Konflik Rusia Vs Ukraina
Menlu AS Yakin Rusia akan Gagal Taklukkan Ukraina
Rusia juga dituduh menggunakan senjata kimia dalam upaya pembunuhan Sergei Skripal di Salisbury pada 2018, dan Alexei Navalny pada 2020.
TRIBUNNEWS.COM, WASHINGTON - Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Antony Blinken kembali mengungkapkan keyakinannya Rusia akan gagal taklukkan Ukraina.
Ia pun menegaskan Presiden Rusia Vladimir Putin tengah menuju kekalahan strategis.
Blinken mengungkapkan keyakinannya itu dalam konferensi pers bersama Menlu Inggris, Liz Truss, Rabu (9/3/2022).
Pada pertemuan mereka, keduanya berjanji akan terus meningkatkan bantuan keamanan dan kemanusiaan untuk Ukraina.
“Saya sangat yakin Putin akan kalah dan Rusia akan mengalami kekalahan strategis, tak peduli apa keuntungan taktis jangka pendek yang mungkin didapat Ukraina,” ujar Blinken dikutip dari The Guardian.
“Kami bisa memenangkan pertempuran, tapi tak berarti memenangkan perang. Anda bisa merebut sebuah kota, tetapi tidak dapat mengambil hati dan pikiran orang-orangnya, dan rakyat Ukraina menunjukkan hal itu setiap hari,” ujarnya.
Baca juga: 10 Peristiwa Penting Hari Ke-15 Invasi Rusia ke Ukraina: Rumah Sakit Dibom hingga Isu Senjata Kimia
Blinken menegaskan Rusia telah mengalami kegagalan pada target yang diberikan komandannya.
“Mereka tak akan mampu menahan Ukraina. Mereka tak akan mampu menahan Ukraina untuk waktu lama,” katanya.
Blinken memperingatkan meski jika Putin mampu menempatkan rezim boneka di Kiev, Ukraina tak akan pernah setuju.
“Saya pikir sudah cukup jelas bahwa mereka tak akan pernah menerima hal itu.
Baik Blinken dan Truss mengungkapkan bahwa mereka menepis permintaan Ukraina agar ada zona larangan terbang di atasnya,
“Kenyataannya, menerapkan zona larangan terbang akan berujung pada konfrontasi langsung antara NATO dan Rusia, dan bukan itu yang kami cari,” kata Truss.
Sedangkan Blinken mengungkapkan bahwa pihaknya akan terus memberikan sarana bagi Ukraina untuk secara efektif mempertahankan diri dari serangan Rusia.
Khawatir Pakai Senjata Kimia
Amerika Serikat (AS) khawatir Rusia bakal menggunakan senjata Kimia dalam serangannya ke Ukraina.
Hal itu diungkapkan oleh Sekretaris Pers Gedung Putih, Jen Psaki, Rabu (9/3/2022),
Psaki menegaskan AS sangat khawatir eskalasi peperangan akan bertambah, dan adanya kemungkinan besar Rusia menggunakan senjata non-konvensional.
Senjata non-konvesional itu kemungkinan besar mengacu pada senjata kmia, meski istilah ini juga mencakup senjata nuklir taktis (skala kecil), senjata biologis, dan bom.
“Kami semua harus waspada terhadap kemungkinan Rusia menggunakan senjata kimia atau biologi di Ukraina, atau membuat 'operasi bendera palsu' dengan menggunakan senjata tersebut. Ini adalah pola yang jelas,” ujarnya dikutip dari BBC.
Hal yang sama juga diungkapkan salah satu pejabat dari negara Barat.
“Kami memiliki alasan yang bagus untuk khawatir (Rusia menggunakan senjata kimia),” tuturnya.
Menurut mereka hal itu sudah terrlihat dari sejumlah tempat yang sedang bergejolak, di mana Rusia terlibat di dalamnya.
Salah satunya adalah di Suriah, di mana senjata kimia digunakan oleh sekutu dari Rusia.
Sekutu Rusia di Suriah, Pemerintahan Assad menggunakan senjata kimia pada beberapa kesempata ke warga sipil.
Kementerian Pertahanan Inggris dalam cuitannya mengungkapkan Rusia telah menggunakan roket termobarik di Ukraina.
Roket itu dikenal sebagai bom vakum karena mampu menyerap oksigen dari udara di sekitar untuk meningkatkan temperatur tinggi ledakan.
Rusia sendiri sebelumnya mengeluarkan klaim melalui cuitan Kedutaan Besare Rusia di Twitter, adanya komponen senjata biologis dibuat di laboratorium Ukraina, dengan dana dari Departemen Pertahanan AS.
Pihak Barat menegaskan klaim Rusia itu berpotensi mengatur suasana untuk semacam klaim bendera palsu, yang dituduhkan ke AS.
Psaki sendiri membantah tuduhan Rusia tersebut sebagai sesuatu yang tidak masuk akal.
Ia menyebutnya sebagai klaim palsu dan taktik yangt jelas untuk mencoba membenarkan serangan terencana Rusia ke Ukraina.
Pejabat dan media Rusia pada beberapa hari terakhir mengungkapkan Ukraina berniat membangun apa yang disebut, bom kotor, yang menyebarkan bahan radioaktif.
Sementara Kementerian Luar Negeri Rusia mengklaim Ukraina tengah berusaha membuat senjata nuklir.
Beberapa ahli percaya, Rusia mendorong klaim ini untuk menjustifikasi kepada masyarakatnya sendiri mengapa mereka menyerang Ukraina.
Tetapi pejabat Barat mengaku khawatir Rusia akan menggunakannya juga sebagai dasar dari “operasi bendera palsu”.
Bagi Rusia sendiri penggunaan senjata kimia bukan hal yang baru.
Selain di Suriah, Rusia juga dituduh menggunakan senjata kimia dalam upaya pembunuhan Sergei Skripal di Salisbury pada 2018, dan Alexei Navalny pada 2020.
Sumber: Guardian/Reuters/Kompas.TV