Iran Memanas
POPULER Internasional: 1.300 Demonstran Anti-Mobilisasi Ditangkap | Fakta-fakta Mobilisasi Parsial
Rangkuman berita populer Internasional didominasi perang Rusia Ukraina, terutama soal dampak perintah mobilisasi militer yang diumumkan Vladimir Putin
Penulis:
Tiara Shelavie
Editor:
Arif Fajar Nasucha
TRIBUNNEWS.COM - Rangkuman berita populer Tribunnews di kanal Internasional dapat disimak di sini.
Perang Rusia Ukraina mendominasi berita populer Internasional hari ini.
Setelah Presiden Rusia Vladimir Putin mengumumkan mobilisasi parsial, ribuan orang mengadakan aksi unjuk rasa menolak perintah tersebut.
Sekitar 1.300 orang ditangkap.
Putin juga mengancam pembalasan terhadap barat dengan senjata nuklir dalam eskalasi perang Ukraina.
Berikut berita populer Internasional selengkapnya.
Baca juga: Putin Ancam Pembalasan dengan Nuklir, Sebut Rusia Punya Banyak Senjata untuk Membalas
1. Demo Anti-Mobilisasi Putin Pecah di Rusia, 1.300 Orang Ditangkap
Pasukan keamanan telah menangkap lebih dari 1.300 orang di Rusia pada Rabu (21/9/2022).
Mereka ditangkap saat protes yang mengecam mobilisasi.
Protes pecah beberapa jam setelah Presiden Vladimir Putin memerintahkan mobilisasi militer pertama Rusia sejak perang dunia kedua.
Kelompok pemantau protes OVD-Info independen mengatakan bahwa menurut informasi yang dikumpulkan dari 38 kota Rusia, lebih dari 1.311 orang telah ditahan hingga larut malam.
Dikatakan angka-angka itu termasuk setidaknya 502 di Moskow dan 524 di St Petersburg, kota terpadat kedua di Rusia.
Demonstrasi tanpa sanksi adalah ilegal di bawah undang-undang anti-protes Rusia.
Pejabat kementerian dalam negeri Rusia, Irina Volk, mengatakan para petugas telah mempersingkat upaya untuk menggelar apa yang disebutnya protes kecil.
"Di sejumlah daerah, ada upaya untuk melakukan tindakan tidak sah yang melibatkan sejumlah kecil peserta," kata Volk, seperti dilansir The Guardian.
“Ini semua dihentikan. Dan orang-orang yang melanggar hukum ditahan dan dibawa ke kantor polisi untuk penyelidikan dan menetapkan tanggung jawab mereka.”
Harga penerbangan satu arah dari Rusia meroket dan terjual habis dengan cepat pada hari Rabu, setelah Putin memerintahkan panggilan segera 300.000 cadangan.
2. 5 Hal yang Perlu Diketahui tentang Mobilisasi Parsial: Pengertian hingga Pengaruhnya Terhadap Perang

Presiden Rusia Vladimir Putin telah memerintahkan mobilisasi militer parsial, Rabu (21/9/2022).
Menteri Pertahanan Sergei Shoigu mengatakan Rusia akan mempersiapkan 300.000 tentara cadangan untuk mendukung kampanye militernya, yang ia sebut telah merenggut nyawa 5.397 tentara Rusia.
Putin mengatakan tenaga tambahan diperlukan untuk memenangkan perang melawan Ukraina dan juga para pendukung Baratnya.
Namun apa sebenarnya arti dari mobilisasi parsial dan apa pengaruhnya dalam perang?
Dilansir Sky News, berikut sejumlah hal yang perlu diketahui tentang mobilisasi parsial.
1. Apa itu mobilisasi parsial?
Baca juga: Oposisi Rusia Protes Mobilisasi Militer: Ayah dan Suami Kita Dilempar ke Penggiling Daging Perang
Menurut KBBI, mobilisasi adalah pengerahan orang untuk dijadikan tentara, sementara parsial artinya sebagian.
Rusia melakukan mobilisasi parsial, artinya Rusia mengerahkan lebih banyak orang (sebagian, bukan semua) untuk diterjunkan ke medan tempur.
Menurut dekrit yang diterbitkan di situs web Kremlin, seruan mobilisasi hanya akan berlaku untuk tentara cadangan yang sudah memiliki pengalaman militer sebelumnya.
Shoigu mengatakan ini berarti sekitar 300.000 orang akan disiagakan.
3. Putin Ancam Pembalasan dengan Nuklir, Sebut Rusia Punya Banyak Senjata untuk Membalas
Presiden Rusia, Vladimir Putin mengumumkan mobilisasi parsial dan mengancam pembalasan terhadap barat dengan senjata nuklir dalam eskalasi perang Ukraina.
Putin mengatakan: "kami akan menggunakan semua cara yang kami miliki."
Ancamannya tersebut yang akan membalas barat dengan nuklir, dirinya mengklaim Rusia memiliki 'banyak senjata untuk membalas'.
Sebelumnya Vladimir Putin telah mengumumkan adanya mobilisasi parsial di Rusia.
Sehingga rakyat dan ekonomi negara Rusia pada pijakan masa perang.
Dalam pidato, Putin mengatakan bahwa mobilisasi pertama Rusia sejak perang dunia kedua adalah tanggapan langsung terhadap bahaya yang ditimbulkan oleh barat.
Baca juga: Isi Pidato Putin Soal Mobilisasi Parsial 300 Ribu Tentara Cadangan ke Medan Perang
Putin juga mengklaim barat telah mencoba untuk mengubah rakyat Ukraina menjadi menjadi umpan meriam, dikutip Tribunnews dari The Guardian, Kamis (22/9/2022).
“Layanan militer (mobilisasi parsial) hanya akan berlaku untuk warga negara yang saat ini berada di cadangan, terutama mereka yang pernah bertugas di angkatan bersenjata, memiliki profesi militer tertentu dan pengalaman yang relevan,” katanya.
Tak lama setelah pengumuman Putin, kementerian pertahanan negara itu, Sergei Shoigu, mengatakan 300.000 orang Rusia akan dipanggil sebagai bagian dari mobilisasi, dan akan berlaku untuk mereka yang memiliki pengalaman militer sebelumnya.
Menurut dekrit yang ditandatangani oleh Putin, kontrak tentara yang bertempur di Ukraina juga akan diperpanjang hingga akhir periode mobilisasi parsial.
4. Negara-negara Baltik Menolak Melindungi Warga Rusia yang Kabur dari Mobilisasi Militer
Sejumlah negara Baltik mengatakan tidak akan menawarkan perlindungan kepada warga negara Rusia yang melarikan diri dari mobilisasi militer.
Negara anggota Uni Eropa, Latvia, Lithuania dan Estonia yang berbatasan dengan Rusia, menegaskan hal tersebut pada Rabu (21/9/2022).
Ini menyusul pengumuman Presiden Rusia, Vladimir Putin yang memerintahkan mobilisasi militer secara parsial.
Dengan ini, sebanyak 300.000 personel militer cadangan akan dikerahkan.
Diberitakan sebelumnya, Menteri Pertahanan Rusia, Sergei Shoigu menegaskan pemanggilan ditujukan untuk personel cadangan yang berpengalaman sebagai tentara profesional.
Sedangkan pelajar dan warga yang bertugas dalam wajib militer tidak akan dipanggil.
Baca juga: Rusia Genjot Produksi Mesin-mesin Perang Pasca Vladimir Putin Umumkan Mobilisasi Militer
Kendati demikian, tiket penerbangan langsung dari Rusia habis terjual dan harganya meroket setelah pengumuman Putin.
"Penolakan untuk memenuhi kewajiban sipil seseorang di Rusia atau keinginan untuk melakukannya tidak merupakan alasan yang cukup untuk diberikan suaka di negara lain," kata Menteri Luar Negeri Estonia, Urmas Reinsalu dalam email kepada Reuters.
Menteri Luar Negeri Latvia, Edgars Rinkevics juga menyinggung hal yang sama.
Dalam cuitannya di Twitter, Rinkevics mengutip kekhawatiran keamanan atas penolakan tersebut.
(Tribunnews.com)