Konflik Rusia Vs Ukraina
PROFIL Roman Abramovich, Pemilik Chelsea FC yang Diduga Diracun, Disanksi Setelah Invasi Rusia
Roman Abramovich, Oligark Rusia, disebut telah diracun dengan senjata kimia, hal tersebut terjadi setelah pertemuan negosiasi di Kiev.
Para ahli menyebut insiden tersebut sulit untuk diselidiki, untuk menentukan apakah gejala tersebut disebabkan oleh senjata kimia atau biologis, atau oleh semacam serangan radiasi elektromagnetik.
Menanggapi hal tersebut, Pejabat Ukraina, Negosiator Mykhailo Podolyak mengatakan ada banyak spekulasi, berbagai teori konspirasi.
Rustem Umerov, seorang anggota lain dari tim perunding, mendesak orang-orang untuk tidak mempercayai informasi yang belum diverifikasi.
Baca juga: Ukraina Sebut 5.000 Warga Sipil Tewas di Kota Mariupol Selama Invasi Rusia
Di sisi lain, seorang pejabat AS mengatakan, Abramovich dan negosiator perdamaian Ukraina bukan keracunan, melainkan disebabkan oleh faktor lingkungan.
"Intelijen menyebut kemungkinan hal tersebut adalah lingkungan," ujarnya.
Sementara itu, dikutip Tribunnews dari Al Jazeera, penyelidikan soal dugaan keracunan Abramovich diselenggarakan oleh Christo Grozev, seorang penyelidik di Bellingcat, sebuah outlet media investigasi.
Bellingcat sendiri pernah melakukan penyelidikan dan menyimpulkan bahwa Rusia telah meracuni politisi oposisi Rusia Alexey Navalny dengan racun saraf pada tahun 2020.

Baca juga: Roman Abramovich Alami Keracunan saat Ikut Perundingan Damai Rusia dan Ukraina
Di akun Twitter resminya, Bellingcat mengkonfirmasi bahwa tiga anggota delegasi yang menghadiri pembicaraan mengalami gejala yang konsisten lantaran diracun dengan senjata kimia, salah satunya adalah Abramovich.
Itu juga menegaskan bahwa gejalanya termasuk peradangan mata dan kulit dan rasa sakit yang menusuk di mata.
“Berdasarkan pemeriksaan jarak jauh dan di tempat, para ahli menyimpulkan bahwa gejalanya kemungkinan besar akibat keracunan dengan senjata kimia yang belum ditentukan, langkah itu kemungkinan besar dimaksudkan untuk menakut-nakuti para korban, dan menyebabkan kerusakan permanen”.
Bellingcat mengatakan bahwa mereka bermaksud untuk mempublikasikan penyelidikan atas dugaan keracunan, tanpa memberikan rincian lebih lanjut.
(Tribunnews.com/Garudea Prabawati)