Siapa cawapres pilihan PDIP untuk jadi pendamping Ganjar Pranowo?
Pengamat politik dari Centre for Strategic and International Studies (CSIS), Arya Fernandes, menilai kandidat cawapres krusial untuk…
Setelah Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri mendeklarasikan Ganjar Pranowo sebagai capres untuk bertarung pada Pilpres 2024, perhatian publik kini mengarah pada siapa pasangan atau calon wakil presiden (cawapres) Ganjar.
Presiden Joko Widodo menyebut sejumlah nama, antara lain Sandiaga Uno, Menteri BUMN Erick Thohir, Menkopolhukam Mahfud MD, dan Menkoperekonomian Airlangga Hartarto.
Kemudian ada Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil, Wakil Ketua MPR Muhaimin Iskandar, hingga Menteri Pertahanan Prabowo Subianto.
Namun, pengamat politik dari Centre for Strategic and International Studies (CSIS), Arya Fernandes, menilai dalam situasi pertarungan pilpres yang jarak elektabilitas masing-masing capres tidak terlalu dominan, partai pengusung capres kemungkinan besar bakal memilih pendamping dari partai politik.
Apalagi, sambung Arya, merujuk pada hasil survei terbaru dari Lembaga Survei Indonesia (LSI) yang dilakukan pada periode 31 Maret-4 April 2023, nama cawapres non-partai tingkat keterpilihannya tidak terlalu tinggi.
Survei LSI setidaknya memunculkan delapan nama cawapres.
Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil memiliki tingkat elektabilitas 19,62%; Sandiaga Uno 18,9%; kemudian Erick Thohir hanya 13,0%.
Baca juga:
Adapun Agus Harimurti Yudhoyono sebesar 9,1%; Khofifah Indar Parawansa elektabilitasnya 6,2%; Puan Maharani 5,4%; Airlangga Hartarto 2,7%; dan terakhir Muhaimin Iskandar 1,9%.
"Dalam situasi sekarang tentu cawapres yang berasal dari partai peluang dia untuk dicalonkan lebih besar. Karena cawapres non-partai juga tidak kuat-kuat amat secara elektoral," tutur Arya Fernandes kepada BBC News Indonesia, Senin (24/04).
Dia juga mengatakan, dengan memilih cawapres dari partai politik maka keuntungannya adalah suara partai sudah pasti dikantongi dan partai koalisi bakal lebih solid.
Apakah posisi cawapres krusial?
Namun demikian, Arya menilai partai politik yang telah mengusung capres pilihan mereka akan sangat memperhitungkan pendampingnya.
Merujuk pada hasil survei beberapa lembaga, elektabilitas tiga capres seperti Ganjar Pranowo, Anies Baswedan, dan Prabowo Subianto "tidak ada yang dominan," kata Arya.
Indikator Politik Indonesia. misalnya. menempatkan Prabowo Subianto dengan tingkat keterpilihan sebesar 22,2%, disusul Ganjar Pranowo 19,8% dan Anies Baswedan dengan 15,9%.
Data yang tak jauh berbeda juga dimiliki lembaga Politika Research and Consulting (PRC) yang menunjukkan Prabowo Subianto di posisi teratas dengan 22,5%, urutan kedua adalah Ganjar Pranowo 20,2%, dan terakhir Anies Baswedan 17,9%.
Baca juga:
Dengan jarak elektabilitas yang tipis itu, menurut Arya, kandidat cawapres krusial untuk memperlebar jarak.
"Dalam situasi yang kompetitif, faktor cawapres akan membantu meningkatkan suara capres," ujar Arya.
"Tentu dengan kualifikasi atau syarat cawapres itu harus punya karakter atau basis pemilih yang berbeda," sambungnya.
"Kalau karakter pemilih mereka sama, biasanya tidak akan berkontribusi pada perolehan suara."
Meskipun faktor utama untuk menggaet suara pemilih pada Pemilu nanti adalah sosok capres dan program kampanyenya.
Siapa cawapres pilihan PDIP?
Mengacu aturan presidential threshold atau ambang batas pencalonan presiden, PDI Perjuangan menjadi partai yang dapat mengusung capres dan cawapres sendiri tanpa perlu koalisi.
Hanya saja, menurut Arya, PDIP akan tetap berkoalisi dengan partai lain.
"Koalisi jadi penting dalam politik kita yang majemuk atau beragam."
Setelah itu bersama rekan koalisi, PDIP baru akan mencari pasangan untuk Ganjar.
"Karena kalau mencari cawapres sekarang tapi tiba-tiba partai koalisi tidak setuju bisa repot."
Soal pendamping Ganjar, Presiden Jokowi sebelumnya membocorkan sejumlah nama yang dianggap cocok untuk jadi pendamping di Pemilu 2024 nanti.
Mulai dari Menteri BUMN Erick Thohir, Menkopolhukam Mahfud MD, Ketua Umum Golkar Airlangga Hartarto, sampai Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto.
Tapi saat ditanya wartawan soal peluang menjadi cawapres Ganjar, Prabowo menegaskan dirinya diusung oleh partainya sebagai capres.
Partai Gerindra, kata Prabowo, sudah cukup kuat menjagokan dirinya sebagai calon RI 1.
"Partai saya mencalonkan saya sebagai capres, dan partai saya agak kuat juga sekarang," ucap Prabowo usai pertemuan dengan Jokowi, Sabtu (22/04).
Sementara itu Ganjar mengaku siap untuk berpasangan dengan siapapun tokoh yang memiliki visi yang sama dengannya.
Ia pun menegaskan, yang terpenting adalah visi yang sama dalam memajukan negara dan mencapai tujuan yang diinginkan.
"Saya siap dipasangkan siapa saja, tetapi pasti ada perhitungan-perhitungannya. Cawapres apakah dari partai atau tidak itu bagian dari diskusi yang panjang," ujar Ganjar seperti dikutip dari Tempo.
"Yang terpenting mempunyai visi yang sama, bagaimana menjaga republik ini, dasar konstitusi yang dipegang yang menjadi komitmen awal," sambungnya.
Bagaimana dengan Anies dan Prabowo?
Di pihak lain, Anies Baswedan yang diusung Koalisi Perubahan, kemungkinan bakal memilih cawapres dari non-partai, ujar Arya.
Ini karena tiga partai yang mencalonkan Anies yakni Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Nasional Demokrat (Nasdem), dan Demokrat posisinya relatif seimbang.
"Dalam situasi ini tentu proses penentuannya agak susah."
"Kalau misal pilih dari Nasdem, nanti PKS dan Demokrat tidak akan happy. Begitu juga sebaliknya."
Kemungkinan lain, Anies memilih pendampingnya dari salah satu partai namun elektabilitasnya lebih tinggi dari calon yang diusung dari dua partai lainnya.
Adapun Prabowo Subianto, perkiraan Arya, akan turut diusung menjadi capres di Pemilu 2024 lantaran dia memiliki tingkat keterpilihan paling tinggi dari hasil lembaga survei.
"Tentu dia [Prabowo] tidak mau menghilangkan kesempatannya seperti ini."
"Kecil kemungkinan Prabowo berkoalisi dengan PDIP karena Gerindra dan Prabowo belum menurunkan targetnya jadi cawapres."
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.