Konflik Rusia Vs Ukraina
PROFIL Roman Abramovich, Pemilik Chelsea FC yang Diduga Diracun, Disanksi Setelah Invasi Rusia
Roman Abramovich, Oligark Rusia, disebut telah diracun dengan senjata kimia, hal tersebut terjadi setelah pertemuan negosiasi di Kiev.
Tampak pada peningkatan besar-besaran dalam kekayaan Chelsea dan Liga Premier secara keseluruhan.
Menurut Forbes pada 2019, kekayaan bersih Abramovich adalah sekitar $12,9 miliar, menjadikannya orang terkaya ke-11 di Rusia.
Baca juga: Rusia Kumpulkan Lebih Banyak Pasukan & Peralatan Militer di Wilayah Kursk Dekat Perbatasan Ukraina
Roman Abramovich pertama kali mengambil kepemilikan Chelsea FC pada Juni 2003.
Melalui 100 persen kepemilikan saham di perusahaan induk Fordstam Limited yang berbasis di Inggris, Abramovich membeli klub dari Ken Bates, yang kemudian membeli Leeds United.
Sejak diambil alih, Chelsea telah memenangkan 18 trofi, termasuk dua gelar Liga Champions, lima gelar Liga Inggris, dan yang terbaru Piala Dunia Antarklub 2022.
Diduga Diracun
Roman Abramovich, Oligark Rusia, disebut telah diracun dengan senjata kimia.
Hal tersebut terjadi setelah pertemuan negosiasi di Kiev, 3 Maret 2022.
Seperti diketahui, Roman Abramovich telah menjadi mediator-negosiator perdamaian antara Rusia dan Ukraina.
Pemilik Chelsea FC itu pun telah bolak-balik antara Moskow, Belarus, dan tempat-tempat negosiasi lainnya sejak Rusia menginvasi Ukraina.
Selain Roman Abramovich, dua negosiator Ukraina juga menunjukkan gejala keracunan, menurut laporan Wall Street Journal (WSJ).
Disebutkan, Oligark Rusia tersebut dan negosiator perdamaian Ukraina menderita beberapa gejala.
Gejala tersebut mencakup mata merah, robekan yang terus-menerus dan menyakitkan, dan kulit mengelupas di wajah dan tangan mereka, kata sumber.
Baca juga: Pasukan Rusia Coba Capai Perbatasan Administratif Wilayah Donetsk dan Lugansk
Dilaporkan, kini Abramovich dan negosiator Ukraina, termasuk anggota parlemen Tatar Krimea Rustem Umerov, telah membaik dan terselamatkan nyawa mereka.
Sumber tersebut pun menyalahkan Moskow atas serangan yang dicurigai tersebut, di mana mereka ingin menyabotase pembicaraan untuk mengakhiri perang.
