Minggu, 5 Oktober 2025

Konflik Rusia Vs Ukraina

Warga Ukraina Takut Dampak yang Ditimbulkan dari Serangan Rudal Rusia Terhadap PLTN Zaporizhzhia

Para pemimpin dunia menyebut serangan di PLTN sebagai hal yang "mengerikan, ceroboh dan tidak dapat diterima."

Editor: Hasanudin Aco
Azer News
PLTN Zaporizhzhia di Ukraina sebelum dibombardir tentara Rusia. Ini merupakan PLTN terbesar di Eropa dengan 6 reaktor nuklir yang mampu menghasilkan energi listrik 40-42 miliar kWh. 

TRIBUNNEWS.COM, UKRAINA - Militer Rusia menyerang Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) Zaporizhzhia di Ukraina.

Beberapa orang meninggal dan terluka dalam kebakaran yang terjadi akibat gempuran Rusia di pembangkit nuklir itu, menurut kementerian luar negeri Ukraina.

Para pemimpin dunia menyebut serangan di PLTN sebagai hal yang "mengerikan, ceroboh dan tidak dapat diterima."

Para pekerja memonitor PLTN Zaporizhzhia untuk memastikan keamanan dan tingkat radiasi dalam level normal.

Bila proses pendinginan bahan bakar nuklir terganggu, bisa terjadi kerusakan radioaktif dalam skala besar.

"Ribuan orang - termasuk warga sipil yang saat ini tiba bisa melakukan evakuasi dari daerah seputar PLTN - akan terdampak," kata pernyataan itu.

Baca juga: Rusia Salahkan Ukraina soal Penyerangan PLTN Zaporizhzhia, Dinilai Ulah Tukang Sabotase

Badan pengawas nuklir PBB mengatakan sejauh ini tingkat radiasi dan keamanan reaktor tidak terganggu.

Namun para pakar nuklir mengatakan serangan itu menyebabkan situasi yang penuh risiko.

Bila reaktor dan gedung reaktor rusak, reaktor bisa menjadi panas dan meleleh. Radiasi PLTB dapat menyebar dan dampak mereka yang terpapar akan sangat parah dan lama, termasuk menyebabkan kanker.

Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky mengatakan serangan Rusia terhadap PLTN Zaporizhzhya dapat menyebabkan kerusakan sama dengan "enam kali Chernobyls."

Seperti yang diungkapkan presiden, kata pernyataan kemenlu, bencana nuklir di sana bisa lebih buruk dibandingkan Chernobyl and Fukushima.

"Rusia secara sadar melakukan serangan bersenjata ke pembangkit nuklir, tindakan yang melanggar semua perjanjian internasional dalam kerangka Badan Tenaga Atom Dunia, IAEA [International Atomic Energy Agency]," kata pernyataan itu.

Ukraina mendesak komunitas internasional untuk membantu pasukan Rusia angkat kaki dari wilayah itu untuk menjamin keamanan.

Seorang warga lokal yang tinggal di Zaporizhzhia mengatakan kepada BBC Radio 4 bahwa dia melihat pasukan militer Rusia menembaki dan melemparkan bom ke arah PLTN itu pada malam hari.

"Saya tahu bahwa salah satu bangunan di sana terbakar, tapi untungnya bangunan itu bukan stasiun nuklirnya, tapi tempat orang-orang yang tinggal di sana. Tentu saja, ini tetap sebuah berita buruk, tapi setidaknya yang terbakar bukan salah satu reaktor nuklir," kata warga yang berprofesi sebagai guru menari ini.

Dia juga berkata, "Ini mengkhawatirkan, bukan hanya bagi wilayah kami, tapi juga untuk Ukraina dan seluruh dunia, karena ini adalah PLTN terbesar di Eropa. Ini sangat gila, ini terorisme, tidak ada kata-kata yang tepat untuk menggambarkannya. Dunia harus berbuat sesuatu."

Pria ini juga mengatakan bahwa dia memiliki keluarga dan teman-teman di Rusia, dan orang kini terbagi menjadi dua kubu - mereka yang telah tercuci otaknya dan percaya Putin sedang mengusahakan perdamaian di Ukraina dan separuh yang lain yang "sangat takut dan sangat malu" atas tindakan Rusia.

Sebelumnya layanan darurat Ukraina melaporkan bahwa pertempuran telah memicu kebakaran di lantai tiga, empat, dan lima di sebuah bangunan di kompleks nuklir itu. Reaktornya tidak terdampak, namun api dikhawatirkan dapat menyebar jika tidak segera dipadamkan.

Jika reaktor sampai terbakar, seorang pakar nuklir mengatakan bahwa itu akan memicu bencana seperti yang terjadi di Chernobyl pada 1986.

Kebakaran di PLTN terbesar di Eropa itu juga telah mengakibatkan harga saham di Asia anjlok.

Dampaknya terutama dirasakan di Tokyo dan Hong Kong, dengan indeks acuan Jepang Nikkei turun 2,5% dan Hang Seng di Hong Kong turun 2,6%.

Harga minyak di Asia naik pada Jumat pagi (04/03), dengan minyak mentah Brent di atas $112 per barel.

Sumber: BBC Indonesia
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved