Invasi Rusia ke Ukraina Bisa Mendorong Cina Invasi Taiwan?
Para pengamat percaya invasi sepihak Rusia ke Ukraina bisa saja membuat Cina berani menyerang Taiwan, yang diklaim Beijing bagian…
"Cina ingin memberi diri mereka ruang diplomatik sehingga orang tidak perlu mengharapkan Cina untuk berperilaku agresif seperti yang dilakukan Rusia, setidaknya dalam jangka pendek," katanya kepada DW.
"Jika ini adalah momen Cina untuk merebut kembali Taiwan, mereka tidak akan bertindak dengan cara yang sama seperti Rusia," tambahnya.
Bagaimana Barat akan menanggapi potensi serangan Cina?
Para pengamat mengatakan bahwa tanggapan Barat terhadap potensi konflik antara Cina dan Taiwan kemungkinan akan berbeda dari bagaimana mereka menanggapi perang di Ukraina. Sejauh ini, negara-negara Barat telah memberlakukan sanksi ekonomi terhadap Moskow dan memasok peralatan militer sebagai cara mereka mendukung Ukraina.
Nachman pun mengatakantanggapan AS akan berbeda dengan potensi agresi Cina terhadap Taiwan.
"AS kemungkinan akan melakukan intervensi jika Taiwan diserang oleh Cina," katanya. "Jika Taiwan terlalu provokatif, yang sangat kecil kemungkinannya, maka kemungkinan dukungan militer AS akan berkurang. Taiwan tidak serta merta memiliki cek kosong untuk berasumsi bahwa ia dapat melakukan apa pun yang diinginkannya dan AS akan mempertahankannya," tegas Nachman.
Selain itu, Glaser mengatakan bahwa AS kemungkinan akan melakukan intervensi militer jika Cina menyerang Taiwan tanpa alasan.
Sementara AS telah lama menjunjung tinggi konsep "ambiguitas strategis" vis-a-vis Taipei, Chen percaya ada tanda-tanda bahwa kebijakan Washington terhadap Taiwan menjadi lebih lugas dari hari ke hari.
"Sejak Biden menjabat, pemerintah AS telah menyoroti pentingnya menjaga perdamaian dan stabilitas di Selat Taiwan dalam banyak pernyataan diplomatik yang dikeluarkannya dengan sekutu," katanya kepada DW.
"Ini menunjukkan bahwa Washington sangat peduli dengan situasi di seberang Selat Taiwan. Sebaliknya, AS tidak pernah membuat pernyataan serupa tentang Ukraina, dan tetap mempertahankan bahwa mereka tidak akan mengirim pasukan ke Ukraina," tambahnya.
Dalam pernyataan publiknya pada hari Jumat (25/02), Presiden Taiwan Tsai Ing-wen mengatakan bahwa Taipei terus memperkuat pertahanan sipil dan kemampuannya untuk melawan perang kognitif, yang dapat mencegah kekuatan eksternal menggunakan situasi di Ukraina untuk membuat dan menyebarkan disinformasi yang bertujuan merusak moral di kalangan rakyat Taiwan.
Ed: rap/hp