Sabtu, 4 Oktober 2025
Deutsche Welle

Mengapa Banyak Negara Afrika Mencetak Uang di Eropa?

Setidaknya 40 negara Afrika mencetak uang mereka di Inggris, Prancis, dan Jerman beberapa dekade setelah kemerdekaan. Berikut laporan…

Pada Juli lalu, delegasi dari Gambia mengunjungi Bank Sentral Nigeria untuk menanyakan apakah mata uang dalasi Gambia dapat dipesan dari negara tetangganya di Afrika Barat.

Gubernur Bank Sentral Gambia, Buah Saidy, mengatakan negaranya kehabisan mata uang nasional. Negara kecil di Afrika Barat itu harus mendesain ulang mata uangnya setelah kekalahan mantan Presiden Yahya Jammeh, yang memerintah Gambia dari tahun 1994 hingga dia dipaksa ke pengasingan setelah menolak menerima kekalahan dalam pemilu 2016.

Jammeh, yang dituduh melakukan pelanggaran hak asasi manusia dan pembunuhan lawan politik selama 22 tahun masa pemerintahannya, memiliki gambar dirinya di uang kertas negara. Setelah penggulingannya, Bank Sentral Gambia mulai menghancurkan gambar-gambar itu.

Sekarang, dalasi memiliki gambar seorang nelayan yang mendorong sampannya ke laut, seorang petani yang merawat sawahnya, dan cipratan burung-burung asli yang berwarna-warni.

Mengalihdayakan pencetakan uang tunai

Namun, satu masalah tetap ada: Gambia tidak mencetak mata uangnya sendiri. Mereka memesannya dari perusahaan-perusahaan Inggris, yang mengakibatkan kekurangan uang tunai.

Gambia tidak sendirian dalam mencetak uangnya di negara lain. Lebih dari dua pertiga 54 negara Afrika mencetak uang mereka di luar negeri, kebanyakan di Eropa dan Amerika Utara. Hal itu terjadi saat Uni Afrika sedang mencoba untuk mengantarkan era emas buatannya yang seharusnya membuat Afrika meningkatkan produksi dan menikmati keuntungan yang lebih besar.

Perusahaan teratas yang bermitra dengan bank sentral Afrika diantaranya adalah raksasa percetakan uang kertas Inggris De La Rue, Crane, yang berbasis di Swedia, dan Giesecke+Devrient, Jerman.

Apakah itu benar-benar masalah?

Mungkin mengejutkan bahwa hampir semua negara Afrika mengimpor mata uang mereka. Praktik tersebut bahkan dapat menimbulkan pertanyaan tentang kebanggaan nasional dan keamanan nasional.

Sebagian besar negara bungkam tentang proses pencetakan mata uang mereka, kemungkinan karena alasan keamanan. Perusahaan percetakan bahkan kurang transparan. Tak satupun dari perusahaan yang dihubungi DW menanggapi permintaan daftar negara-negara Afrika yang mencetak uangnya pada mereka.

Menghitung biaya

Etiopia, Libya dan Angola — bersama dengan 14 negara lainnya — memesan dari De La Rue, tulis Ilyes Zouari, yang mempelajari negara-negara Afrika.

Enam atau tujuh negara lain termasuk Sudan Selatan, Tanzania, dan Mauritania diketahui mencetak uang mereka di Jerman, sementara sebagian besar negara Afrika yang berbahasa Prancis dilaporkan mencetak uang mereka di Bank Sentral Prancis dan dengan perusahaan percetakan Prancis, Oberthur Fiduciaire.

Tidak jelas berapa biaya untuk mencetak mata uang Afrika seperti dalasi, meskipun dolar AS berharga antara 6 dan 14 sen. Namun, kemungkinan biaya pencetakan untuk lebih dari 40 mata uang Afrika cukup signifikan.

Pada tahun 2018, seorang pejabat bank sentral di Ghana mengeluh kepada wartawan lokal bahwa negara tersebut menghabiskan banyak uang untuk pesanan cedi Ghana di Inggris. Dan karena negara biasanya memesan jutaan uang kertas untuk diangkut dalam kontainer, mereka harus membayar biaya pengiriman yang besar. Dalam kasus Gambia, para pejabat mengatakan biaya pengiriman mencapai tagihan sebesar £70.000 (Rp1,3 miliar).

Permintaan yang tinggi

Meski terdengar aneh, para analis mengatakan bahwa negara-negara Afrika yang mencetak banyak mata uang mereka di luar negeri bukanlah hal yang aneh.

Halaman
12
Sumber: Deutsche Welle
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved