Jumat, 3 Oktober 2025

Piala Dunia Wanita: Kisah tragis pencetak gol kemenangan Spanyol ke gawang Inggris

Pengalaman tragis menimpa kapten timnas wanita Spanyol, Olga Carmona, yang mencetak gol kemenangan negaranya pada final Piala Dunia…

BBC Indonesia
Piala Dunia Wanita: Kisah tragis pencetak gol kemenangan Spanyol ke gawang Inggris 

Pengalaman tragis menimpa kapten timnas wanita Spanyol, Olga Carmona, yang mencetak gol kemenangan negaranya pada final Piala Dunia Wanita 2023. Setelah pertandingan, Olga diberitahu bahwa ayahnya telah meninggal dunia.

Ayah bek kiri Real Madrid itu telah lama berjuang melawan penyakit dan meninggal pada hari Jumat (18/08), sebagaimana dilaporkan kantor berita Reuters.

"RFEF sangat menyesal mengumumkan kematian ayah Olga Carmona," tulis Federasi Sepak Bola Spanyol (RFEF) di media sosial.

"Pesepakbola yang bersangkutan [Olga Carmona] mengetahui berita sedih ini setelah final Piala Dunia."

"Kami mengirimkan pelukan kami yang paling tulus kepada Olga dan keluarganya di saat kesedihan yang mendalam. Kami mencintaimu, Olga, kamu adalah sejarah sepak bola Spanyol," sebut RFEF.

Media Spanyol, Relevo, menyebut keluarga dan teman-teman Olga memutuskan untuk tidak memberi tahu sehingga dia dapat fokus pada pertandingan final. Bahkan, ibu dan saudara laki-lakinya tiba di Australia pada hari Sabtu (19/08) untuk mendukungnya.

Real Madrid juga menyatakan "belasungkawa dan kasih sayang untuk Olga, kerabatnya dan semua orang yang dicintainya".

Carmona, 23, mencetak satu-satunya gol ke gawang Inggris untuk merebut Piala Dunia Wanita pertama bagi Spanyol.

Selepas pertandingan, dia mengatakan bahwa kemenangan melawan Inggris membuat dia dan rekan-rekannya lebih kuat.

"Kami telah banyak menderita selama 12 bulan terakhir. Ini membuat kami menjadi tim yang lebih kuat," katanya. "Kami merasa kami akan melakukannya; ini tidak dapat dihentikan."

Gol penentu, kemenangan bersejarah

Kapten timnas wanita Spanyol, Olga Carmona, mencetak gol penentu pada menit ke-29 setelah melepaskan bola ke pojok gawang kiper Inggris, Mary Earps, di Stadion Australia.

Kemenangan Spanyol dijuluki sebagai salah satu kemenangan paling luar biasa dalam sejarah Piala Dunia Wanita. Sebab, Spanyol memulai turnamen di tengah protes sejumlah pemain yang merasa tidak senang dengan pelatih Jorge Vilda.

Federasi Sepak Bola Spanyol (RFEF) merilis pernyataan yang mengungkapkan bahwa sebanyak 15 pemain telah mengirimkan email yang mengatakan bahwa mereka tidak akan bermain untuk Vilda kecuali kekhawatiran "signifikan" atas "keadaan emosional" dan "kesehatan" mereka ditangani.

"Las 15", sebutan para pemain timnas wanita Spanyol, membantah klaim bahwa mereka meminta Vilda dipecat, tetapi ketegangan mengemuka lantaran para pemain tidak setuju atas metode pelatihan dan persiapan permainan yang tidak memadai.

Meski demikian, para pemainnya mengesampingkan perbedaan mereka untuk menaklukkan lawan-lawannya.

"Para perempuan itu abadi sekarang dan mereka memiliki bintang di dada mereka selamanya," kata Vilda.

Kalah dari Jepang jadi titik balik

Ketika Spanyol kalah 4-0 dari Jepang pada pertandingan grup terakhir, mereka terlihat jauh dari menjadi juara dunia.

"Tidak seorang pun boleh kehilangan harapan," kata Vilda setelah kekalahan di Wellington pada 31 Juli itu.

Setelah kemenangan timnya di Piala Dunia, Vilda menggambarkan kekalahan Jepang sebagai "titik balik".

"[Kekalahan] itu membuat kami bereaksi, tim berubah, dan para pemain meningkatkan kontribusi mereka. Secara mental mereka jauh lebih kuat.

"Saya percaya alasan ini membantu kami mencapai final dan memenangkan final."

Spanyol bangkit kembali dari keterpurukan itu untuk mengalahkan Swiss, Belanda, dan Swedia untuk melaju ke final.

Melawan Inggris yang merupakan juara Eropa, La Roja menghasilkan permainan kelas dunia. Bahkan setelah gol kemenangan kapten Olga Carmona, mereka lebih menikmati penguasaan bola dan upaya tepat sasaran.

Para pemain timnas wanita Inggris yang dijuluki The Lionesses alias "Kawanan Singa Betina" mengincar predikat sebagai tim Inggris kedua peraih Piala Dunia setelah tim putra melakukannya pada 1966. Namun, mereka harus patah hati setelah dikalahkan oleh tim Spanyol.

Para pemain Inggris bertekuk lutut saat peluit akhir dibunyikan, sedangkan para pemain Spanyol melakukan selebrasi.

Sumber: BBC Indonesia
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved