancis Catherine Colonna mengatakan bahwa 3 warga negara Prancis itu dibebaskan Hamas pada Senin (27/11/2023).

“Kami mempunyai berita tidak langsung, dan berita itu bagus… Ini sangat melegakan,” kata Colonna.

Baca juga: Organisasi HAM Ini Ungkap Dugaan Israel Curi Organ Jenazah Warga Palestina yang Meninggal

Tiga remaja itu yakni Eitan (12), Erez (12) dan Sahar (16), dibebaskan Hamas dalam kondisi sehat, mengutip Al Jazeera.

“Tiga anak Perancis akhirnya dibebaskan; sekarang kita harus bekerja tanpa henti untuk membebaskan semua sandera lainnya,” katanya lagi.

Di sisi lain hingga saat ini 60 wanita Palestina masih ditahan di penjara Israel.

Pihak berwenang Israel terus menahan 60 wanita ini, dan sebagian besar dari mereka ditangkap setelah peristiwa 7 Oktober 2023,.

Berbicara kepada Anadolu, Amal Sarahneh, petugas media di Masyarakat Tahanan Palestina (PPS), mengatakan tentara Israel menahan 56 perempuan dan anak perempuan Palestina dalam gelombang besar penangkapan di Tepi Barat dan Yerusalem Timur yang diduduki setelah 7 Oktober, sejauh ini telah menahan 3.260 orang.

(Tribunnews.com/Garudea Prabawati)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved