Minggu, 5 Oktober 2025

Laporan PBB Sebut Israel Dambakan Kontrol Penuh atas Tanah Palestina

Laporan yang dirilis Selasa (7/6/2022) juga mendesak agar tindakan tambahan diambil untuk memastikan pemerataan hak asasi manusia bagi warga Palestina

Editor: Miftah
FRONT PAGE MAG
Bendera Israel. Laporan yang dirilis Selasa (7/6/2022) juga mendesak agar tindakan tambahan diambil untuk memastikan pemerataan hak asasi manusia bagi warga Palestina. 

Mandat penyelidikan termasuk penyelidikan dugaan pelanggaran hak asasi manusia sebelum dan sesudah serangan Israel terhadap Gaza, dan berusaha untuk juga menyelidiki "akar penyebab" konflik.

Hamas menyambut baik laporan itu dan mendesak penuntutan para pemimpin Israel atas apa yang dikatakannya sebagai "kejahatan" terhadap rakyat Palestina.

Otoritas Palestina juga memuji laporan tersebut dan menyerukan pertanggungjawaban “dengan cara yang mengakhiri impunitas Israel”.

Baca juga: Pendiri Tentara Merah Jepang Shigenobu Dibebaskan dari Penjara, Disambut Gerakan Pemuda Palestina

Baca juga: Otoritas Palestina: Israel Sengaja Bunuh Jurnalis Al Jazeera Shireen Abu Akleh

(Kiri-Kanan) Menteri Luar Negeri Israel Yair Lapid, Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken  dan Menteri Luar Negeri Uni Emirat Arab Sheikh Abdullah bin Zayed al-Nahyan menghadiri konferensi pers bersama di Departemen Luar Negeri di Washington, pada Rabu (13/10/2021).
(Kiri-Kanan) Menteri Luar Negeri Israel Yair Lapid, Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken dan Menteri Luar Negeri Uni Emirat Arab Sheikh Abdullah bin Zayed al-Nahyan menghadiri konferensi pers bersama di Departemen Luar Negeri di Washington, pada Rabu (13/10/2021). (AFP)

Tanggapan Kemenlu Israel

Kementerian Luar Negeri Israel menyebut laporan itu "buang-buang uang dan usaha" yang sama dengan perburuan penyihir.

Israel memboikot penyelidikan, menuduhnya bias dan melarang penyelidiknya masuk ke Israel dan wilayah Palestina, memimpin penyelidik untuk mengumpulkan kesaksian dari Jenewa dan Yordania.

Laporan itu akan dibahas di Dewan Hak Asasi Manusia PBB yang berbasis di Jenewa minggu depan.

Amerika Serikat keluar dari Dewan pada tahun 2018 atas apa yang digambarkannya sebagai “bias kronis” terhadap Israel dan baru bergabung kembali sepenuhnya tahun ini.

Komisi tersebut, dipimpin oleh mantan kepala hak asasi manusia PBB Navi Pillay, dan merupakan yang pertama memiliki mandat “berkelanjutan” dari badan hak asasi manusia PBB.

Para pendukung mengatakan komisi itu diperlukan untuk mengawasi ketidakadilan yang terus-menerus dihadapi oleh orang-orang Palestina di bawah pendudukan Israel selama beberapa dekade.

(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved