Apa Itu Juneteenth? Ditetapkan Biden jadi Hari Libur hingga Sejarah Perbudakan Warga Kulit Hitam AS
Juneteenth merupakan hari kebebasan perbudakan di Amerika Serikat. Hari tersebut diperingati dengan adanya sejarah panjang di belakangnya.
TRIBUNNEWS.COM - Presiden Joe Biden telah menjadikan Juneteenth sebagai hari libur federal.
Pihaknya pun menyatakannya sebagai hari bagi semua orang Amerika Serikat (AS) untuk memperingati berakhirnya perbudakan.
Walaupun sudah ditetapkan sebagai hari libur federal, namun saat ini hanya 18 negara bagian yang menjadikannya sebagai hari libur.
Menurut Layanan Riset Kongres mengatakan 18 negara bagian tersebut telah meloloskan undang-undang dan menyediakan dana untuk mengizinkan pegawai negeri merayakan hari itu.
Sementara negara bagian lain yang belum menyetujui, mengeluhkan biaya apabila pekerja diliburkan pada Juneteenth.
Bahkan beberapa orang mengatakan bahwa tidak banyak orang yang tahu tentang Juneteenth, dan menjadi hari libur, dikutip Tribunnews dar Yahoo News.
Terutama karena lebih banyak orang Amerika mengatakan bahwa mereka akrab dengan Juneteenth.
Bulan ini, hampir 60 persen orang AS mengatakan mereka tahu tentang Hari Libur Juneteenth, lebih tinggi dari 2021 di mana 37 persen tidak tahu, menurut jajak pendapat Gallup.
Baca juga: Biden Dilaporkan Tegur Dua Menteri AS agar Kurangi Retorika Dukungan pada Ukraina
Baca juga: Joe Biden Tambah Bantuan Senjata Rp 15 Triliun Untuk Ukraina
“Ini adalah sesuatu yang pantas didapatkan oleh orang kulit hitam dan sepertinya kami hampir harus membuktikan diri untuk membuat mereka setuju,” kata Anthony Nolan, perwakilan negara bagian di Connecticut.
Lantas apa itu hari Juneteenth?

Juneteenth dikenal sebagai Juneteenth Independence Day, Freedom Day, dan Emancipation Day, memperingati berakhirnya perbudakan di AS.
Perpaduan kata Juni dan 19, itu menandai 19 Juni 1865, hari ketika Mayor Jenderal Angkatan Darat Union Gordon Granger naik ke Galveston, Texas, dan mengeluarkan Perintah Umum No. 3, menyatakan bahwa orang Afrika-Amerika yang diperbudak di sana bebas.
"Rakyat Texas diberitahu bahwa, sesuai dengan proklamasi dari Eksekutif Amerika Serikat, semua budak bebas," bunyi perintah itu.
"Ini melibatkan persamaan mutlak hak pribadi dan hak milik antara mantan majikan dan budak, dan hubungan yang ada sebelumnya di antara mereka menjadi hubungan antara majikan dan pekerja upahan."
Kebebasan bagi orang-orang yang diperbudak di Galveston, Texas, datang dua setengah tahun setelah Presiden Abraham Lincoln mengeluarkan Proklamasi Emansipasi, yang tidak dapat ditegakkan di daerah-daerah di bawah kendali Konfederasi, dikutip dari CNN.
Itu juga terjadi sekitar dua bulan setelah Jenderal Konfederasi Robert E. Lee menyerah kepada Angkatan Darat Union di Gedung Pengadilan Appomattox, Virginia , sebuah peristiwa yang umumnya dianggap sebagai akhir dari Perang Saudara.
Apa yang dimulai sebagai perayaan informal kebebasan oleh penduduk setempat di Galveston akhirnya tumbuh menjadi peringatan yang lebih luas tentang berakhirnya perbudakan ketika orang Afrika-Amerika di Texas pindah ke bagian lain negara itu.
Saat ini, banyak orang Afrika-Amerika merayakan Juneteenth dengan pesta, parade, dan pertemuan dengan keluarga dan teman.
Baca juga: Biden Akan Bertemu Penjaga Dua Masjid Suci di Arab Saudi Hari Ini
Baca juga: Inflasi Sentuh Rekor Tertinggi, Joe Biden Ingatkan Inflasi AS Bisa Bertahan untuk Sementara Waktu
Texas menjadi negara bagian pertama yang menjadikan Juneteenth sebagai hari libur negara bagian pada tahun 1980.
Selain menjadi hari libur federal, seluruh 50 negara bagian dan Washington DC, mengakui Juneteenth dalam beberapa bentuk.
Ketika Juneteenth telah masuk ke arus utama, beberapa aktivis dan pemimpin menunjuk pada ketidakadilan sistemik yang terus dihadapi oleh orang kulit hitam AS, seperti kesenjangan kekayaan rasial, penahanan yang tidak proporsional, dan kesenjangan kesehatan yang sudah berlangsung lama.
Salah satu koalisi kelompok hak asasi manusia dan sipil, khususnya, mengakui hari raya tersebut dengan memasang bendera pan-Afrika di depan Gedung Putih dan menyerukan komisi untuk mempelajari reparasi.
(Tribunnews.com/Garudea Prabawati)