Konflik Rusia Vs Ukraina
Uni Eropa Masih Gagal Sepakat Batasan Harga Jual Minyak Mentah Rusia
Negara-negara Uni Eropa masih gagal menyepakati batasan harga jual minyak mentah Rusia. Pembatasan harga itu bertujuan menekan Rusia.
TRIBUNNEWS.COM, MOSKOW - Pemerintah Uni Eropa gagal sepakati batas harga yang diusulkan untuk minyak mentah Rusia melalui ekspor jalur laut.
Seorang diplomat Eropa mengungkapkan perkembangan negosiasi ini ke wartawan kantor berita Reuters, Senin (27/11/2022) waktu Brussel.
Polandia dan beberapa negara Baltik dilaporkan menuntut batas harga lebih rendah dari $ 65-70 yang diusulkan negara-negara G7.
Tujuannya, menghambat kemampuan Rusia memetic keuntungan dari minyak guna membiayai operasi militernya di Ukraina.
Warsawa menegaskan jika batasnya seperti usulan negara G7, maka tidak akan memiliki efek yang diinginkan di Moskow.
Baca juga: Balas Sanksi Pembatasan Minyak, Rusia Larang Penjualan Produk Energi ke Negara G7
Baca juga: Amerika Desak G7 Umumkan Tingkat Batas Harga Minyak Rusia
Baca juga: Hungaria dan Serbia akan Bangun Pipa untuk Angkut Minyak Rusia, Buntut Sanksi Uni Eropa
Saat ini minyak mentah dari Rusia masih diperdagangkan di kisaran harga $52 hingga $63,50 per barel.
Bersama Lithuania dan Estonia, Polandia telah mendesak blok tersebut untuk menetapkan batas atas $30.
Dengan batas itu, Moskow hanya akan mendapatkan keuntungan $10 per barel, dengan asumsi biaya produksi $20 per barel.
Ketiga negara juga ingin menambahkan mekanisme peninjauan sehingga batas tersebut dapat direvisi lebih jauh jika diinginkan.
Sikap keras kepala Polandia dilaporkan membuat jengkel anggota blok lainnya. Seorang diplomat Uni Eropa mengeluh Warsawa sama sekali tidak mau berkompromi.
Mereka tidak menerima tanpa menyarankan alternatif yang dapat diterima. Kekesalan negara lain meningkat atas sikap Polandia.
Sementara Malta, Siprus, dan Yunani sebelumnya berpendapat batas yang diusulkan G7 terlalu rendah.
Para diplomat menjelaskan mereka mendapatkan konsesi dalam teks hukum dan bersedia untuk melanjutkan dengan angka saat ini.
Hongaria menarik penentangannya pekan lalu, setelah mendapatkan pengecualian dari tindakan tersebut.
Kebijakan batas harga ini juga nantinya akan sekaligus mencegah perusahaan pengapalan, asuransi, dan reasuransi melakukan bisnis dengan produsen atau pengecer minyak Rusia yang mencoba menjual komoditas dengan margin yang menguntungkan.
Sebagian besar perusahaan pengapalan dan asuransi besar berbasis di negara-negara G7, yang berarti kesepakatan di antara negara-negara tersebut akan sangat menghambat kemampuan Moskow untuk menjual minyaknya dengan harga lebih tinggi daripada tarif yang dibatasi.
Rusia telah berulang kali mengatakan tidak akan menjual minyak ke negara mana pun yang mengikuti batasan tersebut.
Moskow memperingatkan akan menarik pasokan minyak ke negara-negara konsumen yang menerapkan pembatasan harga jual ekspor jalur laut.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia, Maria Zakharova menegaskan, destabilisasi ekonomi dan politik lewat tindakan semacam itu akan menjadi preseden berbahaya.
Menurut Zakharova, negara-negara penghasil minyak menemukan mereka dapat menjadi sasaran serupa oleh sanksi yang bermotivasi ideologis.
Negara-negara yang bergabung dengan kartel pembeli dipastikan tidak akan mendapatkan minyak mentah dari Rusia.
Moskow akan mengembargo negara-negara yang mendukung batas harga yang diusulkan negara-negara Kelompok Tujuh (G7) untuk minyaknya.
Pernyataan itu diamini Juru Bicara Kremlin, Dmitry Peskov. Para diplomat Uni Eropa awalnya optimistis mereka dapat mencapai kesepakatan tentang batas atas harga untuk ekspor minyak Rusia.
Negara G7 dan Uni Eropa menyiapkan kebijakan pembatasan harga akan berlaku mulai 5 Desember 2022, sebagai bagian paket sanksi kesekian yang diperkenalkan oleh AS dan sekutunya ke Rusia.
Langkah itu dimaksudkan untuk mencegah Rusia menjual minyaknya dengan harga lebih tinggi dan mendapat keuntungn lebih besar.
Ada risiko krisis energi global yang parah jika Rusia menghentikan pasokan dan tidak jelas apakah batasan harga akan berdampak pada pendapatan Moskow.(Tribunnews.com/RussiaToday/xna)