Selasa, 7 Oktober 2025
Deutsche Welle

Israel dan Palestina Bersatu Lewat Musik di Berlin

Serangan teror Hamas turut memicu reaksi musisi muda Arab dan Israel di akademi Barenboim-Said di Berlin, Jerman. Kendati memiliki…

Deutsche Welle
Israel dan Palestina Bersatu Lewat Musik di Berlin 

Michael Barenboim, dekan akademi musik Berlin, Barenboim-Said, sedang berada di Wina, Austria, ketika Hamas menyerang Israel pada tanggal 7 Oktober silam.

"Hal pertama yang saya pikirkan adalah bagaimana reaksi siswa kami? Bagaimana mereka menghadapi hal ini? Bagaimana peristiwa ini akan berkembang?," kata dia kepada DW.

Ketika pulang ke Berlin keesokannya, Michael mendapati betapa kemelut di Timur Tengah ikut membekas pada murid-muridnya yang kebanyakan adalah orang Israel dan Palestina. "Anda bisa merasakan ketegangan di udara,” kenangnya.

Teror Hamas terjadi ketika mahasiswa-mahasiswi baru sedang menjalani minggu orientasi sebelum dimulainya semester pertama.

Grup orkestra muda dari Akademi Barenboim-Said ini menggelar konser perdana pada 23 Oktober lalu, sebagai ruang untuk mempertemukan musisi muda Arab dan Israel

Dibuka pada tahun 2015 oleh ayah Michael Barenboim, Daniel Barenboim yang seorang konduktor dan pianis handal, Akademi Barenboim-Said adalah manifestasi dari gagasannya bersama sastrawan Palestina, Edward Said, demi musik sebagai sarana perdamaian.

Kurikulumnya mencakup studi di bidang humaniora, filsafat dan sejarah.

Barenboim terinspirasi oleh keyakinan Edward Said bahwa "humanisme adalah satu-satunya perlawanan yang kita miliki terhadap praktik tidak manusiawi dan ketidakadilan yang mengotori sejarah manusia."

Saat ini, Akademi Barenboim-Said menampung musisi dari Israel dan Palestina, serta Iran, Lebanon dan Suriah. Sekitar seperempat dari 80 siswa yang belajar di sana berasal dari luar Timur Tengah. Keragaman latar belakang menjadikan akademi ini sebagai wadah talenta "dari 27 negara", kata direktur ABS, Regula Rapp.

Menciptakan ruang yang aman

Kemelut di Israel dan Gaza mendorong mahasiswa akademi untuk mencari teman diskusi di luar kelas. "Ada banyak emosi. Ada kesedihan dan kemarahan. Ada banyak ketakutan — ketakutan terhadap keluarga dan teman-teman mereka, rumah mereka, masa depan mereka," kata Rapp.

"Situasinya berkembang hari demi hari.”

Para mahasiswa dengan sigap mengatur grup diskusi secara teratur. Sekolah juga memberikan bantuan psikologis, dengan mencari ahli psikologi yang menawarkan sesi dalam bahasa Arab dan Ibrani.

Menurut Michael Barenboim, mahasiswa Yahudi Israel prihatin dengan meningkatnya anti-Semitisme di Berlin.

Pada saat yang sama, tambahnya, warga Palestina juga menghadapi situasi serius di Jerman, di mana mereka "merasa tidak bisa mengekspresikan diri, tidak bisa berkumpul,” kata Barenboim, mengacu pada larangan di Berlin terhadap demonstrasi pro-Palestina, yang ditetapkan karena sarat ditunggangi pesan antisemitisme.

Sebabnya, pengelola akademi ingin memastikan, "ketika para mahasiswa-mahasiswi datang ke sini, mereka akan merasa aman, mereka bisa mengekspresikan pandangannya dengan kepercayaan diri, seperti yang mereka lakukan sekarang, dan bahwa mereka memiliki tempat berkumpul," tuturnya lagi.

Halaman
12
Sumber: Deutsche Welle
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved