Konflik Rusia Vs Ukraina
Tiga Pemimpin Eropa Bakal Kunjungi Ukraina, Pejabat Kyiv Sempat Khawatir
Tiga pemimpin dari negara terbesar di Uni Eropa, yakni Jerman, Prancis, dan Italia, dikabarkan akan mengunjungi Ukraina pada Kamis ini.
TRIBUNNEWS.COM - Tiga pemimpin dari negara terbesar di Uni Eropa, yakni Jerman, Prancis, dan Italia, dikabarkan akan mengunjungi Ukraina pada Kamis ini.
Mereka melawat ke Kyiv untuk menunjukkan dukungan kepada Ukraina atas serangan bertubi-tubi dari Rusia.
Perencanaan kunjungan Kanselir Jerman Olaf Scholz, Presiden Prancis Emmanuel Macron, dan Perdana Menteri Italia Mario Draghi, memakan waktu berminggu-minggu.
Ketiga pemimpin ini ingin mengatasi kritik di Ukraina atas tanggapan mereka terhadap perang.
Presiden Macron menilai sudah waktunya Eropa mendukung Ukraina yang ingin bergabung dengan UE.
Baca juga: Balas Sanksi Barat, Rusia Larang 29 Jurnalis Inggris Memasuki Moskow
Baca juga: AS Tidak akan Menekan Ukraina Rundingkan Gencatan Senjata: Tugas Kami Memastikan Mereka Bertahan

"Kami berada pada titik di mana kami perlu mengirim sinyal politik yang jelas, kami orang Eropa, terhadap Ukraina dan rakyatnya ketika melawan secara heroik," kata Macron, Rabu (15/6/2022), lapor The Guardian.
Diketahui, Komisi Uni Eropa mengumumkan akan membuat rekomendasi tentang status Ukraina sebagai calon anggota.
Kyiv mengkritik Prancis, Jerman, dan Italia karena dinilai kurang mendukung Ukraina.
Ketiga negara ini dianggap lamban mengirimkan senjata dan mementingkan dirinya sendiri.
Oleksiy Arestovych, penasihat presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengaku khawatir dengan kunjungan tiga pemimpin Eropa itu.
Arestovych khawatir pihaknya akan ditekan untuk menerima kesepakatan damai yang menguntungkan Presiden Rusia, Vladimir Putin.
"Mereka akan mengatakan bahwa kita perlu mengakhiri perang yang menyebabkan masalah pangan dan masalah ekonomi bahwa kita perlu menyelamatkan wajah Putin," katanya kepada surat kabar Jerman Bild minggu ini, merujuk pada komentar Macron.
PM Italia, Draghi, mengatakan pada Selasa bahwa pembicaraan damai penting untuk segera dilakukan.
Namun ia menegaskan bahwa ini harus "dengan syarat yang dianggap dapat diterima oleh Ukraina".
Sementara itu, Presiden Zelensky diperkirakan akan mendorong tiga pemimpin ini untuk mengirim lebih banyak senjata.
Ukraina sangat kritis terhadap bantuan militer Jerman.
Duta besar Ukraina untuk Berlin, Andrij Melnyk, mengatakan kepada penyiar Jerman, NTV, bahwa dia berharap Kanselir Scholz segera mengirimkan senjata berat sudah dijanjikan.

Scholz menepis tuduhan bahwa dia menahan dukungan militer tersebut.
Ia berujar Jerman adalah salah satu pendukung militer dan keuangan terbesar Ukraina.
Selain itu, menurutnya butuh waktu untuk melatih tentara Ukraina menggunakan sistem artileri canggih yang ditawarkan Jerman.
Fokus Serangan di Donbas
Ukraina mengatakan pihaknya membutuhkan lebih banyak senjata untuk menangkis kemajuan Rusia di selatan dan timur.
Seruan yang ditujukan kepada Barat (AS dan sekutu), terjadi di saat pemimpin Jerman, Prancis, dan Italia diperkirakan akan mengunjungi Kyiv pada Kamis ini.
Dilansir Reuters, Moskow memfokuskan sebagian besar senjatanya di kota timur Sievierodonetsk.
Bersamaan dengan ini, Rusia juga mencoba mengkonsolidasikan kendali atas wilayah selatan yang meliputi kota strategis Kherson, di utara Laut Hitam.
Tentara Ukraina berjuang merebut kembali tanah di ladang gandum dan desa-desa kosong di sepanjang jalan raya yang sepi antara kota Mykolaiv dan Kherson yang diduduki Rusia.
Mayor Jenderal Dmytro Marchenko, yang memimpin pasukan Ukraina di Mykolaiv, mengatakan pasukannya dapat meraih kemenangan atas Rusia jika diberikan senjata yang tepat.
"Jelas bahwa ini tidak akan segera berakhir. Tetapi sekali lagi, jika kami diberikan semua senjata yang kami butuhkan, serangan balik bisa selesai pada akhir musim panas," kata Marchenko kepada penyiar Radio Free Europe.

Baca juga: AS akan Bangun Silo di Perbatasan Ukraina untuk Bantu Ekspor Hasil Pertanian
Baca juga: Panglima Militer Ukraina Sebut Pasukan Rusia Menyerang Secara Bersamaan dari 9 Arah
Kherson jatuh ke tangan pasukan Rusia pada Maret, tidak lama setelah Moskow mulai menginvasi pada akhir Februari.
Setelah didorong mundur dari pinggiran Kyiv pada Mei lalu, pasukan Rusia kini fokus untuk merebut seluruh Donbas.
Donbas (Donetsk dan Luhansk), adalah daerah industri di Ukraina timur yang mana pertempuran saat ini difokuskan di Kota Sievierodonetsk.
Presiden Vladimir Putin tampaknya berniat menegaskan kendali penuh atas Donbas, yang sebagian dipegang oleh separatis yang didukung Moskow di provinsi Luhansk dan Donetsk.
Pasukan Ukraina bersembunyi bersama warga sipil di pabrik kimia Sievierodonetsk, mengabaikan ultimatum Rusia untuk menyerah pada Rabu (15/6/2022).
(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)