Mantan Presiden Filipina Fidel Ramos Meninggal di Usia 94 Tahun, Punya Julukan 'Steady Eddie'
Mantan Presiden Filipina Fidel Ramos meninggal dunia di usia 94 tahun, dikenal memiliki sikap tegas dan dapat julukan Steady Eddie.
Menangkan pemilihan 1992 hingga kebijakan ekonomi Ramos
Ramos memenangkan pemilihan yang diperebutkan pada tahun 1992 untuk menggantikan pemimpin People Power Corazon Aquino yang menggulingkan Marcos.
Meskipun dia memperoleh kurang dari 23 persen suara, Ramos segera mendapatkan dukungan 66 persen dan kepresidenannya dikenang untuk periode perdamaian, stabilitas dan pertumbuhan ekonomi.
Saat menjabat selama enam tahun, pemerintahannya investasi asing mulai berdatangan melalui kebijakan deregulasi dan liberalisasi.
Ramos membubarkan monopoli di sektor transportasi dan komunikasi.
Baca juga: Putri Rodrigo Duterte, Sara Duterte Dilantik sebagai Wakil Presiden Filipina 2022
Melalui kekuatan khusus yang diberikan oleh Kongres, dia memulihkan sektor listrik yang sakit, mengakhiri pemadaman listrik selama 12 jam yang melanda negara itu.
Diwartakan CNN, selama masa jabatannya, ekonomi Filipina melonjak dan tingkat kemiskinan turun menjadi 31 persen dari 39 persen melalui Agenda Reformasi Sosialnya.
Workaholic dan atletis
Ramos adalah seorang workaholic dan pemimpin atletis yang multitasking.
Ketika dia menjadi panglima militer, dia akan bermain golf dan lari pada saat yang sama, mengejar bolanya.
Joging paginya menjadi legenda di antara staf stafnya dan bahkan pada usia 80 tahun.
Dia akan melompat untuk mengulangi apa yang dia lakukan selama pemberontakan pada tahun 1986.
Baca juga: Fakta-fakta Pemilihan Presiden Filipina 2022: Jadwal hingga Kandidat Terdepan

Belasungkawa dari pejabat Filipina
“Dengan sangat sedih kami mengetahui meninggalnya mantan Presiden Fidel V Ramos,” kata Trixie Cruz-Angeles, sekretaris pers Presiden Ferdinand Marcos Jr, putra dan senama mendiang diktator, yang menjabat bulan lalu.
“Dia meninggalkan warisan yang penuh warna dan tempat yang aman dalam sejarah untuk partisipasinya dalam perubahan besar negara kita, baik sebagai perwira militer maupun kepala eksekutif.”
(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)