Konflik Rusia Vs Ukraina
Putin Ampuni Pelaku Pemerkosaan yang Siksa dan Tusuk Pacarnya 111 Kali hingga Tewas
Seorang pembunuh yang menyiksa kekasihnya, dibebaskan dari penjara karena berperang di Ukraina. Ibu korban murka dan tidak terima.
TRIBUNNEWS.COM - Seorang pembunuh yang juga melakukan pemerkosaan kepada kekasihnya, diampuni oleh Presiden Rusia Vladimir Putin karena "jasanya" melawan Ukraina dalam peperangan, menurut aktivis HAM Alyona Popova pada Rabu (8/11/2023).
Mengutip Mirror, Vladislav Kanyus (27) divonis hukuman 17 tahun pada Juli 2022.
Namun belum sampai satu tahun, ia dikeluarkan dari penjara untuk berperang melawan Ukraina.
Vladislav Kanyus membunuh kekasihnya, Vera Pekhteleva (23) karena ia tidak terima kekasihnya itu meminta kembali barang-barangnya setelah putus.
Vladislav menyiksanya selama tiga setengah jam dan akhirnya membunuhnya dengan 111 luka tusukan.
Kasus ini sempat menjadi skandal besar di Rusia, karena para tetangga mendengar teriakan Vera Pekhteleva.
Baca juga: Wamil Cuma Jadi Umpan Peluru Tentara Ukraina, Korban Tewas Pasukan Rusia Hampir 110 Ribu Orang
Korban juga sudah berusaha menelepon polisi selama 7 kali tetapi polisi gagal menyelamatkannya.
Di persidangan, kasus ini dilabeli sebagai kasus pembunuhan yang sangat kejam, menurut Popova.
Ibu korban, Oksana (49) mengutuk keputusan Putin yang membebaskan pelaku pembunuhan anaknya.
"Bagaimana mungkin seorang pembunuh kejam diberi senjata? Mengapa dia dikirim ke garis depan - untuk membela Rusia?"
"Dia sampah. Dia bukan manusia."
“Apakah menurut Anda dia berubah? Tentu saja tidak."
"Satu-satunya tujuannya adalah merangkak kembali ke kebebasan."
"Dia sudah melakukannya sekarang, dan apa yang akan dia lakukan selanjutnya?"
"Dia akan mengulangi kejahatannya."
Ibu yang berduka itu menambahkan, "Ini merupakan pukulan bagi saya, keputusan Presiden Putin [untuk mengampuni si pembunuh]... Anak saya akan membusuk di kuburnya."

Baca juga: Vladimir Putin Kunjungi Markas Operasi Militer di Rostov Don, Cek Senjata Baru Rusia
"Saya telah kehilangan segalanya - hidup saya, harapan apa pun."
"Saya tidak hidup, hanya ada di dunia."
"Dan dia diampuni dengan pembebasan dari menjalani hukumannya lebih lanjut, catatan kriminalnya sekarang dihapuskan oleh putusan pengadilan."
"Saya orang yang kuat. Tapi pelanggaran hukum di negara kita ini hanya mendorong saya ke jalan buntu."
"Saya tidak tahu apa yang harus saya lakukan sekarang."
Sang ibu baru-baru ini melihat bukti dokumenter tentang keputusan Putin yang mengampuni kriminal tersebut setelah sebelumnya diberitahu bahwa ia dibebaskan untuk berperang.
Alyona Popova mendesak masyarakat Rusia: "Jangan diam. Berteriaklah sekeras mungkin."
"Jika kita tetap diam, kita akan menerima kenyataan bahwa pembunuh seperti itu akan berkeliaran di jalanan kami."
Mantan Napi yang Dibebaskan sebagai Imbalan Berperang Melawan Ukraina, Kembali Lakukan Kejahatan
Pada Agustus 2023 lalu, seorang tahanan yang dilaporkan dibebaskan lebih awal untuk bergabung dengan Grup Wagner, melakukan dua pembunuhan di Rusia setelah ia dipulangkan dari perang di Ukraina.
Dilansir BBC.com, Demyan Kevorkyan dijatuhi hukuman penjara 18 tahun pada tahun 2016.
Kini, ia kembali dipenjara karena diduga membunuh seorang pria dan wanita saat mereka pulang dari bekerja.
Kevorkyan adalah satu di antara 150 tahanan yang direkrut Wagner pada 31 Agustus 2022.
Saat itu, ketua kelompok tentara bayaran Yevgeny Prigozhin, mengunjungi penjara Kevorkyan dan memberinya penawaran.
Namun setelah itu, Kevorkyan kembali ke Rusia.
Ia terlihat di kampung halamannya di Krasnodar dan berkata kepada orang-orang dia baru kembali dari peperangan di Ukraina.
Tidak diketahui pasti kapan Kevorkyan pulang.
Diduga Membunuh Seorang Remaja dan Bosnya
Salah satu korban yang diduga dibunuh oleh Kevorkyan adalah entertainer remaja berusia 19 tahun bernama Tatyana Mostyko.
Ibunya, Nadezhda, menunjukkan video Tatyana dengan pakaian terusan merah muda dan biru, menari, dan menyusun permainan di sebuah pesta.
"Dia menyukai pekerjaan itu," kata Nadezhda.
Namun pekerjaan terakhir yang dilakukan Tatyana adalah pada 28 April.
Bosnya, Kirill Chubko sedang mengantarnya pulang ketika ban mobil mereka bocor.
Mereka menepi ke sisi jalan dekat kota Berezanskaya, di barat daya Rusia.
Istri Kirill, Darya, mengatakan kepada media lokal bahwa suaminya sempat meneleponnya untuk mengatakan dia akan pulang terlambat.

Sang suami berkata ia tidak perlu khawatir karena ada sekelompok anak muda yang berhenti untuk membantu mereka.
Namun itu terakhir kali Darya mendengar suara suaminya.
Darya lapor polisi karena suaminya tak juga pulang keesokan harinya.
Ibu Tatyana yang tinggal di Siberia, juga langsung terbang ke kota putrinya tinggal, menempuh perjalanan enam jam ke daerah tersebut.
"Hal terburuk adalah ketika kami mendarat dan saya menghidupkan kembali ponsel saya. Ada banyak pesan," kata Nadezhda.
"Anda tidak bisa membayangkan betapa paniknya saya. Saya membuang telepon itu, karena itu hanya bisa berarti satu hal - semuanya sudah berakhir. Saya tidak bisa menggambarkannya."
Tiga tersangka kemudian ditangkap, termasuk Kevorkyan yang berusia 31 tahun.
Dua orang lainnya, Anatoly Dvoynikov dan Aram Tatosyan, menunjukkan kepada polisi di mana mereka mengubur jasad korban.
Kirill dan Tatyana rupanya tewas ditikam.
Polisi mengatakan bahwa wanita muda itu menunjukkan "tanda-tanda kematian yang kejam".

Dvoynikov dan Tatosyan mengaku melakukan perampokan dan pembunuhan.
Mereka mengatakan Kevorkyan yang bertanggung jawab, tetapi Kevorkyan membantah terlibat.
Nadezhda tidak percaya Kevorkyan dibebaskan.
"Dia seharusnya tidak keluar sebelum 2028," katanya.
Kevorkyan dijatuhi hukuman 18 tahun penjara karena kejahatan serupa sebelumnya.
Ia dihukum karena memimpin geng yang membajak mobil-mobil yang lewat, tidak jauh dari tempat Tatyana dan Kirill dibunuh.
Mereka merampok orang-orang di dalam mobil itu dan menembak mati salah satu dari mereka.
"Atas dasar apa dia dibebaskan?" tanya Nadezhda.
Di bawah hukum Rusia, narapidana harus menjalani setidaknya dua pertiga dari hukuman mereka.
"Dia seharusnya menjalani hukuman setidaknya 12 tahun. Dia hanya menjalani hukuman enam tahun," katanya.
(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.