Selasa, 7 Oktober 2025

Ultimatum Negara Barat: UEA Harus Menghentikan Perdagangan dengan Rusia

Para pejabat negara Barat khawatir UEA digunakan sebagai pusat 'ekspor ulang', di mana barang-barang tertentu dijual untuk menghindari sanksi Barat

freepik
Bendera Rusia. Negara-negara Barat berusaha memaksa Uni Emirat Arab (UEA) untuk berhenti mengekspor barang-barang penting ke Rusia, khususnya elektronik. 

TRIBUNNEWS.COM, WASHINGTON - Negara-negara Barat berusaha memaksa Uni Emirat Arab (UEA) untuk berhenti mengekspor barang-barang penting ke Rusia, khususnya elektronik.

Menurut laporan seorang sumber pada Rabu lalu, Amerika Serikat (AS) yakin ekspor yang baru-baru ini melonjak volumenya, dapat digunakan untuk keperluan militer dalam operasi Rusia di Ukraina.

Para pejabat negara Barat khawatir UEA digunakan sebagai pusat 'ekspor ulang', di mana barang-barang tertentu dijual untuk menghindari sanksi Barat terhadap Rusia.

Dikutip dari laman Russia Today, Jumat (3/3/2023), sejumlah pejabat dari AS, Uni Eropa (UE) dan Inggris telah mendekati otoritas UEA untuk mengklarifikasi pembatasan perdagangan yang ditempatkan di Rusia sepanjang tahun lalu.

Tidak hanya itu, negara Barat juga mendesak negara teluk itu untuk menghentikan apa yang dicurigai Barat sebagai penghindaran sanksi.

"Permintaan utama kami kepada UEA adalah agar mereka menghentikan ekspor ulang dan mengakui bahwa ekspor ulang ini bermasalah," kata seorang pejabat yang enggan disebutkan namanya.

Ia mencatat bahwa 'percakapan itu saat ini terus berlanjut'.

Perlu diketahui, UEA adalah rumah bagi salah satu pusat transshipment terbesar di dunia, pelabuhan Jebel Ali di Dubai, dan merupakan mitra dagang Teluk terbesar Rusia, menyumbang 55 persen dari total perdagangan antara Rusia dan negara-negara Teluk.

Baca juga: Negara Barat Tekan UEA untuk Hentikan Perdagangan Dengan Rusia

Mengutip data bea cukai Rusia yang dianalisis oleh Free Russia Foundation, ekspor suku cadang elektronik UEA ke Rusia tumbuh lebih dari tujuh kali lipat pada 2022, berjumlah hampir 283 juta dolar Amerika Serikat (AS) dan menjadikannya barang ekspor terbesar ke negara itu.

Sedangkan ekspor microchip UEA ke Rusia dilaporkan melonjak 15 kali lipat dibandingkan tahun 2021.

Terlepas dari ekspor yang melonjak, UEA dilaporkan telah mendapatkan popularitas sebagai surga finansial bagi orang Rusia yang kaya.

Negara Teluk itu menampung lebih dari 4.000 perusahaan Rusia dan saat ini sedang dalam pembicaraan dengan Rusia mengenai perjanjian perdagangan bebas antara UEA dan Uni Ekonomi Eurasia yang dipimpin Rusia.

Beberapa pejabat memperingatkan bahwa negara Teluk itu sendiri dapat menghadapi sanksi jika gagal menghentikan ekspor ulang yang diduga ilegal ke Rusia.

"Bagian dari pesan untuk sektor swasta adalah mereka bermain rolet. Siapapun yang memperdagangkan barang-barang ini, mereka sekarang terkena sanksi karena beberapa barang yang mereka kirim muncul di medan perang," kata Kepala Kantor Koordinasi Sanksi AS, James O'Brien setelah melakukan perjalanan ke UEA pada bulan lalu.

Baca juga: Rusia Segera Rebut Kota Bakhmut, Suasana Sangat Mencekam

UEA pada dasarnya memiliki sikap netral dalam menghadapi konflik Ukraina dan telah menahan diri untuk tidak memberikan sanksi pada Rusia.

Pada saat yang sama, UEA juga tetap menjalin hubungan dekat dengan mitra Baratnya, yang memiliki ikatan dekat secara historis.

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved