Minggu, 5 Oktober 2025

Konflik Rusia Vs Ukraina

Rusia Ultimatum Tentara Ukraina di Mariupol untuk Menyerah Jika Masih Ingin Hidup

Seperti diketahui, Rusia melancarkan serangan skala penuh untuk menguasai Ukraina timur pada Senin (18/4/2022).

Editor: Hasanudin Aco
AFP/ALEXANDER NEMENOV
Seorang tentara Rusia berpatroli di jalan Mariupol pada 12 April 2022, saat pasukan Rusia mengintensifkan kampanye untuk merebut kota pelabuhan yang strategis, bagian dari serangan besar-besaran yang diantisipasi di Ukraina timur, sementara Presiden Rusia mengajukan kasus menantang untuk perang di Rusia. (Photo by Alexander NEMENOV / AFP) 

TRIBUNNEWS.COM, MOSKWA - Rusia pada Selasa (19/4/2022), mendesak pasukan Ukraina dan pejuang asing yang bersembunyi di pabrik metalurgi Azovstal di Kota Mariupol, Ukraina timur, untuk meletakkan senjata jika masih ingin hidup.

Rusia memberi batas waktu hingga Selasa tengah hari waktu Moskwa.

Mariupol yang telah dikepung oleh pasukan Rusia selama berminggu-minggu telah menyaksikan pertempuran paling sengit dan kehancuran paling komprehensif sejak Rusia mengirim pasukan ke Ukraina pada 24 Februari.

Pihak berwenang Ukraina mengatakan pada Senin (18/4/2022), bahwa tidak kurang dari 1.000 warga sipil tengah bersembunyi di tempat perlindungan bawah tanah di bawah pabrik Azovstal yang luas.

Baca juga: Cerita WNI di Ukraina yang Tetap Menjalankan Ibadah Puasa di Tengah Perang

Mereka menyampaikan bahwa Rusia telah menjatuhkan bom berat ke pabrik yang dikuasai Ukraina di kota yang terkepung itu.

Kementerian Pertahanan Rusia pada Selasa mengeluarkan pernyataan yang menyerukan pasukan Ukraina dan pejuang asing di dalam pabrik untuk menyerah.

"Semua yang meletakkan senjata dijamin akan tetap hidup," kata Kementerian Pertahanan Rusia, dilansir dari Reuters.

Kementerian meminta pasukan Ukraina untuk mundur dari pabrik baja antara pukul 14.00 dan 16.00 waktu Moskwa (18.00 WIB dan 20.00 WIB) tanpa kecuali, tanpa senjata, dan tanpa amunisi.

Peringatan Kementerian Pertahanan Rusia ini diketahui datang setelah Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky pada Senin malam mengumumkan dimulainya serangan baru oleh Moskwa, yang difokuskan di timur negara bekas Soviet itu.

"Kami sekali lagi meminta pihak berwenang Kyiv untuk menunjukkan alasan dan memberikan perintah yang sesuai kepada para pejuang untuk menghentikan perlawanan mereka yang tidak masuk akal," kata Kementerian Pertahanan Rusia dalam sebuah pernyataan, dikutip dari AFP.

"Tapi, memahami bahwa mereka tidak akan mendapatkan instruksi dan perintah seperti itu dari otoritas Kyiv, kami meminta (para pejuang) untuk secara sukarela mengambil keputusan ini dan meletakkan senjata mereka," tambah Kementerian Pertahanan Rusia.

Pernyataan itu tidak menyebutkan secara langsung serangan darat baru di Ukraina timur.

Tetapi, memperingatkan bahwa Moskwa memiliki bukti real-time tentang kejahatan baru yang mengerikan yang sedang dipersiapkan oleh rezim Kyiv.

Kementerian Pertahanan Rusia menambahkan bahwa pejuang Ukraina yang melawan pasukan Rusia yang maju di pelabuhan Mariupol Laut Azov berada dalam "situasi bencana".

"Angkatan bersenjata Rusia sekali lagi menawarkan batalyon nasionalis dan tentara bayaran asing kesempatan untuk menghentikan semua aktivitas militer dan meletakkan senjata, mulai siang hari," ungkap Kementerian Perhatanan Rusia.

Serangan Besar-besaran Rusia

Seperti diketahui, Rusia melancarkan serangan skala penuh untuk menguasai Ukraina timur pada Senin (18/4/2022).

Mereka menyerang di sepanjang wilayah sekitar 480 kilometer.

Pejabat Ukraina menyebut serangan ini menandai fase perang baru dan berpotensi merupakan klimaks dari serangan Rusia.

“Pasukan Rusia telah memulai pertempuran untuk Donbas,” kata Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy mengumumkan dalam sebuah pidato video.

Zelenskyy juga mengatakan bahwa sebagian besar dari seluruh tentara Rusia sekarang terkonsentrasi pada serangan ini.

Donbas adalah jantung industri Ukraina yang sebagian besar masyarakatnya menggunakan bahasa Rusia.

Di wilayah ini, terdapat pasukan separatis yang didukung Moskow.

Mereka telah memerangi pasukan Ukraina selama delapan tahun terakhir dan telah mendeklarasikan dua negara independen yang telah diakui oleh Rusia.

Dalam beberapa pekan terakhir, Kremlin menyatakan penangkapan Donbas sebagai tujuan utama perang, setelah upaya mereka untuk merebut Kiev telah gagal.

Setelah menarik diri dari ibu kota Ukraina, Rusia mulai berkumpul kembali dan memperkuat pasukan daratnya di timur untuk serangan habis-habisan.

“Tidak peduli berapa banyak pasukan Rusia yang dikerahkan ke sana, kami akan bertarung,” kata Zelenskyy bersumpah.

"Kami akan membela diri. Kami akan melakukannya setiap hari," ujarnya seperti dikutip dari The Associated Press.

Staf umum militer Ukraina mengatakan pasukan Rusia meningkatkan serangan di wilayah Luhansk dan Donetsk, yang keduanya merupakan bagian dari Donbas. Selain itu mereka juga menyerang wilayah Zaporizhzhia.

"Pagi ini, hampir di seluruh garis depan wilayah Donetsk, Luhansk dan Kharkiv, para penjajah berusaha menerobos pertahanan kami," ujar Sekretaris Dewan Keamanan Nasional Ukraina Oleksiy Danilov.

Administrator militer regional Luhansk Serhiy Haidai mengatakan tembakan artileri berat membakar tujuh bangunan tempat tinggal dan menargetkan kompleks olahraga tempat tim Olimpiade negara itu berlatih.

Haidai kemudian mengatakan kepada televisi Ukraina bahwa Rusia mengambil alih kota itu setelah meratakan semuanya dengan tanah, sehingga pasukannya mundur untuk berkumpul kembali dan terus berjuang.

Pada Senin malam, Rusia juga membombardir kota Lviv yang berada di barat. Serangan ini sepertinya merupakan upaya intensif untuk menghancurkan pertahanan negara itu.

Sedikitnya tujuh orang dilaporkan tewas dalam serangan rudal di Lviv, yang merupakan sebuah kota yang dekat dengan perbatasan Polandia. Kota ini menjadi surga bagi warga sipil yang melarikan diri dari pertempuran di tempat lain, sehingga banyak terdapat perempuan dan anak-anak. Gubernur Lviv Maksym Kozytskyy menyatakan seorang anak menjadi salah satu korban luka. 

Serangan di Lviv menghantam tiga fasilitas infrastruktur militer dan sebuah toko mobil. Sebuah hotel di Lviv yang melindungi warga Ukraina yang melarikan diri dari pertempuran di kota-kota lain juga rusak parah. 

“Mimpi buruk perang telah mengejar kami bahkan di Lviv,” kata Lyudmila Turchak, yang melarikan diri dengan dua anaknya dari kota Kharkiv ke Lviv. “Tidak ada lagi tempat di Ukraina di mana kita bisa merasa aman,” katanya.

Sementara itu, serangan Rusia pun terjadi di kota pelabuhan Mariupol yang sudah terkepung. Komandan Resimen Azov dari Garda Nasional Ukraina Denys Prokopenko mengatakan bahwa Rusia mulai menjatuhkan bom penghancur bunker pada pabrik baja Azovstal, tempat resimen itu bersembunyi.

Pabrik yang luas itu berisi terowongan terowongan tempat para pejuang dan warga sipil berlindung. Tempat ini diyakini sebagai kantong perlawanan besar terakhir di kota yang telah hancur itu.

Sumber: Reuters/The Associated Press/Kompas.com/ AFP

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved