Senin, 6 Oktober 2025

Konflik Rusia Vs Ukraina

Rusia: Negosiasi dengan Ukraina Mentok, 'Perdamaian Lewat Diplomatik Tak Dapat Diamati'

Meski Presiden Vladimir Putin menyatakan kesiapannya untuk mengakhiri peperangan Rusia dengan Ukraina, namun perdamaian tetap tidak jelas.

Editor: Hendra Gunawan
ARIS MESSINIS / AFP
Prajurit Ukraina menembak dengan senjata self-propelled Prancis 155 mm/52 kaliber Caesar ke posisi Rusia di garis depan di wilayah Ukraina timur Donbas pada 15 Juni 2022. Meski Presiden Vladimir Putin menyatakan kesiapannya untuk mengakhiri peperangan Rusia dengan Ukraina, namun perdamaian tetap tidak jelas. 

TRIBUNNEWS.COM -- Meski Presiden Vladimir Putin menyatakan kesiapannya untuk mengakhiri peperangan Rusia dengan Ukraina, namun perdamaian tetap tidak jelas.

Rusia menyebut penyebabnya adalah dari pihak Ukraina sendiri yang enggan mengakhirinya.

Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov menuding Presiden Volodymyr Zelensky yang menyebabkan pembicaraan perdamaian mentok.

Saat diwawancara kantor berita Interfax, Senin (19/9/2022), Peskov menegaskan, konflik yang telah menewaskan puluhan ribu dari kedua pihak tersebut tak bisa selesai lewat negosiasi.

Ditanya apakah ada jalan menuju penyelesaian diplomatik, Peskov mengatakan bahwa "saat ini, prospek seperti itu tidak dapat diamati," lapor kantor berita tersebut.

Baca juga: Khawatir Serangan Jauh Ukraina, Armada Laut Hitam Rusia Pindahkan Kapal Selamnya dari Krimea

Moskow menyalahkan Kiev atas penangguhan pembicaraan damai.

Pada akhir Maret, kedua pihak membahas rancangan perjanjian damai, yang akan menjadikan Ukraina negara netral dengan imbalan jaminan keamanan yang diberikan oleh kekuatan besar dunia.

Namun pemerintah Ukraina mengakhiri pembicaraan pada bulan April, setelah menuduh pasukan Rusia telah melakukan kejahatan perang, sebuah tuduhan yang dikatakan Moskow didasarkan pada bukti yang dipalsukan.

Presiden Ukraina Vladimir Zelensky sejak itu menyatakan bahwa negaranya hanya akan puas dengan mengalahkan Rusia di medan perang dan mendorong pasukannya dari seluruh wilayah yang diklaim oleh Kiev.

Itu termasuk Krimea, bekas wilayah Ukraina yang memisahkan diri pada 2014 setelah kudeta bersenjata di Kiev dan bergabung kembali dengan Rusia.

Moskow menganggap Krimea berada di bawah kedaulatannya dan statusnya tidak dapat didiskusikan.

Sebelumnya Presiden Rusia Vladimir Putin mengomentari pihaknya siap mengakhiri peperangan namun Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky malah menolaknya.

“Zelensky mengatakan secara terbuka bahwa dia tidak siap untuk berbicara dengan Rusia. Nah, jika dia tidak, baiklah bagi kami,” kata Putin.

Baca juga: Ukraina Berhasil Rebut Banyak Wilayah yang Dikuasai Rusia, Zelensky: Para Penjajah Panik

Awal bulan ini, Ukraina melancarkan serangan balasan militer besar-besaran di timur laut, memaksa pasukan Rusia mundur dari beberapa daerah.

Upaya Kiev lainnya untuk mendapatkan keuntungan di selatan jauh kurang berhasil dan dilaporkan mengakibatkan korban serius dan hilangnya peralatan militer.

Rentetan Kekalahan

Putin menyatakan bahwa pihaknya akan mengakhiri perang dengan Ukraina sesegera mungkin. Ucapan ini muncul setelah pasukan Rusia mengalami rentetan kekalahan.

"Kami melakukan segala yang kami bisa untuk menyelesaikannya sesegera mungkin," jelas Putin dikutip dari Tass, Minggu (18/9/2022).

Melalui perbincangannya dengan Perdana Menteri India Narendra Modi di sela-sela KTT SCO di Samarkand, Uzbekistan.

Presiden Putin menyebut jumlah pasukannya yang berada di kawasan tempur Ukraina telah mundur, setelah setelah tentara Ukraina gencar melancarkan serangan balik terutama di dekat Kharkov.

Bahkan bendera Ukraina telah kembali berkibar di puluhan pemukiman usai tentara Kyiv berhasil merebut kembali sejengkal demi sejengkal tanah dari pasukan Rusia.

Pernyataan tersebut diungkap Putin lantaran Presiden India itu memiliki kekhawatiran berlebih tentang Ukraina.

“Saya tahu posisi Anda dalam konflik di Ukraina, kekhawatiran yang terus-menerus Anda ungkapkan, Moskow akan melakukan apa saja untuk mengakhiri perang Ukraina secepat mungkin,” jelas Putin pada Modi, sambil mengerucutkan bibirnya, meliriknya, dan kemudian menunduk sebelum menyentuh rambut di belakang kepalanya.

Baca juga: Sambil Menyeringai, Ini Tanggapan Pertama Putin Soal Kekalahan Pasukan Rusia di Kharkiv

Bersamaan dengan itu, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menyatakan dunia harus melihat apa yang telah dilakukan tentara Rusia.

Melalui panggilan di Telegram, Zelensky mengungkap bahwa pasukannya yang berhasil menguasai Kota Izium dari tentara Rusia berhasil menemukan kuburan massal.

Belum diketahui berapa jumlah mayat yang berada di kuburan massal itu, namun Zelensky memperkirakan setidaknya ada lebih dari empat ratus mayat yang berada di hutan dekat Izium.

“Kami masih belum tahu persis berapa banyak mayat di sana namun Rusia telah menjadi sumber terorisme terbesar di dunia, dan tidak ada kekuatan teroris lain yang meninggalkan begitu banyak kematian,” sambung Zelensky.

Baca juga: Bertemu PM India, Putin Sebut Ingin Akhiri Perang Secepatnya

Selain merebut kota Izium, pasukan Ukraina diketahui juga telah sukses mengambil alih lebih dari 20 kota dan desa hanya dalam satu hari terakhir dalam serangan balasan yang dilakukan pada pekan ini.

Untuk memperkuat benteng pertahanan pasukan Kiev dari ancaman Rusia, pemerintah AS diketahui telah menyetujui paket baru bantuan senjata tambahan untuk Ukraina senilai 600 juta dolar AS berupa roket GMLRS canggih untuk militer Kiev.

Bantuan militer tambahan yang diumumkan Gedung Putih pada hari Kamis (15/9/2022) itu merupakan kiriman pasokan untuk mendukung militer Kiev meluncurkan serangan balasan besar-bersan terhadap pasukan invasi Rusia.

Tanggapan Perdana Menteri India

Perdana Menteri India Narendra Modi secara mengejutkan mengkritik Presiden Vladimir Putin saat keduanya bertatap muka.

Modi mengutarakan kritikannya di depan muka Putin langsung terkait invasi Rusia ke Ukraina.

Menurut Modi, saat ini bukanlah saatnya untuk perang.

Modi pun mengatakan kepada Putin tentang perlunya bergerak ke jalan damai, dan mengingatkan akan pentingnya demokrasi, diplomasi dan dialog.

Komentar Modi itu dilontarkan dalam pertemuan tatap muka di sela-sela pertemuan puncak Organisasi Kerja Sama Shanghai di Samarkand, Uzbekistan, Jumat (16/9/2022).

Pernyataan Modi itu menyoroti meningkatnya isolasi Rusia di panggung diplomatik.

Kritikan itu datang setelah Putin mengakui bahwa China juga memiliki pertanyaan dan kekhawatiran atas invasi tersebut.

“Saya tahu bahwa era hari ini bukan perang dan kami telah berbicara dengan Anda berkali-kali melalui telepon tentang masalah bahwa demokrasi, diplomasi dan dialog adalah semua hal yang menyentuh dunia,” kata Modi menurut pembacaan pertemuan oleh Kementerian India dikutip dari CNN.

“Kami pasti akan mendapat kesempatan untuk membahas bagaimana kami dapat bergerak ke jalan perdamaian dalam beberapa hari mendatang. Saya juga akan mendapatkan kesempatan untuk memahami sudut pandang Anda,” tambahnya.

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved