Konflik Sudan: Ratusan WNI sedang dievakuasi dari Khartoum ke Jeddah
Sebanyak 538 Warga Negara Indonesia (WNI) sedang dievakuasi dari Khartoum di tengah konflik bersenjata yang terjadi di Sudan.
Di Khartoum, banyak pelajar asing dari Afrika, Asia, dan Timur Tengah terjebak di kota berpenduduk enam juta orang itu. Mereka berseru agar dievakuasi dari sana.
Sementara itu, terdapat laporan bahwa koneksi internet telah putus di hampir seluruh Sudan sehingga bakal sangat menyulitkan koordinasi penyaluran bantuan atau evakuasi mereka yang terjebak di Khartoum dan kota lainnya.
Konflik bersenjata antara tentara Sudan (SAF) dan paramiliter Pasukan Dukungan Cepat (RSF) terus berlangsung di Khartoum sejak Sabtu (15/04) lalu.
Perebutan kekuasaan antara SAF dan RSF menyebabkan terjadinya pengeboman besar-besaran di ibu kota itu, yang menewaskan ratusan orang dan melukai ribuan lainnya.
Biden mendesak gencatan senjata
Seorang pejabat AS mengatakan kurang dari 100 orang AS dievakuasi pada Minggu pagi. Sebanyak tiga helikopter Chinook mendarat di dekat Kedutaan AS untuk menjemput mereka.
Usai evakuasi, Kedutaan Besar AS di Khartoum sekarang ditutup.
Sebuah cuitan di akun resmi Kedubes AS menyebut, pemerintah AS tidak dapat menyediakan layanan konsuler bagi warganya di Sudan, dan juga tidak cukup aman bagi pemerintah untuk mengevakuasi warga negara AS.
Kantor berita Reuters mengutip pejabat AS yang mengatakan, beberapa diplomat dari negara lain juga dievakuasi dalam operasi AS, dan pesawat AS tidak diserang selama aksi itu.
Bandara Khartoum telah berulang kali menjadi sasaran penembakan, sehingga penerbangan evakuasi dari sana tidak mungkin dilakukan.
Dalam pernyataannya, Presiden AS Joe Biden mengutuk peperangan di Sudan seraya mengatakan dua pasukan yang bermusuhan "harus menerapkan gencatan senjata segera dan tanpa syarat, mengizinkan akses kemanusiaan tanpa hambatan, dan menghormati keinginan rakyat Sudan".
Pertempuran sengit pecah di Khartoum pada 15 April.
Inti dari konflik itu adalah perebutan kekuasaan antara pasukan yang setia kepada panglima militer Sudan Abdel Fatteh al-Burhan dan saingannya RSF.
Penembakan dan pengeboman yang hampir terus-menerus terjadi di Khartoum dan di tempat lain telah menyebabkan terputusnya aliran listrik, akses yang aman ke makanan dan air bagi sebagian besar penduduk.
Beberapa upaya gencatan senjata yang tampaknya telah disetujui oleh kedua belah pihak diabaikan, termasuk jeda tiga hari untuk menandai hari raya Idulfitri, yang dimulai pada hari Jumat.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.