Sri Lanka Bangkrut
Presiden Sri Lanka Gotabaya Rajapaksa Dikabarkan Kabur ke Maldives
Presiden Sri Lanka Gotabaya Rajapaksa dikabarkan telah berhasil kabur ke Maldives pada Rabu (13/7/2022) pagi.
Mereka belum memutuskan siapa yang akan mengambil alih sebagai perdana menteri dan mengisi kabinet.
Presiden baru akan menjalani sisa masa jabatan Gotabaya Rajapaksa, yang berakhir pada 2024 dan berpotensi menunjuk perdana menteri baru, yang kemudian harus disetujui oleh parlemen.
Perdana menteri akan menjabat sebagai presiden sampai penggantinya dipilih, di mana aturan itu pasti akan membuat marah para pengunjuk rasa yang ingin Ranil Wickremesinghe segera disingkirkan.
Korupsi dan salah urus telah membuat Sri Lanka dibebani utang dan tidak mampu membayar impor kebutuhan pokok.
Kekurangan telah menabur keputusasaan di antara 22 juta orang di negara itu.
Orang-orang Sri Lanka kesulitan mendapatkan makanan dan mengantre berjam-jam untuk mencoba membeli bahan bakar yang langka.
Kebuntuan politik menambah 'bahan bakar' ke krisis ekonomi karena tidak adanya pemerintah persatuan alternatif mengancam akan menunda bailout yang diharapkan dari Dana Moneter Internasional (IMF).
Pemerintah harus menyampaikan rencana debt sustainability kepada IMF pada Agustus sebelum mencapai kesepakatan.
Sementara itu, negara itu mengandalkan bantuan dari negara tetangga, India dan dari China.
Ditanya apakah China sedang dalam pembicaraan dengan Sri Lanka tentang kemungkinan pinjaman, seorang pejabat Kementerian Luar Negeri China tidak memberikan indikasi apakah diskusi tersebut sedang terjadi.

Baca juga: Presiden Sri Lanka Gagal Kabur ke Luar Negeri Karena Pegawai Bandara Menolak Stempel Paspornya
"China akan terus menawarkan bantuan karena kemampuan kami memungkinkan pembangunan sosial dan pemulihan ekonomi Sri Lanka," kata juru bicara itu, Wang Wenbin.
Pada hari Selasa, para pemimpin agama Sri Lanka mendesak para pengunjuk rasa untuk meninggalkan gedung-gedung pemerintah.
Para pengunjuk rasa telah bersumpah untuk menunggu sampai Gotabaya Rajapaksa dan Ranil Wickremesinghe dicopot dari jabatannya.
"Setelah penyerbuan gedung-gedung pemerintah, jelas ada konsensus di negara ini bahwa kepemimpinan pemerintah harus berubah," kata Jehan Perera, direktur eksekutif Dewan Perdamaian Nasional Sri Lanka, sebuah lembaga pemikir.
Unjuk rasa selama berbulan-bulan telah menghancurkan dinasti politik Gotabaya Rajapaksa, yang telah memerintah Sri Lanka selama hampir dua dekade terakhir.