PBB Serukan Gencatan Senjata di Tengah Pertempuran di Ethiopia Utara
Antonio Guterres mengaku terkejut dengan pertempuran baru di sekitar wilayah utara Tigray di Ethiopia, Afrika timur.
Pihak berwenang Tigray telah mengkritik upaya badan kontinental itu dan segera mengupayakan dimulainya kembali layanan telepon, perbankan, dan layanan lainnya yang sebagian besar terputus sejak perang dimulai pada November 2020.
Ribuan orang tewas dalam perang di negara terpadat kedua di Afrika itu.
Konflik telah mereda dalam beberapa bulan terakhir di tengah upaya mediasi yang berjalan lambat.
Baca juga: Biden Umumkan Bantuan Militer Senilai Rp44 Triliun untuk Ukraina

Namun pekan lalu, juru bicara Perdana Menteri Abiy Ahmed menegaskan kepada wartawan bahwa otoritas Tigray “menolak untuk menerima pembicaraan damai.”
Pernyataan komando militer Tigray pada hari Rabu mengatakan pasukan Ethiopia, bersama dengan pasukan khusus Amhara dan milisi Amhara, “telah memulai serangan skala besar sekitar pukul 5:00 [02:00 GMT] ke arah Alamata, Tigray selatan.”
Juru bicara pasukan Tigray Getachew Reda mentweet bahwa serangan itu mengikuti "provokasi selama seminggu" oleh pasukan di wilayah tetangga Amhara.
Layanan komunikasi pemerintah menegaskan dalam sebuah pernyataan bahwa pasukan Tigray melancarkan serangan pada Rabu pagi.
Dikatakan jika serangan berlanjut, “pemerintah akan mengambil tindakan untuk menyelamatkan negara … dan juga membawa [pasukan Tigray] ke meja perundingan apakah suka atau tidak.”
Baca juga: Pemberontak Tigray Semakin Dekat Addis Ababa, Tapi Siapa Sebenarnya Mereka?
Pekan lalu, pasukan Tigray memperingatkan serangan yang akan datang.
Dalam sebuah posting Facebook pada hari Selasa, tentara Ethiopia menolak tuduhan penumpukan militer dan mengklaim pasukan Tigray "terlibat dalam kebisingan pra-konflik."
Unggahan itu juga memperingatkan agar tidak menyebarkan “rahasia tentara.”
Bencana terburuk di Bumi
Awal bulan ini, Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus, seorang etnis Tigrayan, menggambarkan krisis di Tigray sebagai “bencana terburuk di Bumi”.
Tedros juga bertanya-tanya apakah alasan para pemimpin global tidak menanggapi adalah karena “warna kulit orang-orang di Tigray”.
Bantuan kemanusiaan mulai mengalir ke Tigray awal tahun ini.