Konflik Rusia Vs Ukraina
Mengapa Putin Dukung Sukarelawan Asing untuk Rusia? Ahli Sebut Moskow Kerja Sama dengan Grup Wagner
Mengapa Putin dukung perekrutan sukarelawan asing untuk Rusia? Ahli sebut Moskow kerja sama dengan Grup Wagner. Rusia mungkin incar pejuang Suriah.
TRIBUNNEWS.COM - Presiden Rusia Vladimir Putin memberikan dukungan untuk merekrut pejuang sukarelawan asing yang ingin bergabung dengan pasukannya di Ukraina.
Hal itu ia sampaikan pada 11 Maret 2022, dikutip dari Al Jazeera.
Beriringan dengan itu, Menteri Pertahanan Sergei Shoigu mengatakan 16 ribu tentara siap membantu Rusia dalam pertempuran.
Sementara Putin tidak menyebutkan Timur Tengah, namun pengamat mengatakan Rusia sedang merekrut pejuang keras dari Suriah.
Sebagai informasi, Moskow dan Damaskus memiliki hubungan dekat dan Presiden Suriah Bashar al-Assad dan sangat berutang budi kepada mitranya dari Rusia.
Rusia pernah ikut campur dalam perang saudara di Suriah pada 2014 dan membantu kelangsungan hidup negara itu.
Sementara, informasi tentang perkembangan militer, baik dari sumber Rusia atau Ukraina, tidak dapat diandalkan karena perang informasi meningkat, begitupun ancaman tentara bayaran.
Baca juga: Inggris Umumkan 65 Sanksi Baru Rusia, Targetkan Oligarki, Pembekuan Aset, dan Larangan Perjalanan
Rusia Bekerja Sama dengan Grup Wagner dan Tentara Chechnya

Wyn Rees, seorang Profesor keamanan internasional di Universitas Nottingham menyampaikan hasil pengamatannya pada Al Jazeera.
“Putin mengejar pendekatan dua arah. Di satu sisi, dia melakukan negosiasi, sementara di sisi lain, dia meningkatkan tekanan militer."
"Dilaporkan secara luas bahwa pasukan khusus Rusia dan mantan individu militer telah dimasukkan ke Ukraina untuk mengganggu pertahanan dan menargetkan para pemimpin di Ukraina,” katanya.
Selain mempekerjakan tentara reguler Rusia di Ukraina, pejabat intelijen di Kyiv mengatakan Moskow menggunakan anggota Grup Wagner (perusahaan keamanan swasta yang terkenal) dan pejuang dari Chechnya, yang setia kepada Rusia.
“Wagner sebagian besar adalah mantan militer yang sekarang beroperasi sebagai operator spesialis yang dibayar. Orang-orang seperti itu memiliki keuntungan penyangkalan bagi pemerintah Rusia,” kata Rees.
Penyangkalan itu sangat penting, karena kelompok-kelompok seperti Wagner melanggar hukum Rusia, menurut Jenny Mathers, dosen senior politik internasional di Universitas Aberystwyth.
“Perusahaan militer swasta ilegal di Rusia, Grup Wagner memiliki hubungan dekat dengan (intelijen militer Rusia) dan diperkirakan merekrut dari mantan tentara Rusia."
“Sangat sering, perusahaan militer swasta Rusia berfungsi sebagai penjaga keamanan atau melatih angkatan bersenjata lainnya serta kombatan,” katanya.
Baca juga: NATO akan Tingkatkan Bantuan ke Ukraina untuk Perkuat Pertahanan dari Serangan Rusia
Rusia Pernah Tugaskan Tentara Bayaran di Suriah dan Libya

Rusia dilaporkan menggunakan Grup Wagner ketika memasuki perang Suriah.
“Tentara bayaran umumnya beroperasi di luar batasan perang konvensional dan terutama dimotivasi oleh keuntungan finansial, dan Konvensi Jenewa tidak melindungi mereka,” kata Cristian Nitoiu, dosen diplomasi dan pemerintahan internasional di Loughborough University London.
Menurut Christian, tampaknya tentara bayaran, terutama mereka yang bekerja di bawah bendera perusahaan keamanan swasta seperti Blackwater atau Grup Wagner, akan memiliki pelatihan yang lebih baik dalam perang perkotaan dan gerilya daripada tentara konvensional Rusia.
Selain itu, menggunakan tentara bayaran dapat mengurangi kerusakan bagi Putin, karena berita atau gambar tentara Rusia yang tewas di Ukraina dapat mempengaruhi popularitas rezim Kremlin dan mengikis basis kekuatannya.
Christian mengatakan, perekrutan mengenai pejuang Suriah mungkin juga merupakan langkah eskalasi oleh Rusia, yang dimaksudkan untuk menandakan Moskow bersedia menggandakan diri dan pergi jauh-jauh untuk mengamankan setidaknya kemerdekaan dua republik separatis di wilayah Donbas.
Selain Wagner, ada pejuang Chechnya yang bersekutu dengan kedua belah pihak di Ukraina, kata Mathers.
Menurut pernyataan Rusia, kelompok pro-Rusia sekarang diizinkan untuk menerima dukungan dari sukarelawan asing.
Sementara Putin mengatakan pejuang seperti itu tidak akan menerima pembayaran, namun laporan mengatakan sebaliknya dan mengklaim tentara bayaran akan diberi kompensasi.
Sehingga, perekrutan dari Suriah seharusnya tidak bermasalah, mengingat situasi ekonomi yang sepi di sana setelah 11 tahun perang.
“Tentara Rusia telah menggunakan tentara bayaran dan perusahaan keamanan swasta di Suriah dan Libya di masa lalu, jadi kemungkinan strategi serupa juga akan diterapkan di Ukraina."
"Putin juga telah setuju untuk mengizinkan para pejuang dari Suriah dengan pengalaman tempur perkotaan untuk bergabung dengan pemberontak di wilayah Donbas,” kata Christian.
Baca juga: Profil Sergei Shoigu, Menteri Pertahanan Rusia yang Menghilang, Sekutu Dekat Putin
Rusia Gunakan Cara Serupa dengan Ukraina

Menurut Christian, masuknya orang asing untuk mendukung Ukraina diperkirakan jumlahnya sekitar 40 ribu hingga 100 ribu, dan mungkin telah mendorong Kremlin untuk menerapkan taktik serupa.
“Kehadiran tentara bayaran hanya dapat memperkeruh situasi militer, karena mereka cenderung tidak mematuhi aturan struktur militer konvensional. Baik tentara Ukraina dan Rusia akan mengalami kesulitan mengendalikan gerakan dan tindakan kelompok tentara bayaran,” katanya.
“Kehadiran tentara bayaran yang meluas juga menunjukkan bahwa kedua belah pihak sedang mempersiapkan konflik militer yang panjang dan berlarut-larut, di mana taktik perkotaan dan gerilya akan memainkan peran kunci. Ukraina adalah pecundang di sini, karena tentara bayaran beroperasi dengan impunitas dan mungkin terlibat dalam penghancuran skala besar dengan sedikit pemikiran,” tambah Christian.
Ke depan, tentara bayaran mungkin berdampak pada realitas pasca-perang Ukraina.
Menurut Christian, tentara bayaran dapat menimbulkan bahaya nyata menolak untuk mendemobilisasi dan memeras pemerintah Ukraina setelah konflik antara Kyiv dan Moskow berakhir.
(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)
Berita lain terkait Rusia VS Ukraina