Konflik Palestina Vs Israel
Save the Children: 15.000 Bayi Diperkirakan akan Lahir di Gaza Sampai Akhir Tahun Ini
Save the Children mengatakan sekitar 15.000 bayi akan lahir di Gaza, dari pecahnya perang hingga akhir tahun 2023 ini.
TRIBUNNEWS.COM - Save the Children mengatakan sekitar 15.000 bayi akan lahir di Gaza, dari pecahnya perang hingga akhir tahun 2023.
"Semuanya berada dalam risiko besar di tengah meningkatnya kekerasan," kata organisasi itu pada Selasa (14/11/2023).
Dikutip dari Anadolu Agency, dalam siaran persnya, organisasi itu menambahkan, ada sekitar 15 persen ibu melahirkan yang kemungkinan besar mengalami komplikasi.
Prediksi Save the Children berdasarkan data Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) baru-baru ini yang melaporkan bahwa ada sekitar 180 ibu melahirkan di wilayah kantong Palestina yang terkepung.
"Perawatan medis, air bersih, dan makanan, obat-obatan semakin menipis, dan perempuan hamil atau (ibu) menyusui kesulitan mendapatkan makanan," terang pernyataan Save the Children.
Bahkan rumah sakit dan fasilitas kesehatan yang sudah menghadapi krisis parah, kini diserang.
Baca juga: Netanyahu Marah Kanada Sebut Israel Bunuh Sipil Gaza, Justin Trudeau: Dunia Jadi Saksi

Ribuan pasien termasuk perempuan hamil dan bayi baru lahir berada dalam bahaya besar.
Maha, seorang anggota staf Save the Children di Jalur Gaza yang mengungsi ke selatan dan berlindung di dekat Rumah Sakit Al Shifa mengakui bahwa situasi di sana sangat mengerikan.
"Wanita hamil ada di lorong (rumah sakit) menjerit kesakitan. Bayi baru lahir tak dikenal di inkubator, tanpa ada anggota keluarga yang masih hidup," katanya.
"Bahan bakar sudah habis. Saya harus mengungsi (lagi)," tambahnya.
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), sebanyak 22 dari 36 rumah sakit di Gaza kini tidak berfungsi.
Direktur Save the Children di Gaza, Jason Lee menyerukan agar bahan bakar diizinkan masuk ke wilayah terkepung itu untuk menghidupkan generator.
"Bayi-bayi yang dilahirkan berada dalam mimpi buruk, bencana kemanusiaan. Wanita hamil melahirkan tanpa perawatan medis dan bayi prematur meninggal di inkubator," katanya.
"Kekerasan harus dihentikan. Kita memerlukan gencatan senjata. Kita membutuhkannya sekarang," tambahnya.
Baca juga: Biarkan Genosida di Gaza, Biden dan Dua Menterinya Digugat Kelompok HAM AS

Jumlah korban tewas
Israel telah melancarkan serangan udara dan darat tanpa henti di Jalur Gaza sejak serangan lintas batas oleh kelompok Palestina Hamas sejak 7 Oktober 2023.
Selasa (14/11/2023), korban tewas di Palestina telah mencapai 11.423 orang, dan 1.200 orang tewas di Israel.
"Jumlah korban tewas mencapai 11.240 orang di Gaza per 13 November 2023, pukul 19.30 waktu setempat," terang Direktur Jenderal kantor media pemerintah Gaza, Ismail al-Thawabta.
Dilansir Al Jazeera, setiap hari, rata-rata serangan Israel telah merenggut 320 nyawa orang sejak perang meletus pada 7 Oktober 2023.
Inilah rincian jumlah korban perang Israel-Hamas berdasarkan laporan Kementerian Kesehatan Palestina, Masyarakat Bulan Sabit Merah Palestina dan Layanan Medis Israel:
1. Gaza
- Tewas: 11.240
Setidaknya termasuk: 4.630 anak dan 3.130 wanita
- Terluka: Setidaknya 27.490
Setidaknya termasuk: 8.663 anak
2. Tepi Barat yang diduduki
Tewas: Setidaknya 183
Termasuk 44 anak dan satu wanita
Terluka: Lebih dari 2.400
3. Israel
Terbunuh: Setidaknya 1.200
Terluka: Setidaknya 5.600
Baca juga: Hujan di Gaza Jadi Ancaman, Pengungsi: Selain karena Perang, Anak-anak Bisa Mati Kedinginan

Sampai saat ini, tempat pengungsian dan perawatan medis juga belum lepas dari serangan Israel.
- 198 staf medis tewas
- 87 ambulans rusak.
- 21 dari 35 rumah sakit tidak berfungsi lagi di Gaza
- 51 dari 72 fasilitas perawatan medis dasar tidak beroperasi.
Ribuan bangunan termasuk rumah sakit, masjid dan gereja telah rusak atau hancur akibat serangan Israel.
Sementara itu, korban tewas di Israel mencapai 1.200 orang, menurut angka resmi.
(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.