Konflik Rusia Vs Ukraina
Hari ke-12 Invasi Rusia ke Ukraina: Pasukan Putin Tingkatkan Serangan, Evakuasi Warga Sipil Gagal
Memasuki hari ke-12 invasi Rusia ke Ukraina, pasukan Vladimir Putin meningkatkan serangan hingga menyebabkan proses evakuasi warga sipil gagal.
TRIBUNNEWS.COM - Invasi Rusia ke Ukraina telah memasuki hari ke-12 pada Senin (7/3/2022).
Minggu (6/3/2022) malam sebelumnya, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengungkapkan kemarahannya usai satu keluarga menjadi korban penembakan pasukan Rusia saat akan mengungsi ke tempat yang lebih aman.
Mengutip The Guardian, ia pun bersumpah akan membalas kekejaman pasukan Rusia tersebut.
Sementara itu, angkatan bersenjata Rusia mengumumkan gencatan senjata mulai Senin pukul 10.00 pagi.
Tak hanya itu, mereka juga membuka koridor kemanusiaan dari Kyiv, Kharkiv, Sumy, dan Mariupol, sebagaimana diberitakan TASS, media Rusia.

Baca juga: Sumpah Presiden Ukraina usai Pasukan Rusia Tembaki Pengungsi: Tak Ada Tempat yang Tenang bagi Anda
Baca juga: Negosiasi Ukraina dan Rusia akan Dimulai di Belovezhskaya Pushcha Senin Sore
Dikutip dari AlJazeera, berikut rangkuman hari ke-12 invasi Rusia ke Ukraina:
Rusia Membuka Koridor Kemanusiaan
Militer Rusia mengumumkan gencatan senjata dan membuka koridor kemanusiaan di sejumlah kota Ukraina, termasuk Kyiv, pada pukul 10.00 pagi, sebagaimana yang dilaporkan kantor berita Interfax.
Koridor kemanusiaan itu, yang juga dibuka di Kharkiv, Mariupol, dan Sumy, sedang dipersiapkan atas permintaan Presiden Prancis Emmanuel Macron.
Pertempuran Sengit
Pasukan Rusia telah meningkatkan serangan mereka terhadap kota-kota bagian tengah, utara, dan selatan Ukraina, kata penasihat presiden Ukraina, Oleksiy Arestovich.
"Gelombang serangan rudal datang seperti masa kegelapan," katanya di televisi Ukraina.
Arestovich menggambarkan situasi "bencana" di pinggiran kota Kyiv, Bucha, Hostimel, dan Irpin, di mana upaya evakuasi warga sipil gagal dilakukan.
Terhambatnya proses evakuasi juga terjadi di Mariupol di selatan dan Volnovakha di timur karena terjadi pengeboman.
Baca juga: Kisah Sepasang Tentara Ukraina Menikah di Tengah Invasi Rusia: Saya Bersyukur Hari Ini Bisa Ada
Baca juga: Australia Sindir Sikap Hening China Terkait Invasi Rusia ke Ukraina
Upaya Diplomatik
Perdana Menteri Israel, Naftali Bennett, mengatakan negaranya akan terus berusaha menengahi Rusia dan Ukraina, bahkan jika tak ada kemungkinan berhasil.
Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, mendesak Presiden Rusia Vladimir Putin untuk mengumumkan gencatan senjata di Ukraina, membuka koridor kemanusiaan dan menandatangani perjanjian damai, kata kantornya.
Lebih Banyak Perusahaan Berhenti Beroperasi di Rusia

Layanan hiburan streaming global Netflix, firma akuntansi terkemuka KPMG dan PWC, serta firma jasa keuangan American Express telah memutuskan hubungan dengan Rusia ketika peperangan terus meningkat.
Pengumuman tersebut mengikuti langkah serupa oleh sejumlah perusahaan Barat lainnya, termasuk Nike, Ikea, Zara, dan Hermes, yang telah menutup toko atau kantor mereka, atau menghentikan operasi karena pembatasan perdagangan dan kendala pasokan telah menambah tekanan politik bagi perusahaan untuk menghentikan bisnis di Rusia.
Sekutu AS dan Eropa Membahas Pelarangan Impor Minyak dari Rusia
Sekutu AS dan Eropa sedang menjajaki pelarangan impor minyak Rusia, kata Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken.
Sementara itu, Gedung Putih berkoordinasi dengan komite-komite kongres utama untuk bergerak maju dengan membuat larangan mereka sendiri.
Eropa bergantung pada Rusia untuk minyak mentah dan gas alam, tetapi saat ini menjadi lebih terbuka terhadap gagasan untuk melarang produk Rusia dalam 24 jam terakhir, sebuah sumber yang mengetahui diskusi tersebut mengatakan kepada kantor berita Reuters.
Secara terpisah, Jepang, yang menganggap Rusia sebagai pemasok minyak mentah terbesar kelima, juga sedang berdiskusi dengan AS dan Uni Eropa tentang kemungkinan pelarangan impor minyak Rusia.
Baca juga: Invasi Rusia ke Ukraina Bisa Memicu Bencana Pangan Global
Baca juga: Cerita PMI dari Bali Mengaku Trauma Mendengar Ledakan Akibat Invasi Rusia ke Ukraina
Lebih dari 1 Juta Orang Ukraina Mengungsi ke Polandia

Masih dari AlJazeera, sekitar 1,067 juta warga Ukraina telah melarikan diri ke Polandia sejak dimulainya invasi Rusia, termasuk 142.300 pengungsi baru pada Minggu, kata penjaga perbatasan Polandia.
"Lalu lintas di perbatasan Polandia-Ukraina meningkat, hari ini pukul 07.00, 42 ribu orang dari Ukraina tiba di Polandia," tulisnya di Twitter.
Seorang pejabat Prancis mengatakan situasi di Mariupol saat ini sedang sulit.
Sangat sedikit pengungsi dari kota strategis di Laut Azov yang berhasil keluar pada Sabtu (5/3/2022).
Tetapi, satu keluarga, yang tak menyebutkan nama mereka, tiba di pusat kota Dnipro dan menceritakan pengalaman mereka.
“Kami tinggal di ruang bawah tanah selama tujuh hari tanpa pemanas, listrik atau internet, dan kehabisan makanan dan air,” kata salah satu dari mereka, masih mengutip The Guardian.
“Di jalan, kami melihat ada mayat di mana-mana, orang Rusia dan Ukraina. Kami melihat orang-orang telah dikubur di ruang bawah tanah mereka.”
Kremlin mengatakan Presiden Rusia Vladimir Putin telah menyalahkan kegagalan gencatan senjata di Mariupol dan negara tetangga Volnovakha pada "nasionalis Ukraina".
Putin “memberi perhatian pada fakta bahwa Kyiv masih belum memenuhi kesepakatan yang dicapai mengenai masalah kemanusiaan akut ini”, kata Kremlin.
Baca juga: Tak Mau Jadi Budak Barat, PM Pakistan Tolak Tekanan untuk Ikut Kecam Rusia
Baca juga: Korea Selatan Perketat Kontrol Ekspor pada Belarusia
“Dan jeda dalam permusuhan sekali lagi hanya digunakan untuk membangun kekuatan dan sarana di posisi mereka.”
Menolak bantahan Moskow, Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken, mengatakan kepada CNN, "Kami telah melihat laporan yang sangat kredibel tentang serangan yang disengaja terhadap warga sipil, yang merupakan kejahatan perang."
(Tribunnews.com/Pravitri Retno W)