Minggu, 5 Oktober 2025
Deutsche Welle

Jerman Kerepotan Hadapi Maraknya Pencurian Tembaga

Di Jerman, pencurian logam, terutama tembaga, kembali marak dan jadi berita utama. Harga tembaga yang tinggi membuat logam ini banyak…

Deutsche Welle
Jerman Kerepotan Hadapi Maraknya Pencurian Tembaga 

Jaringan kereta api Jerman, Deutsche Bahn, saat ini tengah tidak baik-baik saja. Dalam beberapa dekade terakhir, perusahaan ini mengalami sejumlah masalah, dan harus memperbarui hampir seluruh infrastrukturnya dalam waktu dekat.

Namun selain itu, jawatan kereta api Jerman ini juga menghadapi masalah yang sangat merugikan: pencurian kabel tembaga.

Pada tahun 2022 saja, media Handelsblatt melaporkan, kerugian akibat pencurian ini mencapai sekitar 6,6 juta euro atau lebih dari 100 miliar rupiah.

Handelsblatt memperkirakan, pada tahun ini saja, 2.644 perjalanan kereta terkena dampak pencurian kabel tembaga. Lebih dari 700 jam penundaan perjalanan kereta terjadi hanya karena pencurian logam dari tiang kabel di jalur kereta api.

Keterlambatan ini telah menyusahkan ratusan ribu penumpang dan wisatawan, serta mengganggu rantai pasokan barang karena banyak perusahaan bergantung pada ketepatan waktu pengiriman bahan mentah atau produk setengah jadi.

Namun ternyata tidak hanya jaringan kereta api yang menjadi sasaran pencurian. Tembaga di lokasi konstruksi, di gedung-gedung pribadi, dan bahkan di menara gereja, tidak ada yang aman dari pencuri.

Hal yang menjadi sorotan hangat saat ini adalah produsen tembaga dan perusahaan daur ulang asal Hamburg, Aurubis, yang merugi hingga jutaan euro akibat pencurian dan penipuan.

Tembaga, bahan baku penting nan langka

Tembaga banyak dicari karena sifatnya sebagai konduktor listrik berada di urutan kedua setelah perak yang jauh lebih mahal. Semua peralatan listrik, mulai dari pemanggang roti hingga mobil listrik, memerlukan tembaga.

Joachim Berlenbach, pakar bahan baku dan pendiri ERI AG (Earth Resource Investment) meyakini, "permintaan tembaga di masa depan akan meningkat secara besar-besaran."

Ia mencontohkan pembangkitan listrik energi angin. "Bayangkan saja sebuah turbin angin yang menghasilkan listrik dengan memutar kumparan tembaga di atas medan magnet. Lima hingga sembilan ton tembaga dibutuhkan per megawatt energi angin, bergantung pada apakah turbinnya ada di darat atau di laut lepas pantai."

Berlenbach yakin permintaan ini akan terus meningkat. Untuk mencapai tujuan dekarbonisasi guna melindungi dan melestarikan lingkungan, "kita tidak memiliki cukup bahan baku tambang penting ini. Hal ini sering diabaikan oleh para pendukung transisi energi."

Mengapa tembaga begitu mahal?

Hubungan antara penawaran dan permintaan juga menentukan harga tembaga. Berlenbach mengatakan kepada DW, pembangunan ekonomi di negara-negara berkembang sangatlah penting.

Jika produk domestik bruto meningkat di negara-negara seperti Cina dan India, standar hidup di sana juga meningkat, "semakin banyak mobil yang dikendarai, semakin butuh AC dan dibangunnya rumah-rumah dengan jaringan listrik. Permintaan akan energi, listrik, dan juga tembaga akan meningkat secara besar-besaran," ujarnya.

Lembaga ERI AG menghitung sepanjang sejarah manusia, sekitar 700 juta ton tembaga telah ditambang dan diperkirakan dalam 30 tahun ke depan, manusia akan membutuhkan jumlah yang sama.

Pada saat yang sama, "semakin sulit menemukan dan menambang cadangan tembaga. Cadangan geologi yang ada terfokus pada beberapa negara (seperti Chile, Republik Demokratik Kongo), negara di mana risiko geopolitik bagi perusahaan pertambangan cukup besar. Perusahaan-perusahaan ini hanya akan mengambil risiko tinggi jika hal itu menguntungkan secara ekonomi."

Siapa penadah tembaga curian itu?

Halaman
12
Sumber: Deutsche Welle
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved