Senin, 6 Oktober 2025

Pemilu Amerika Serikat 2020

Donald Trump Dituduh Melakukan Percobaan Kudeta saat Kerusuhan di Kongres AS

Mantan Presiden Donald Trump dituding melakukan percobaan kudeta dalam sidang terkait kerusuhan di Gedung Kongres Amerika Serikat (AS) pada 2021 lalu.

Penulis: Ika Nur Cahyani
AFP/Brendan Smialowski
Presiden Amerika Serikat, Donald Trump datang untuk berbicara kepada pendukungnya di Ellipse, sebuah taman di dekat Gedung Putih di Washington DC, Amerika Serikat, Rabu (6/1/2021) waktu setempat. Ribuan pendukung Presiden Amerika Serikat, Donald Trump melakukan aksi demonstrasi dengan menyerbu dan menduduki Gedung Capitol untuk menolak pengesahan kemenangan Presiden terpilih Joe Biden atas Presiden Donald Trump dalam Pemilu Amerika 2020 lalu. Mereka menduduki Gedung Capitol setelah sebelumnya memecahkan jendela dan bentrok dengan polisi. AFP/Brendan Smialowski 

TRIBUNNEWS.COM - Mantan Presiden Donald Trump, dituding melakukan percobaan kudeta dalam sidang terkait kerusuhan di Gedung Kongres Amerika Serikat (AS) pada 2021 lalu.

Wakil Ketua Komite Partai Republik, Liz Cheney, mengatakan Trump "menyalakan api serangan ini".

Politisi Demokrat, Bennie Thompson mengatakan kerusuhan itu membahayakan demokrasi AS.

Pada 6 Januari 2021, massa pendukung Presiden saat itu, Donald Trump, menyerang US Capitol atau Gedung Kongres AS di Washington DC.

Kerumunan massa berdemo dan merangsek masuk ke Gedung Kongres karena tidak terima dengan kekalahan Trump dalam Pilpres.

Dokumentasi foto, Presiden AS Donald Trump dan putrinya Penasihat Senior Ivanka Trump berjalan ke pesawat Air Force One sebelum berangkat dari Pangkalan Cadangan Udara Dobbins di Marietta, Georgia pada 4 Januari 2021.  Anggota parlemen AS yang menyelidiki serangan Januari 2021 di Gedung Capitol pada 20 Januari 2022 meminta putri mantan presiden Donald Trump untuk bekerja sama secara sukarela dengan penyelidikannya.
Dokumentasi foto, Presiden AS Donald Trump dan putrinya Penasihat Senior Ivanka Trump berjalan ke pesawat Air Force One sebelum berangkat dari Pangkalan Cadangan Udara Dobbins di Marietta, Georgia pada 4 Januari 2021. Anggota parlemen AS yang menyelidiki serangan Januari 2021 di Gedung Capitol pada 20 Januari 2022 meminta putri mantan presiden Donald Trump untuk bekerja sama secara sukarela dengan penyelidikannya. (AFP)

Baca juga: Donald Trump Minta AS Prioritaskan Keamanan Sekolah Dibanding Bantuan ke Ukraina

Baca juga: Detik-detik Presiden Joe Biden dan Ibu Negara Dievakuasi Gara-gara Pesawat Misterius Dekati Rumahnya

Ketika itu, anggota parlemen AS sedang melakukan rapat untuk mengesahkan kemenangan Joe Biden atas pemilu.

Setelah setahun penyelidikan, komite terpilih Dewan Perwakilan Rakyat AS yang dipimpin Demokrat dibuka pada Kamis (9/6/2022) dengan menunjukkan klip wawancara yang dilakukan dengan orang lingkaran dalam Trump.

Dilansir BBC, cuplikan menampilkan kesaksian mantan Jaksa Agung AS, Bill Barr, yang mengatakan klaim mantan presiden bahwa pemilu dicurangi tidak berdasar.

"Kita tidak bisa hidup di dunia di mana pemerintahan incumbent tetap berkuasa berdasarkan pandangannya, tidak didukung oleh bukti spesifik, bahwa ada kecurangan dalam pemilu," kata mantan jaksa agung itu.

Sidang juga menampilkan rekaman kesaksian Ivanka Trump, putri mantan presiden Donald Trump, yang mengaku setuju dengan pendapat Barr.

Sebelum penyelidikan DPR dibuka pada Kamis malam, Trump menolaknya dan menyebutnya sebagai "hoaks politik".

Walaupun sudah setahun lengser, Presiden AS ke-45 ini terus menggemakan klaimnya bahwa hasil Pemilu 2020 dicurangi oleh penipuan pemilih massal.

"6 Januari adalah puncak dari upaya kudeta, upaya kurang ajar, seperti yang dikatakan seorang penulis tak lama setelah 6 Januari, untuk menggulingkan pemerintah."

"Kekerasan itu bukan kebetulan. Itu adalah sikap terakhir Trump," ujar Bennie Thompson, ketua komite dan anggota parlemen Mississippi, dalam sidang.

Panitera DPR Cheryl Johnson (kiri) bersama dengan Polisi Pengadilan DPR Tim Blodgett berjalan melalui koridor Ohio Clock Capitol saat mereka memimpin manajer pemakzulan Demokrat untuk menyampaikan artikel pemakzulan Donald Trump pada 25 Januari 2021 di Washington, DC.
Panitera DPR Cheryl Johnson (kiri) bersama dengan Polisi Pengadilan DPR Tim Blodgett berjalan melalui koridor Ohio Clock Capitol saat mereka memimpin manajer pemakzulan Demokrat untuk menyampaikan artikel pemakzulan Donald Trump pada 25 Januari 2021 di Washington, DC. (Melina Mara / POOL / AFP)

Cheney, wakil ketua komite dan anggota kongres Wyoming, juga menyebut bahwa Trump memprovokasi peristiwa tersebut.

"Mereka yang menyerbu Capitol kami dan melawan penegakan hukum selama berjam-jam dimotivasi oleh apa yang dikatakan Presiden Trump: bahwa pemilihan dicuri dan bahwa dia adalah orang yang berhak menjadi presiden."

"Presiden Trump memanggil massa, mengumpulkan massa dan menyalakan api serangan ini," kata Cheney.

Caroline Edwards, petugas polisi pertama yang terluka dalam serangan itu, bersaksi bahwa dia disebut "pengkhianat" dan "anjing" oleh para perusuh sebelum pingsan.

Di tengah kerusuhan itu, ia mengaku sempat bertemu dengan petugas Brian Sicknick, yang meninggal setelah insiden.

"Saya tergelincir dalam darah orang-orang," cerita Edwards kepada anggota parlemen.

"Tidak pernah dalam mimpi terliar saya, saya berpikir bahwa sebagai petugas polisi, sebagai petugas penegak hukum, saya akan menemukan diri saya di tengah pertempuran," tambahnya.

Pembuat film dokumenter Inggris, Nick Quested, yang melacak Proud Boys, sebuah kelompok sayap kanan, pada hari penyerangan, juga memberikan bukti.

Dia mengaku terkejut pada kemarahan dan kekerasan dari "pemberontak" yang mengamuk.

Foto ini diambil pada 06 Januari 2021, memperlihatkan para pendukung Donald Trump bentrok dengan polisi dan pasukan keamanan saat mereka menyerbu US Capitol di Washington, DC.
Foto ini diambil pada 06 Januari 2021, memperlihatkan para pendukung Donald Trump bentrok dengan polisi dan pasukan keamanan saat mereka menyerbu US Capitol di Washington, DC. (Olivier DOULIERY / AFP)

Baca juga: Tentara Ukraina Kesulitan Operasikan Senjata Canggih Bantuan Amerika dan Sekutunya

Baca juga: Rusia Larang 963 Orang Amerika Masuk Negaranya, Ada Biden hingga Mark Zuckerberg, Donald Trump Boleh

Empat orang tewas pada hari kerusuhan di Capitol AS, diantaranya seorang wanita tak bersenjata yang ditembak polisi dan lainnya karena sebab-sebab alami.

Lebih dari 100 petugas polisi terluka.

Empat petugas lainnya kemudian meninggal karena bunuh diri.

DPR AS memakzulkan Trump setelah kerusuhan, tepatnya sepekan sebelum masa jabatan presidennya habis.

Mereka menuduhnya menghasut pemberontakan, tetapi dia dibebaskan di Senat.

(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved