Konflik Rusia Vs Ukraina
Tentara Belarusia Seberangi Perbatasan, Disebut Bantu Rusia Invasi Ukraina
Pasukan Belarusia dilaporkan telah memasuki wilayah Chernihiv di Ukraina utara, bergabung dengan Rusia untuk menginvasi Ukraina
TRIBUNNEWS.COM - Pasukan Belarusia telah memasuki wilayah Chernihiv di Ukraina utara, bergabung dengan Rusia untuk menginvasi Ukraina, menurut pihak berwenang Ukraina seperti dilansir Independent.
Sebuah cuitan dari parlemen Ukraina pada Selasa (1/3/2022) pagi memperbarui laporan media lokal sebelumnya yang menyebut pasukan Belarusia tiba di utara Ukraina.
Akun Twitter resmi Verkhovna Rada of Ukraine memposting:
"Pasukan Belarusia memasuki wilayah Chernihiv."
"Informasi tersebut dikonfirmasikan kepada publik oleh Vitaliy Kyrylov, juru bicara Pasukan Pertahanan Teritorial Utara. Lebih jelasnya nanti."
Menurut laporan media lokal, pasukan Belarusia yang terdiri dari 33 unit memasuki Chernihiv, komunikasi seluler sementara terputus.
Baca juga: Cerita Pengungsi Afrika yang Dilaporkan Terima Perlakuan Rasis saat Mencoba Tinggalkan Ukraina
Baca juga: Hadapi Rusia, Ukraina Bebaskan Narapidana dengan Keterampilan Khusus untuk Terjun ke Medan Tempur

Belarusia, yang merupakan sekutu Rusia di bawah pimpinan Alexander Lukashenko, digunakan sebagai landasan peluncuran pasukan Rusia.
Tentara Rusia berkumpul di sana dengan dalih latihan militer bersama sebelum akhirnya melancarkan invasi skala penuh ke Ukraina Kamis lalu.
Tak lama setelah cuitan parlemen Ukraina tersebut, Lukashenko mengatakan negaranya mengerahkan lebih banyak pasukan ke perbatasannya untuk "menghentikan provokasi terhadap Belarus".
"Mereka adalah kelompok pengerahan cepat yang terlatih dengan baik yang siap menghentikan provokasi dan aksi militer apapun terhadap Belarusia," ungkap kantor berita negara Belta mengutip pernyataan presiden.
Hanya beberapa jam sebelumnya, Lukashenko mengatakan negaranya tidak memiliki rencana untuk bergabung dengan operasi militer Rusia di Ukraina.
Ia membantah tuduhan Kyiv bahwa pasukan Rusia menyerang dari wilayah Belarusia, Belta melaporkan.
Gambar satelit yang diambil pada hari Senin oleh perusahaan pencitraan AS Maxar Technologies menunjukkan konvoi militer Rusia di utara Kyiv.
Tampak pula pengerahan pasukan darat tambahan dan unit helikopter serangan darat di Belarusia selatan, yang berjarak kurang dari 32 km di utara perbatasan Ukraina.
Sebuah referendum di Belarusia pada hari Minggu (27/2/2022) menyetujui sebuah konstitusi baru yang membuang status non-nuklirnya.
Referendum itu membuka jalan bagi kemungkinan penyebaran senjata nuklir Rusia di tanah Belarusia untuk pertama kalinya sejak negara itu lepas dari Uni Soviet.
Berbicara di tempat pemungutan suara pada hari Minggu, Lukashenko mengatakan dia bisa meminta Rusia untuk mengembalikan senjata nuklir yang pernah diberikannya ke Rusia ke Belarusia.
"Jika Anda (Barat) mentransfer senjata nuklir ke Polandia atau Lituania, ke perbatasan kami, maka saya akan meminta Putin untuk mengembalikan senjata nuklir yang saya berikan tanpa syarat apa pun," kata presiden Belarusia.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan pada hari Minggu bahwa ia telah berbicara dengan Lukashenko.
Zelensky meminta Belarusia untuk menghindari konflik.
"Kami adalah tetanggamu. Kami, orang Ukraina. Jadilah Belarusia, bukan Rusia! Anda membuat pilihan ini sekarang," kata Zelensky dalam pesan yang direkam.
Kepala urusan luar negeri Uni Eropa, Josep Borrell, pekan lalu mengatakan Lukashenko mengizinkan negaranya menjadi negara satelit Rusia.
Sementara itu seorang pejabat AS pada Minggu mengatakan bahwa "Minsk sekarang adalah perpanjangan dari Kremlin".

Pemimpin Belarusia beralih ke Rusia untuk mendapatkan dukungan dan pinjaman setelah protes tahun 2020 lalu.
Aksi protes meletus akibat pemilu yang disengketakan.
Menurut lawan Lukashenko, pemilu itu dicurangi oleh Lukashenko demi mempertahankan kekuasaannya selama 28 tahun.
Dalam perkembangan terpisah pada hari Selasa (1/3/2022), Lukashenko juga mengatakan bahwa dimulainya pembicaraan antara Ukraina dan Rusia - yang diadakan di Belarus pada hari Senin - meningkatkan harapan bahwa permusuhan dapat berakhir, menurut kantor berita RIA.
(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)