Laporan PBB: Sedikitnya 50 Warga Sipil Tewas dalam Operasi Militer Tentara Mali pada April 2022
PBB ungkap 50 warga sipil tewas dan ratusan ditangkap di #Mali tengah pada bulan April selama operasi oleh tentara dan personel "asing"
Penulis:
Andari Wulan Nugrahani
Editor:
Sri Juliati
TRIBUNNEWS.COM - Sebuah laporan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyebut 50 warga sipil tewas dalam operasi militer yang dilakukan tentara Mali dan pasukan asing pada 19 April 2022.
PBB berulang kali menuduh tentara Mali mengeksekusi warga sipil dan tersangka militan.
Tindakan tersebut telah berlangsung selama satu dekade sebagai upaya melawan kelompok-kelompok yang terkait dengan al-Qaida dan ISIS.
Pemerintah militer Mali, yang mengambil alih kekuasaan dalam kudeta 2020, telah memerangi gerilyawan Islam dengan bantuan kontraktor militer swasta milik kelompok Wagner Rusia.
Dikutip The Guardian, pembantaian April diduga terjadi di Kotamadya Hombori, wilayah tengah Douentza.
Aksi kekerasan itu terjadi tak lama setelah konvoi militer Mali menabrak alat peledak rakitan.
Baca juga: Serangan Kelompok Bersenjata di Mali Tewaskan 42 Tentara
Diketahui, para korban termasuk seorang wanita dan seorang anak.
Misi penjaga perdamaian PBB MINUSMA mengatakan dalam laporan triwulanan tentang pelanggaran HAM di negara Afrika Barat yang dilanda pemberontak.
Laporan tersebut tidak merinci kewarganegaraan personel militer asing yang menyertai pasukan lokal.
Sedikitnya 500 orang telah ditahan selama operasi militer
Sekitar 500 orang ditahan sebentar selama operasi militer yang dipicu oleh ledakan itu, tetapi sebagian besar kemudian dibebaskan.
Beberapa hari kemudian, seorang tentara Mali diduga mengeksekusi 20 dari 27 warga sipil yang masih ditahan di kamp militer di Hombori, menurut PBB.
Juru bicara militer Mali tidak segera menanggapi permintaan untuk berkomentar.
Baca juga: Pasukan Prancis Tangkap Tokoh Senior ISIS, Oumeya Ould Albakaye di Mali

Sangkal menyiksa warga sipil
Pihak berwenang sebelumnya telah membantah tuduhan bahwa tentara menyiksa warga sipil yang ditahan di Hombori, kata laporan itu.
Dalam laporan tersebut, MINUSMA mencatat 317 kematian warga sipil antara 1 April dan 30 Juni 2022.
Angka ini 42 persen lebih rendah dari 543 kematian yang tercatat selama kuartal pertama 2022.
Pasukan pertahanan dan keamanan Mali bertanggung jawab atas lebih dari seperempat tindakan kekerasan terhadap warga sipil yang tercatat selama periode itu, menurut laporan tersebut.
Militer Mali dalam beberapa kasus mengakui pasukannya terlibat dalam eksekusi dan pelanggaran lainnya.
Tetapi hanya sedikit tentara yang menghadapi tuntutan pidana.
Pihak berwenang telah melarang penyelidik PBB dari sebuah situs di mana pasukan Mali dan tersangka pejuang Rusia diduga mengeksekusi sekitar 300 pria sipil selama operasi militer pada bulan Maret.
Baik Mali maupun Rusia sebelumnya mengatakan kelompok Wagner tidak terdiri dari tentara bayaran, tetapi pelatih yang membantu pasukan lokal dengan peralatan yang dibeli dari Rusia.
(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)