Minggu, 5 Oktober 2025

Konflik Rusia Vs Ukraina

Ukraina Pakai Teknologi Pengenal Wajah kepada Tentara Rusia yang Tewas dalam Perang, Ini Tujuannya

Untuk mengidentifikasi  jasad tentara Rusia yang tewas dalam pertempuran maka Ukraina menggunakan teknologi pengenal wajah.

Editor: Hasanudin Aco
Sergei SUPINSKY / AFP
Polisi Ukraina membawa mayat dari sebuah bangunan perumahan lima lantai yang sebagian runtuh setelah penembakan di Kyiv pada 18 Maret 2022, ketika tentara Rusia mencoba mengepung ibukota Ukraina. 

TRIBUNNEWS.COM, UKRAINA - Untuk mengidentifikasi  jasad tentara Rusia yang tewas dalam pertempuran maka Ukraina menggunakan teknologi pengenal wajah.

Teknologi itu dipakai dimaksudkan untuk memperlihatkan kepada rakyat Rusia apa yang diyakini sebagai kebohongan dari Presiden Rusia Vladimir Putin tentang apa yang terjadi kepada pasukan Rusia di Ukraina.

Penggunaan teknologi itu akan mencocokkan miliaran basis data dengan foto di media sosial.

Setelah itu akan mengidentifikasi keluarga dan teman-teman dari tentara Rusia yang tewas itu.

Selanjutnya memperlihatkan kepada mereka apa yang sebenarnya terjadi pada korban perang Putin dan pertahanan Ukraina.

Baca juga: Dapat Diskon dari Putin, India Beli 5 Juta Barel Minyak Mentah Rusia

Dikutip dari Forbes, strategi ini dilakukan untuk menginformasikan kepada rakyat Rusia, yang akses informasi dan media yang tak dikontrol negara telah dibatasi.

Dengan begitu, mereka akan tahu kematian yang timbul dari penyerangan Rusia, serta sebagai usaha untuk menekan Putin.

Wakil Menteri dan Kepala Kementerian Transformasi Digital Ukraina, Mykhailo Fedorov, pada Rabu (23/3/2022), mengonfirmasikan melalui profil Telegram-nya bahwa teknologi itu tengah digunakan.

Hal itu dilakukan hanya beberapa pekan setelah Clearview AI, provider dari teknologi pengenalan wajah berbasis di New York, Amerika Serikat (AS), menawarkan layanan kepada Ukraina untuk tujuan yang sama.

Fedorov tak mengatakan produk kecerdasan buatan yang digunakan, tetapi departemen kementeriannya mengonfirmasikan bahwa Clearview AI yang menyiapkan perangkat lunak itu secara gratis.

Penggunaan perangkat ini sendiri berbeda dengan tipe yang digunakan di AS, yang biasanya dipakai untuk mengenali tersangka kejahatan.

Bagi Ukraina sendiri dibutuhkan untuk mengidentifikasi tentara Rusia yang tewas, karena ada banyak perdebatan mengenai jumlah personel militer yang tewas.

Korban Tentara Rusia

"Sekitar 40.000 tentara Rusia berjatuhan dalam sebulan pertempuran di Ukraina," ujar seorang perwira senior militer NATO.

Dilansir Independent, perkiraan jumlah tersebut termasuk personel militer Rusia yang diperkirakan terluka atau terbunuh serta mereka yang hilang atau ditawan sejak Vladimir Putin menginvasi Ukraina pada 24 Februari.

Berbicara dari Brussel, pejabat NATO yang tidak disebutkan namanya itu mengatakan angka itu didasarkan pada informasi yang diberikan oleh Kyiv, petunjuk yang diberikan oleh Rusia dan data yang diperoleh melalui intelijen sumber terbuka.

Jumlah korban diperkirakan dihitung dengan asumsi ada sekitar tiga tentara yang terluka untuk setiap tentara yang tewas, tambah mereka.

Ini artinya jumlah tentara yang tewas sekitar 15.600, angka kematian Rusia menurut perhitungan Ukraina.

Jika perhitungan Kyiv akurat, maka jumlah tentara Rusia yang tewas saat ini lebih banyakdaripada jumlah tentara Rusia yang tewas selama perang Soviet-Afghanistan dalam satu dekade.

Pada 2 Maret, Moskow mengatakan 498 tentaranya tewas dalam perang.

Awal pekan ini, surat kabar pro-Kremlin Komsomolskaya Pravda menerbitkan sebuah artikel online yang mengungkapkan hampir 10.000 tentara tewas dalam perang dengan lebih dari 16.000 terluka.

Namun artikel itu dihapus tak lama kemudian.

Sejumlah besar pejabat tinggi Rusia juga diduga tewas selama konflik.

Seorang penasihat presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan pada hari Minggu (20/3/2022) bahwa 6 jenderal Rusia dan puluhan kolonel telah kehilangan nyawa mereka.

"Bagi saya yang penting adalah laporan korban besar di kolonel dan di atasnya, tulang punggung tentara Rusia, bukan hanya jenderal," kata seorang diplomat senior di Moskow kepada Reuters.

Sementara itu, Konrad Muzyka, seorang analis pertahanan, mengatakan akan menjadi "masalah besar" jika bahkan dua jenderal terbunuh.

"Kami tidak hanya berbicara tentang jenderal, kami juga berbicara tentang kolonel yang tentu saja juga sangat tinggi dalam organisasi," tambahnya.

Sementara perang di Ukraina akan memasuki minggu kelima, Ukraina telah mendesak negara-negara barat untuk memasok negaranya dengan lebih banyak senjata.

Swedia telah setuju untuk mengirim 5.000 rudal anti-tank lagi ke Kyiv.

Sementara itu Perdana Menteri Inggris Boris Johnson telah berjanji untuk mendesak sekutunya untuk secara substansial meningkatkan kontribusi peralatan militer mereka.

Dikatakan sekitar 9 juta orang kini harus meninggalkan rumah mereka untuk menghindari konflik.

Lebih dari 3,5 juta dari total ini sekarang telah melintasi perbatasan ke negara-negara tetangga, menurut PBB.

Sumber: Forbes/Independent/Kompas.TV/Tribun Solo

Sumber: Kompas TV
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved