Jumat, 3 Oktober 2025

Konflik Rusia Vs Ukraina

Xi Jinping kepada Pemimpin Eropa: China Bersedia Menengahi Konflik Rusia Vs Ukraina

Presiden Xi Jinping mengatakan China bersedia menengahi konflik Rusia dan Ukraina, Selasa (8/3/2022).

id.china-embassy.org
Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden China Xi Jinping 

TRIBUNNEWS.COM - Presiden Xi Jinping mengatakan China bersedia menengahi konflik Rusia dan Ukraina, Selasa (8/3/2022).

Xi juga menegaskan penolakannya terhadap sanksi Barat terhadap Rusia.

Dilansir CNN, terhubung secara virtual dengan Kanselir Jerman, Olaf Scholz dan Presiden Prancis Emmanuel Macron, Xi mengomentari situasi di Ukraina.

Orang nomor satu di China itu menyebut situasi di Ukraina mengkhawatirkan.

Baca juga: Bagaimana Anak Muda Rusia Ubah Pandangan Orang Tua Mereka yang Bela Perang di Ukraina

Baca juga: Presiden Zelensky Akhirnya Tak Lagi Ngotot Gabung NATO, Akui NATO Tidak Siap Menerima Ukraina

Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden China Xi Jinping
Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden China Xi Jinping (id.china-embassy.org)

"China sangat berduka dengan pecahnya perang di benua Eropa," terang pernyataan dari Kementerian Luar Negeri China.

"China akan tetap menjalin komunikasi dan berkoordinasi dengan Prancis, Jerman, dan Uni Eropa (UE), mengingat kebutuhan berbagai pihak yang terlibat, bekerja sama secara aktif dengan masyarakat internasional," imbuh pernyataan itu.

Pernyataan Kemenlu China menegaskan bahwa semua upaya penyelesaian secara damai harus berjalan kondusif.

Menurut Kementerian Luar Negeri China, Scholz dan Macron mengatakan kedua negara siap untuk memperkuat komunikasi dan koordinasi dengan Beijing untuk mempromosikan pembicaraan damai.

Baca juga: 9 Fakta Invasi Rusia ke Ukraina Hari Ke-14: AS Tolak Tawaran Kerahkan Jet Tempur hingga Jumlah Tewas

Baca juga: Soal Invasi Rusia ke Ukraina, Zelensky: Negara Barat juga Bertanggung Jawab atas Jatuhnya Korban

China dan Rusia terikat dengan kepentingan strategis dalam menantang Barat, tetapi invasi ke Ukraina telah menguji persahabatan mereka.

Beijing tidak secara langsung mengutuk serangan Rusia atau menjatuhkan sanksi terhadap Moskow.

Negeri Tiongkok juga tidak terburu-buru untuk membantu Rusia setelah ekonominya terkena sanksi dari seluruh dunia.

Para ahli menyebut pilihan Beijing terbatas.

Baca juga: 144 WNI Berhasil Dipulangkan dari Ukraina, 9 WNI Masih di Chernihiv

Baca juga: Artis NFT Asal Rusia Bakar Paspornya untuk Dukung Ukraina

Presiden AS Joe Biden bertemu dengan Presiden China Xi Jinping selama pertemuan puncak virtual dari Ruang Roosevelt Gedung Putih di Washington, DC, 15 November 2021. (Photo by MANDEL NGAN / AFP)
Presiden AS Joe Biden bertemu dengan Presiden China Xi Jinping selama pertemuan puncak virtual dari Ruang Roosevelt Gedung Putih di Washington, DC, 15 November 2021. (Photo by MANDEL NGAN / AFP) (AFP/MANDEL NGAN)

Analis mengatakan bank dan perusahaan China juga takut akan sanksi sekunder jika mereka berurusan dengan rekan-rekan Rusia.

Beijing secara konsisten menolak untuk menyebut perang di Ukraina sebagai invasi Rusia.

Sementara itu, para pejabat China secara teratur menunjuk ekspansi NATO ke arah timur sebagai akar penyebab konflik - meniru poin pembicaraan penting Rusia.

Xi menekankan perlunya mendukung pembicaraan damai dan mendorong kedua belah pihak untuk "melanjutkan pembicaraan dan membawa hasil damai," menurut pernyataan Selasa (8/3/2022).

Baca juga: Kisah PMI Asal Bali Pulang dari Ukraina: Handayani Bersyukur, Dewi Masih Trauma

Sekali lagi, China meminta pihak-pihak untuk melakukan "pengekangan maksimum" untuk mencegah krisis kemanusiaan besar-besaran.

Pihak berwenang mengatakan siap untuk menyediakan Ukraina dengan pasokan bantuan kemanusiaan lebih lanjut.

Lebih jauh, pekan lalu, Menteri Luar Negeri Ukraina Dmytro Kuleba mengatakan China "siap mencari solusi damai" dalam pembicaraan diplomatik untuk mengakhiri perang.

Xi sekali lagi mengutuk sanksi Barat selama panggilan teleponSelasa (8/3/2022).

Baca juga: AS Khawatir Rusia Rebut Fasilitas Penelitian Biologis Ukraina

Menteri Luar Negeri Ukraina Dmytro Kuleba memberikan konferensi pers setelah pertemuannya dengan Ketua OSCE di Kyiv, pada 10 Februari 2022.
Menteri Luar Negeri Ukraina Dmytro Kuleba memberikan konferensi pers setelah pertemuannya dengan Ketua OSCE di Kyiv, pada 10 Februari 2022. (VALENTYN OGIRENKO / X03345 / AFP)

Dia memperingatkan sanksi akan "mengurangi ekonomi global yang sudah dirusak oleh pandemi."

"Ini bukan untuk kepentingan siapa pun. Kita perlu secara aktif mengadvokasi visi keamanan bersama, komprehensif, kooperatif, dan berkelanjutan," kata Xi, menurut pernyataan itu.

AS: Perang ini tidak baik untuk China

Sementara itu, Al Jazeera melaporkan, Sekretaris Negara untuk Urusan Politik Amerika Serikat, Victoria Nuland, selama sidang Kongres mengatakan keterlibatan AS dengan China, bertujuan untuk membuat Beijing mempengaruhi Moskow agar mengakhiri invasi.

Komentar Nuland juga dimaksudkan untuk panggilan telepon antara Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken dan Menlu China, Wang Yi.

Baca juga: UPDATE Invasi Rusia ke Ukraina: 61 Rumah Sakit Ukraina Rusak, 50 Anak Meninggal

"(Niat kami) untuk menggarisbawahi bahwa perang ini tidak baik untuk China," kata Nuland kepada Legislator AS.

"Kami ingin melihat China menggunakan pengaruhnya kepada Rusia agar mengakhir perang, dan membantu menjalankan koridor kemanusiaan," terang Nuland.

Berita lain terkait dengan Konflik Rusia Vs Ukraina

(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved