Ratu Elizabeth II wafat, apa saja tantangan terberat yang dihadapi Raja Charles III memimpin Inggris?
Raja Charles bertakhta di tengah tantangan kesulitan ekonomi yang melanda Inggris dan menurunnya dukungan untuk monarki, terendah dalam 30 tahun.
Keuangan Keluarga Kerajaan adalah masalah kompleks yang sering menjadi inti penolakan dari kelompok anti-monarki: terutama dana yang berasal dari pembayaran tahunan pajak masyarakat, yang dikenal sebagai Sovereign Grant.
Pada tahun 2021-2022, hibah untuk kerajaan ditetapkan sebesar lebih dari Rp1,7 triliun- setara dengan Rp25.000 per orang di Inggris Raya, tetapi ini tidak termasuk biaya keamanan substantif untuk anggota keluarga kerajaan.
Reputasi yang menurun
Dukungan untuk monarki berada pada titik terendah dalam lebih dari 30 tahun, setidaknya menurut Survei Sikap Sosial Inggris (British Social Attitudes Survey), yang secara rutin mengukur penilaian masyarakat terhadap bangsawan.
Hasil terbaru dari survei tersebut, yang diterbitkan pada tahun 2021, menunjukkan bahwa hanya 55% orang Inggris yang menganggap monarki "sangat penting" atau "cukup penting".
Dalam beberapa dekade terakhir, dukungan itu berkisar antara 60% dan 70%.
Pada Mei tahun ini, Charles berada di peringkat ketiga dalam daftar bangsawan favorit rakyat, di belakang Ratu dan putra sulungnya, Pangeran William.
Meskipun, jajak pendapat yang dilakukan setelah kematian Elizabeth II menunjukkan peningkatan dukungan untuk Raja baru, terdapat tanda-tanda bahwa Charles III memiliki pekerjaan yang harus dilakukan untuk meningkatkan reputasi kerajaan.
"Salah satu tantangan bagi Raja Charles III adalah membuat monarki menarik bagi generasi muda," kata sejarawan kerajaan, Richard Fitzwilliams.
Pendapat Fitzwilliams didukung oleh Survei Sikap Sosial Inggris.
Survei itu menunjukkan bahwa pada tahun 2021 hanya 14% dari orang berusia 18-34 menganggap "sangat penting" bagi Inggris untuk memiliki monarki, sedangkan proporsi di antara mereka yang berusia di atas 55 tahun adalah 44%.
Dan menurut jajak pendapat YouGov, yang dilakukan untuk kelompok anti-monarki Republik pada Mei, 27% dari populasi mendukung penghapusan monarki.
Angka itu menunjukkan peningkatan penting dari rata-rata 15% pada abad ini. Dan ketidakpuasan yang jauh lebih tinggi tercatat di kalangan generasi muda.
Kelly Swab juga menunjukkan bahwa "banyak hal telah berubah sejak 1952" (tahun Elizabeth II menjadi Ratu). Dia merujuk secara khusus pada protes anti-monarki sporadis yang terjadi dalam beberapa hari terakhir.
"Ada sedikit rasa hormat terhadap monarki akhir-akhir ini dan lebih banyak pengawasan yang teliti terhadap keluarga kerajaan," katanya.