Kamis, 2 Oktober 2025

Konflik Palestina Vs Israel

Kisah Anak-anak Gaza, Farah Bakr Bocah 5 Tahun Menggali Boneka dari Reruntuhan akibat Bom Israel

Ribuan anak-anak mengungsi di rumah sakit Al-Shifa bersama keluarga mereka dengan memabawa mainan yang tersisa akibat serangan di tempat tinggalnya.

Abdelhakim Abu Riash/Al Jazeera
Anak-anak yang Mengungsi di RS Al-Shifa Gaza Tampak Bermain Bersama 

TRIBUNNEWS.COM - Ribuan anak-anak mengungsi di rumah sakit Al-Shifa bersama keluarga mereka dengan membawa mainan yang tersisa akibat serangan di tempat tinggalnya.

Salah seorang anak yang mengungsi bernama Farah Bakr.

Farah Bakr terlihat tidak bisa terpisahkan dengan boneka kesayangannya.

Awalnya, ia mengira bonekanya hilang ketika Israel menghancurkan rumahnya.

Namun ia berhasil menemukan gaun biru dari boneka tersebut di bawah puing-puing.

Ia menjelaskan, Israel telah mengebom masjid di sebelah tempat tinggalnya.

Baca juga: Pejabat Palestina di Gaza: Israel Tutup Penyeberangan Rafah, Pasien Terluka Tak Boleh Dievakuasi

“Bom! Mereka mengebom masjid di sebelah kami,” kata Farah, dikutip dari Al Jazeera.

Anak berusia 5 tahun itu menggali reruntuhan dan berusaha mengambil boneka tersebut.

Ia kemudian membersihkannya dan membawanya ke rumah sakit Al-Shifa, tempat ia dan keluarganya mengungsi.

Saat menemukan boneka tersebut, Farah menceritakan boneka kesayangannya tampak kotor.

Meskipun begitu, ia ingin sekali membawa boneka kesayangannya bersamanya.

“Dia hancur tapi aku ingin dia bersamaku,” katanya.

Farah Bakr, menyelamatkan bonekanya dari bawah rumahnya di kamp pengungsi Shati
Farah Bakr, 5, menyelamatkan bonekanya dari bawah rumahnya di kamp pengungsi Shati (Pantai) ketika keluarganya melarikan diri ke Rumah Sakit al-Shifa bersama keluarga pengungsi lainnya. [Abdelhakim Abu Riash/Al Jazeera]

Baca juga: Militer Israel Kian Brutal, Sengaja Targetkan Jurnalis yang Meliput Perang di Gaza Palestina

“Saya mencucinya dan menyisir rambutnya dan mengikatnya menjadi ekor kuda.” jelasnya.

Pengeboman yang terjadi di Gaza membuat anak-anak takut, termasuk Farah.

Menurut kakak perempuannya, Shireen, saat bom menghancurkan rumahnya, Farah sedang tertidur, sehingga ia harus menggendongnya.

“Saat pengeboman semakin hebat, saya menggendongnya, saat dia tersentak saat tidur,” kata perempuan berusia 21 tahun itu.

Oleh karena itu, anak-anak terpaksa harus mengungsi di rumah sakit Al Shifa dan meninggalkan tempat tinggal mereka.

Beberapa anak-anak berhasil mengambil barang yang familiar dari rumah tempat mereka dan mengucapkan selamat tinggal pada kediamannya.

Ada yang mengeluarkan mainan kecil berwarna cerah dari puing-puing seperti yang dilakukan Farah.

Ada juga yang mengambil barang terdekat yang bisa mereka pegang.

Sementara kisah anak lainnya yaitu Jude berusia 3 tahun yang duduk di ranjang RS dengan perban di kepalanya.

Kemudian sang ayah, Taiseer al-Sharif menceritakan saat serangan menargetkan mereka.

Saat itu, mereka sedang berkendara ke selatan dari Kota Gaza menuju Wadi Gaza pada 13 Oktober ketika pesawat tempur Israel menargetkan kendaraan di sebelah mereka.

Keluarga tersebut pindah ke selatan sesuai instruksi tentara Israel.

Namun, pecahan peluru mengenai kepada Jude dan membuatnya pingsan.

“Darah mengalir di tubuh kami. Jude terkena pecahan peluru di kepalanya dan pingsan," katanya.

Keluarga tersebut mencoba bersembunyi di balik penghalang beton di pos pemeriksaan polisi, dan akhirnya berhasil kembali ke Kota Gaza dengan berjalan kaki.

Ambulans membawa mereka ke Shifa, dan Jude terbangun dari komanya sehari kemudian.

Setelah terbangun, Jude memegang mainan ring stacker plastik sederhana yang sepertinya menghiburnya.

Ayahnya telah membawanya keluar dari bangsal rumah sakit untuk membelikannya.

“Saya mencoba untuk meningkatkan suasana hatinya, membawanya keluar ke toko untuk membeli barang-barang favoritnya, makanan favoritnya,” kata ayahnya.

Sementara anak-anak lainnya yang mengungsi adalah Batoul Abu Karesh.

Batoul Abu Karesh adalah anak yang berusia 10 tahun yang mengungsi di RS al-Shifa.

Ia bermain dengan saudara perempuannya dengan buah-buahan dan sayuran plastik, satu-satunya mainan yang berhasil mereka ambil dari rumah mereka di lingkungan Karama.

Sambil bermain, ia mengaku tidak takut dengan pemboman yang menyerang Gaza.

“Saya tidak terlalu takut dengan pemboman itu,” katanya dengan berani.

“Saya lebih takut ketika kami berada di rumah.”

“Saya ingin perang berakhir. Saya berharap kita semua bisa tetap hidup dan tidak kehilangan satu sama lain,” tambahnya.

(Tribunnews.com/Farrah Putri)

Artikel Lain Terkait Konflik Palestina vs Israel

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved