Konflik Rusia Vs Ukraina
Sederet Taktik Amerika demi Melihat Kekalahan Tentara Rusia di Perang Ukraina, Apa Saja?
Austin mengatakan Ukraina masih bisa memenangkan perang jika diberikan dukungan yang tepat.
TRIBUNNEWS.COM, KIEV - Amerika Serikat berharap Rusia kalah dalam perang di Ukraina.
Pernyataan ini disampaikan Menteri Pertahanan Amerika Serikat (AS) Lloyd Austin setelah bertemu dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky di Kyiv.
Pertemuan itu juga melibatkan Menteri Luar Negeri Antony Blinken.
Kunjungan tersebut menandai perjalanan tingkat tertinggi ke Ukraina oleh pejabat AS sejak invasi dimulai lebih dari dua bulan lalu.
Austin mengatakan Ukraina masih bisa memenangkan perang jika diberikan dukungan yang tepat.
Baca juga: Rusia Tolak Tawaran Bernegosiasi dengan Ukraina di Mariupol: Mereka Ingin Pentaskan Adegan Memilukan
Satu di antara strateginya adalah dengan menggelontorkan puluhan triliun untuk mendanai Ukraina dan memberikan beragam amunisi senjata.
Selain itu, AS juga akan lebih banyak memberikan sanksi ekonomi terhadap Rusia.
Berbagai pejabat pun mengomentari strategi baru AS, termasuk seorang juru bicara Dewan Keamanan Nasional yang identitasnya disembunyikan.
Menurutnya, pernyataan Austin sejalan dengan apa yang menjadi tujuan AS dalam beberapa bulan terakhir.
"Kami ingin Ukraina menang. Salah satu tujuan kami adalah membatasi kemampuan Rusia untuk melakukan hal seperti ini lagi, seperti yang dikatakan Sekretaris Austin."
"Itulah mengapa kami mempersenjatai Ukraina dengan senjata dan peralatan untuk mempertahankan diri dari serangan Rusia, dan itulah mengapa kami menggunakan sanksi dan ekspor."
"Kontrol yang secara langsung ditargetkan pada industri pertahanan Rusia untuk melemahkan kekuatan ekonomi dan militer Rusia bertujuan untuk mengancam dan menyerang tetangganya," katanya kepada CNN, Selasa (26/4/2022).
Strategi Sudah Berjalan Selama Beberapa Minggu Terakhir
Selain itu, komentar juga datang dari seorang Diplomat Inggris.
Ia menyebut pergeseran dalam strategi ini sudah terjadi selama beberapa minggu terakhir.
"Pergeseran dalam strategi telah terjadi selama beberapa minggu terakhir, dibuktikan dengan toleransi yang meningkat terhadap peningkatan risiko dengan dikirimnya persenjataan barat yang lebih kompleks."
"Dan merupakan cerminan dari keyakinan bahwa tujuan Putin di Ukraina tidak akan berakhir jika dia berhasil untuk merebut sebagian Ukraina, seperti yang tidak mereka lakukan setelah pencaplokan Krimea pada 2014," kata seorang diplomat Inggris.
Bahkan, saat ini, AS dan sekutunya memiliki kesadaran tinggi mengenai dampak perang dalam hal kemanusiaan.
Seperti pada dugaan pembantaian warga sipil oleh Rusia di Kota Bucha.
"Rusia perlu sangat dirugikan secara ekonomi dan di medan perang sehingga agresinya dihentikan untuk selamanya," kata seorang pejabat AS dan Barat mengatakan kepada CNN.
Ingin Cegah Putin Beli Banyak Senjata

Baca juga: Putin Terlihat Menggigit Bibir Bawahnya saat Menyadari Invasi Rusia ke Ukraina Terus Goyah
Di sisi lain, banyaknya sanksi ekonomi terhadap Rusia juga dimaksudkan untuk tujuan lain.
Yakni, ingin mencegah Presiden Rusia Vladimir Putin membeli lebih banyak amunisi senjata untuk mengalahkan Ukraina.
Hal ini disampaikan oleh seorang juru bicara Departemen Luar Negeri AS.
Ia mengatakan, sanksi yang telah diberlakukan AS dan sekutunya adalah akibat perang agresi Putin di Ukraina.
"Sanksi itu dimaksudkan untuk mencegah Putin membeli lebih banyak amunisi, senjata, rudal."
"Jadi untuk menghentikannya mendanai mesin perangnya, untuk menghentikan pembunuhan."
"(Sanksi) juga dimaksudkan untuk menghukum mereka yang secara aktif mendukung perang brutal Putin yang tidak beralasan. Ini bukan tentang merugikan rakyat Rusia," tegasnya.
Temuan Peluru “Anak Panah” Balikkan Fakta-fakta Pembantaian Bucha Ukraina
Sementara, media Inggris The Guardian mempublikasikan hasil penyelidikan forensik apa yang selama ini disebut “Bucha Massacre” di Ukraina.
Ukraina dan pihak barat gencar menuduh Rusia melakukan pembantaian dan bahkan menggunakan istilah genosida di Bucha.
Tuduhan datang setelah pasukan Rusia meninggalkan Bucha, pascanegosiasi di Istanbul, Turki.
Teks dan foto serta video yang ditampilkan Kiev serta media barat, menyodorkan “horor” di Bucha, kota kecil tak jauh dari Kiev.
Menurut The Guardian, dokter forensik menemukan benda yang disebut fléchettes, sejenis anak panah kecil terbuat dari logam tajam.
Benda kecil itu dimasukkan ke peluru artileri. Senjata pembuuh ini jarang digunakan dalam perang modern.

Menurut Guardian, flechette itu ditemukan di tubuh korban yang dimakamkan di kuburan massal Bucha.
Uniknya fakta ini membalikkan sejumlah fakta, yang justru memperkuat bukan Rusia yang melepaskan tembakan artileri khusus berisi alat pembunuh massal itu.
Artileri berpeluru flechette dikuasai baik Rusia maupun militer Ukraina.
Melihat posisi pasukan Rusia yang ada di Bucha, menjadi tidak masuk akal Rusia menembakkan artileri ke wilayah yang waktu itu masih dikuasai pasukannya.
Situs politik dan militer Southfront.org, Selasa (26/4/2022) menulis, indikasi kuat dari fakta ini menunjukkan militer Ukraina atau kelompok nasionalisnya yang justru menembaki warga sipil Bucha.
Brian Berletic, analis di kanal You Tube The New Atlas menyajikan ulasan serupa, justru berdasar fakta yang dibeberkan The Guardian.
Jurnalis independent Kanada, Eva K Bartlett juga sependapat dan menyimpulkan pelaku penembakan artileri berisi flechette adalah pihak Ukraina.
Eva Bartlett mengutip laporan kantor berita AFP pada 2014 yang menemukan jejak penggunaan munisi sama di wilayah Lugansk oleh militer Ukraina.