Kamis, 2 Oktober 2025

Resesi Ekonomi

Termasuk Indonesia, Ini Daftar Negara yang Berpotensi Resesi dan Presentasenya

Termasuk Indonesia, ini daftar negara yang berpotensi resesi dan persentasenya. Resesi mengancam sejumlah negara hingga tahun depan.

Editor: Sri Juliati
freepik
Termasuk Indonesia, ini daftar negara yang berpotensi resesi dan persentasenya. Resesi mengancam sejumlah negara hingga tahun depan. 

Hal ini mengindikasikan neraca pembayaran, APBN, ketahanan dari DGP, dan sisi korporasi maupun dari rumah tangga serta monetery policy relatif dalam situasi yang lebih baik daripada negara-negara lain.

Meski angka ancaman resesi kecil, Sri Mulyani menegaskan agar tidak terlena dengan kondisi perekonomian yang baik.

Menurutnya, kenaikan inflasi masih menjadi ancaman bagi Indonesia dan negara lainnya.

Negara maju lainnya juga berpotensi mengalami deflasi, termasuk negara maju yang disebutkan Bloomberg dalam daftar di atas.

New Zealand, Korea Selatan, Jepang, China, Hongkong, Australia yang tingkat inflasinya rendah juga berpotensi mengalami deflasi.

Sri Mulyani mengatakan, Kementerian Keuangan akan terus waspada dan berhati-hati dalam membuat peraturan, mengingata adanya ancaman ketidakpastian global.

Risiko ekonomi global yang menghantui sejumlah negara di dunia yaitu inflasi dan resesi (stagflasi) yang akan berlangsung hingga tahun depan.

Kebijakan moneter dan fiskal akan menjadi perhatian serius dari Kemenkeu saat ini.

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) juga akan memonitor peraturan dari pihak korporasi Indonesia.

Baca juga: Tanda-tanda Eropa Mulai Resesi, Nilai Tukar 1 Euro Setara 1 Dolar AS

Resesi Global

Ilustrasi dolar AS
Ilustrasi dolar AS (freepik)

Resesi di sejumlah negara di atas adalah buntut dari resesi yang terjadi di berbagai belahan dunia, termasuk Eropa.

Negara-negara Eropa saat ini diyakini sedang mengalami masa resesi, yang ditandai dengan merosotnya nilai tukar Euro terhadap Dollar Amerika Serikat.

Nilai tukar 1 Euro sama dengan 1 dolar AS.

Artinya, perusahaan dan konsumen Eropa akan membayar lebih untuk barang dan jasa yang mereka impor.

Hal ini mengakibatkan ekspor Eropa menjadi lebih murah di pasar Internasional.

Euro telah mengalami penurunan nilai sejak awal Februari 2022, ketika nilai tukarnya lebih dari 1,13 dolar AS per euro.

Pelemahan Euro semakin tinggi pada beberapa minggu terakhir ini karena Rusia, penyedia energi utama UE, akan sepenuhnya memangkas aliran gas di Eropa.

(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti/Choirul Arifin)(Kompas TV/Dina Karina)

Artikel lain terkait Ancaman Resesi

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved